Berita Denpasar
Penggunaan Masker Dilonggarkan, Ini Pengakuan Pedagang Masker di Kota Denpasar: Omzet Turun
Fenomena pedagang masker bermunculan semenjak pandemi Covid-19 mulai menyebar ke seluruh Indonesia. Pasca diumumkannya kebijakan pelonggaran penggunaa
TRIBUN-BALI.COM - Fenomena pedagang masker bermunculan semenjak pandemi Covid-19 mulai menyebar ke seluruh Indonesia.
Pasca diumumkannya kebijakan pelonggaran penggunaan masker oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, tentunya memberikan dampak tersendiri bagi para pedagang masker yang ada di Indonesia khususnya di Kota Denpasar.
Seperti yang dirasakan oleh salah satu pedagang masker yang berjualan di Jalan W.R. Supratman, Denpasar, Imam (42) warga kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur tersebut menuturkan bahwa omzet penjualan masker mengalami penurunan.
Tak tanggung – tanggung, penurunan omzet diperkirakan sebesar 20 persen.
“jadi biasanya lebih dari seratus kotak per hari. Sekarang ada sedikit penurunan kurang lebih 20 persen. Karena zaman sekarang mereka pikir kan bukan untuk kesehatan saja, malah jadi trend untuk anak – anak muda. Karena udah kebiasaan pake masker, jadi mereka merasa nggak nyaman” jelasnya.
Baca juga: Tiga Tema Besar Ini Dibahas Pada Pertemuan Awal GPDRR 2022
Baca juga: Kisah Cinta Ketua MK dan Adik Jokowi, Anwar Usman Ngaku Terpikat Putri Solo yang Sejuk
Baca juga: Sering Overthinking? Yuk Simak 5 Tips Berikut Ini Agar Hidup Lebih Bahagia, Apa Saja?
Tampaknya terjadi perubahan kebiasaan masyarakat yang mulanya pemakaian masker untuk kesehatan kemudian berubah menjadi sebuah trend di kalangan kawula muda.
Lebih lanjut, Imam yang awalnya berprofesi sebagai pedagang askesoris menyambut baik terkait penurunan kasus Covid-19 dikarenakan sektor ekonomi dapat pulih dari sisi yang lain, tak berfokus pada penjualan masker saja.
Ditemui di lokasi yang berbeda, Dewa (58) warga kelahiran Singaraja turut merasakan hal yang serupa.
Tejadi perubahan kebiasaan masyarakat.
Mulanya masyarakat cenderung tidak terbiasa dengan penggunaan masker tetapi dengan seiring berjalannya waktu, penggunaan masker dirasa dapat mengurangi risiko terkena polusi udara seperti debu, asap kendaraan, dan lain – lain.
“sebenarnya dari pembeli yang pernah tyang ajak bicara, itu awal mulanya waktu pemakaian masker dia memang agak ribet. Seperti setelah waktu 2 tahun ini, sekarang dibebaskan sama pemerintah, dia masih suka karena efek positifnya dia rasakan karena dijalan, berdebu, belum asap mobil, polusi. Kalau dulu, awal awalnya memang agak susah” tuturnya
Mengenai omzet penjualan, Dewa menngkalkulasikan penururan omzet penjualan bisa mencapai 20 persen yang mulanya terjual sebanyak 50 kotak, berubah menjadi 25 hingga 20 kotak per hari.
Lebih lanjut, dirinya menyebutkan mendapat stok masker dari salah seorang temannya yang berada di Surabaya.
“kalau sehari biasanya terjual 50 kotak yang isi 50 masker. Sekarang menurun, ya sampai 25 kadang 20, 30. Menurun. Kalau masker, tyang ada temen dari Surabaya, dulu pesennya dulu enak. Sekarang sore, besok sore udah nyampe. Sekarang ini agak susah, karena dia gak berani nyetok banyak katanya karena pembelian orang – orang dijalan ini agak menurun” Jelasnya.
Dewa yang sebelumnya berprofesi sebagai pengusaha travel mengaku enggan untuk menggeluti kembali bisnis lamanya tersebut.
Dirinya mengatakan bahwa kondisi pariwisata di Bali tidak seperti sedia kala seiring dengan kebijakan pemerintah yang mencanangkan “10 Bali Baru” seperti salah satunya yang telah terealisasi di Lombok – Mandalika.
Penulis : IB Putu Mahendra