Banjir di Bali
Kisah Saimah Korban Banjir di Denpasar, Bertahan 5 Jam dengan Bayi 4 Bulan
Saimah (27) dan Hendra (38) merupakan salah satu warga yang mengungsi ke Posko Bencana Banjir Banjar Tohpati Kertalangu Denpasar
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR — Saimah (27) dan Hendra (38) merupakan salah satu warga yang mengungsi ke Posko Bencana Banjir Banjar Tohpati Kertalangu Denpasar, Kamis (11/9/2025).
Tidak hanya berdua, Saimah juga turut mengajak kedua anaknya yang berusia 6 tahun dan 4 bulan.
Saimah pun menuturkan awal mulanya ia dan keluarga kecilnya bisa terkena musibah banjir di kos tempat mereka tinggal yang beralamat di Jalan Siulan, Denpasar.
Baca juga: VIDEO Naik Tembok, Kisah Yuda Evakuasi Bayi Baru Lahir dari Banjir
Saimah menjelaskan banjir terjadi saat ia dan keluarganya sedang tertidur.
Ia tidak sadar jika akan ada banjir besar, meski tahu hujan deras seharian.
Awalnya air mulai masuk ke kamarnya dengan jumlah sedikit.
“Pas pintu dibuka saya kaget air yang besar langsung masuk ke dalam kamar kami."
Baca juga: 14 Korban Meninggal Pasca Banjir Bandang di Bali, Ini Penyebabnya Kata BNPB
"Suami langsung gendong anak saya yang umur 6 tahun dan diletakkan di atas kompor karena tempatnya agak tinggi. Di sana anak saya yang umur 6 tahun teriak-teriak ketakutan menangis,” ucap, Saimah.
Selama lima jam Hendra dan keluarganya di atas plafon menunggu evakuasi dari tim.
Diakuinya cukup lama menunggu dengan rasa khawatir air akan lebih tinggi.
“Dari pukul 2.30 hingga pukul 08.00 kan ada anak-anak kecil. Tidur semua. Saat tahu tak bangunin,” imbuhnya.
Barang-barang di kosnya banyak berisi lumpur. Dipastikan barang elektronik seperti kulkas dan televisi rusak.
Baca juga: BREAKING NEWS: 4 Jenazah Korban Banjir Bali Ditemukan, Termasuk Penghuni Ruko Roboh Jalan Sulawesi
Saimah dan suaminya juga tidak memiliki baju di pengungsian karena semua terendam lumpur di kosnya.
Akibat dari bencana ini, Hendra suami Saimah yang keseharian sebagai kuli bangunan tak bisa bekerja.
“Perasaan saya campur aduk. Kalau ini (anak-anak) saya tidak selamat mending saya mati. Alhamdulillah," kata, Hendra.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.