Berita Bali

Kisah Ketut Pringgantara, Sudah Ratusan Kali Lakukan Donor Darah, Dapat Penghargaan Satya Lencana

Mengulik perjuangan tentang donor darah, tidak akan lepas dari seorang Ketut Pringgantara.

Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Istimewa
Ketut Pringgantara, pendonor 200 kali asal Bali yang masih berjuang menggaungkan semangat donor darah - Kisah Ketut Pringgantara, Sudah Ratusan Kali Lakukan Donor Darah, Dapat Penghargaan Satya Lencana 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Mengulik perjuangan tentang donor darah, tidak akan lepas dari seorang Ketut Pringgantara.

Laki-laki kelahiran 5 Februari 1969 di Bondalem, Buleleng, Bali ini merupakan inisiator kebangkitan donor darah, khususnya di Provinsi Bali.

Sejak tahun 1987, di saat usianya menginjak 17 tahun, ia memberanikan diri untuk melakukan donor darah.

Ternyata hal itu membuat ia merasakan nikmatnya membantu sesama umat manusia.

Baca juga: Giat Donor Darah Mulai Aktif di Bali, Kesempatan Kuatkan Solidaritas hingga Selamatkan Nyawa

Selama masa hidupnya, ia telah melanglang buana berdonor darah, mulai dari Bali hingga ke luar negeri.

"Tahun 1996 saya berkesempatan ke India untuk mendalami pelajaran yoga. Nah, karena di Bali sudah sering donor darah, jadi saya lanjutkan di India dengan donor darah apheresis. Pas pulang ke Indonesia tahun 2011, baru saya tancap gas di Bali dengan menjadi contoh percobaan donor darah apheresis. Sejak itulah saya mulai aktif mengajak orang-orang untuk ikut donor darah," jelas Ketut Pringgantara.

Melihat kinerjanya yang luar biasa, ia dipercaya untuk memimpin Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) Provinsi Bali pada tahun 2018.

Ia pun semakin gencar untuk menggetoktularkan semangat donor darah, khususnya kepada generasi muda.

Menurut laki-laki yang akrab disapa Pak Pring ini, anak muda adalah harapan bangsa.

Oleh karena itu, mereka harus dijaga kesehatannya, baik kesehatan mental maupun kesehatan fisik.

Beberapa program kerja telah ia canangkan dan mulai dijalankan bersama para anggota.

"Program kami di PDDI Provinsi Bali adalah membangkitkan anak muda untuk donor darah. Kami ada program Goes to Campus, Goes to Banjar, Goes to Masjid, dan goes to lainnya. Kami sudah datangi mereka dan mereka semua memberikan respon yang baik," jelasnya.

Selain kepada generasi muda, Ketut Pringgantara juga sedang berjuang untuk memberikan penghargaan kepada pendonor yang sudah lanjut usia.

Penghargaan tersebut diwujudkan melalui kartu khusus berobat yang diberikan oleh Gubernur Bali.

Hal itu berawal sejak tahun 2021 saat Ketut menjelaskan perkembangan dan kebutuhan donor darah di hadapan Gubernur Provinsi Bali dalam rangka ulang tahun PDDI.

Gubernur sangat terkesima dan berjanji untuk membantu pendonor yang sudah menerima Satya Lencana dengan menerbitkan kartu tersebut.

Apabila kartu tersebut sudah dapat diterbitkan maka dipastikan Bali akan menjadi pilot project untuk daerah lainnya.

Kerjasama yang harmoni dengan stakeholder juga ia jalin untuk menunjang tujuan mulia.

Melalui sinergitas tersebut diharapkan dapat menjadi pemantik agar lebih tanggap dengan keberadaan donor darah.

"Kami menjalin kerjasama dengan Palang Merah Indonesia sebagai lembaga khusus untuk pengambilan darah. Kami juga bekerja sama dengan masyarakat umum, media, kampus, grup spiritual, dan komunitas lain. Jadi saya melekatkan cita-cita ini sebagai cita-cita bersama dengan mereka," tutur Pak Pring.

