Berita Badung
Desa Adat dan Keluarga Jadi Kunci untuk Bertahan, Pedagang di Badung Ini Ucapkan Terima Kasih
Pengusaha kerajinan ini terlihat masih membuka tokonya. Di deretan tokonya yang di beralamat Jl. Popies 1, hanya ada 2 toko yang beroperasi.
Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Masa pandemi ini menjadi masa sulit untuk semua orang.
Tidak terkecuali pelaku usaha di Pulau Bali.
Banting tulang pasti dilakukan agar bisa bertahan di masa pandemi.
Banyak dari mereka terpaksa harus menutup usahanya karena kehabisan modal.
Baca juga: Macet Belum Tentu Ramai, Pengusaha Lokal di Badung Ini Tetap Bersyukur
Namun, ada juga dari mereka yang bisa selamat dan bertahan hingga kini.
Wayan Dolat salah satunya.
Pengusaha kerajinan ini terlihat masih membuka tokonya.
Di deretan tokonya yang di beralamat Jl. Popies 1, hanya ada 2 toko yang beroperasi.
Ia mengatakan, bertahannya ia selama ini berkat bantuan keluarganya.
"Ini banyak yang pulang kampung karena udah ga ada uang buat buka lagi. Kebetulan yang punya kontrakan ini sepupu saya. Jadi saya dikasi kemudahan untuk ngontrak. Nanti berapa pun hasil penjualannya, ya saya bagi juga," ujar Wayan Dolat.
Laki-laki tiga anak ini mengatakan, pedagang di daerahnya tidak berasal dari Bali saja, tetapi juga dari luar Bali.
Karena kehabisan uang, mereka terpaksa pulang kampung.
Sedangkan barang-barang mereka masih disimpan di dalam toko.
Kemungkinan sudah banyak barang yang rusak, sehingga menjadi tantangan berikutnya untuk pedagang membuka usahanya kembali.
Sementara itu, pedagang Pasar Seni Mertanadi Legian, Badung, Bali berterima kasih dengan pihak pengelola pasar.
Pengelola pasar yang tidak lain adalah Desa Adat Legian telah memberikan kemudahan bagi mereka.
Dari situlah pasar dapat tetap beroperasi hingga saat ini.
Hal ini diungkapkan salah satu pedagang, Bu Tagor saat ditemui di lokasi pada Kamis 5 Mei 2022.
"Kalau kami dibantu oleh Desa Adat Legian.Mereka ada kebijakan memberikan kemudahan untuk kami. Kalau sebelum pandemi kami (pedagang) harus bayar sekalian di muka. Tapi kalau sekarang kami boleh nyicil setiap bulan," ujar Bu Tagor.
Bu Tagor juga menjelaskan, harga toko yang ia sewa juga tergolong murah.
Bahkan sangat jauh lebih murah dibandingkan toko-toko yang lain di sekitar pasar.
Oleh karena itu, pasarnya bisa tetap beroperasi di tengah toko-toko lain yang masih tutup.
Pedagang busana Bali ini juga mengatakan, selama ini juga desa adat telah membantu memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mereka pernah mendapat bantuan sembako dari desa adat.
"Kalau di desa kan bisa tanam sayur-sayuran buat di makan. Nah kalau di sini ya tiap hari tahu tempe udah bersyukur juga. Syukurnya juga dapat bantuan beras dan lain-lain dari desa adat," jelas Bu Tagor.
Baca juga: Transisi Offline ke Online Selama Pandemi Covid-19 Sangat Terasa, Penjualan Online Tumbuh Signifikan
Selama dua tahun pandemi, baru sekarang Bu Tagor dan rekanannya di pasar bisa me-restock barang di tokonya.
Di gazebo pasar, ia sudah terlihat membeli beberapa barang dari supplier.
Modal untuk membayar sewa toko dan membeli barang didapatkan berkat bantuan desa adat.
Melalui LPD Desa Adat Legian, ia mendapatkan kemudahan meminjam uang untuk kebutuhan hidup dan tokonya. (*)
Kumpulan Artikel Badung