Selama menjadi pendonor, Ketut Pringgantara tidak pernah gagal, namun ia sering ditolak karena stok darah yang overload.

Terkadang ia juga tidak berdonor karena memberikan kesempatan kepada new comer untuk merasakan sensasi donor darah.

Kehidupan yang sehat dengan menjadi master yoga dan anggota karate membuat niat baiknya semakin dilancarkan.

Ia selalu menjaga kesehatannya dengan berbagai kebiasaan yang baik, diantaranya menjaga pola pikir, pola ucap, dan pola gerak.

Pola makan, pola tidur, dan olahraga juga ia atur, sehingga semakin menunjang kesehatannya.

Kebiasaan tambahan seperti melakukan tindik dan tattoo juga ia hindari karena menurutnya akan mengurangi waktu donor.

Dengan komitmen dan keuletannya pada tahun 2017, Ketut Pringgantara berhasil mencapai 100 kali donor darah.

Kesempatan itu pun membawa ia bertemu dengan Presiden Republik Indonesia di istana negara untuk menerima penghargaan Satya Lencana Donor Darah.

Bahkan selama pandemi pun ia tak pernah diam dan melewatkan kesempatan untuk mendonorkan darahnya.

Setiap dua minggu sekali, ia melakukan donor darah aperesis untuk membantu pasien yang terpapar Covid-19.

Sehingga ia kembali mencatat pencapaian donor darahnya yaitu sebanyak 200 kali.

Walaupun sudah 200 kali, Ketut Pringgantara tidak menjadikan hal tersebut akhir dari perjuangan.

"Pencatatan itu penting, saya pun bangga sudah bisa mencapai titik tersebut. Namun hal itu bukanlah esensi atau hal utama untuk saya dalam donor darah. Kalau di Jakarta, malah banyak pendonor yang sudah lebih dari 200 kali. Harapannya semoga dengan hal tersebut bisa menjadi stimulus buat calon pendonor dan pendonor lainnya," ujar Pringgantara.

Dari segala usaha yang telah ia lakukan, Ketut Pringgantara bercita-cita menjadikan donor darah sebagai kebiasaan.

Ia menjelaskan, kebutuhan darah saat ini bukan lagi sebagai substitusi namun sebagai obat.

Artinya saat ini darah adalah salah satu kebutuhan yang vital dan diperlukan masyarakat.

Oleh karena itu, donor darah harus menjadi gaya hidup sehat yang menumbuhkan rasa kepedulian dan kesetiakawanan.

Baca juga: World Blood Donation Day, Cuca Restaurant Selenggarakan Donor Darah bersama PMI di Badung

"Beradabnya sebuah bangsa dapat dilihat dari sisi kesehatannya. Mari kita jadikan donor darah sebagai bagian dari budaya bangsa kita yang mengikat persaudaraan bangsa dengan darah yang kita sumbangkan. Ditambah lagi dengan kondisi Bali sebagai destinasi wisata dunia, sangat memungkinkan saudara lintas negara dapat terjalin," tambahnya.

Dalam peringatan Hari Donor Darah Sedunia 2022 dengan tema Hari Donor Darah Sedunia 2022, ‘Mendonorkan Darah Adalah Suatu Tindakan Solidaritas Bergabunglah dan Selamatkan Nyawa’, budaya itu telah ia lestarikan dari rumah dan keluarga besarnya.

Ini juga menjadi pengamalan Pancasila sila ke-2 agar seluruh dunia dipenuhi dengan kebahagiaan.

Hingga kini ia berhasil menggait berbagai lapisan masyarakat untuk mewujudkan bakti ibu Pertiwi itu.

Ia berharap dengan dilandasi kemurnian hati dan ketulusan maka akan mekar sifat ketuhanan di hati setiap orang untuk berbagi.

Dikuatkan dengan saling asah, asih, dan asuh, semua orang dapat menjaga komitmen untuk tetap membantu sesama dengan donor darah. (*).

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved