Ada Empat Tipe Berkomunikasi, Anda Termasuk Yang Mana?
Ada empat tipe dalam berkomunikasi dengan orang lain yaitu: Pasif, Agresif, Pasif-Agresif dan Asertif.
Ada Empat Tipe Berkomunikasi, Anda Termasuk Yang Mana?
Penulis: Welman Purba, SE
(Founder Synergis Training Consulting)
SETIAP hari kita bertemu dan berkomunikasi dengan banyak orang.
Komunikasi yang kita lakukan bisa secara langsung tatap muka, atau melalui telepon, WhatsApp (WA), email, dan lain-lain.
Kita pun bertemu dengan gaya komunikasi yang berbeda-beda.
Ada orang yang bisa secara blak-blakan menyampaikan keinginan dan perasaannya, ada juga yang lebih berhati-hati, tampak takut, bahkan cenderung diam.
Sehingga tidak mengungkapkan keinginan dan perasaannya.
Nah, gaya komunikasi apakah yang kita miliki saat ini?
Ada empat tipe dalam berkomunikasi dengan orang lain yaitu: Pasif, Agresif, Pasif-Agresif dan Asertif.
Baca juga: Negative Thinking Vs Positive Thinking, Waspadai Respons 7 Detik Pertama
Lalu bagaimana cara berkomunikasi yang paling tepat dengan orang lain yang harus kita lakukan?
1. Tipe Pasif
Orang dengan tipe ini ditandai dengan gaya komunikasinya yang lebih banyak diam, dan cenderung mudah menerima pendapat orang lain.
Mereka agak takut untuk mengungkapkan keinginan dan perasaannya, merasa segan untuk berpendapat, merasa tidak enak untuk menolak atau pada akhirnya menyimpan sendiri kekesalan dan ketidaksukaannya terhadap sesuatu.
Orang seperti ini termasuk dalam kategori submisif.
Mereka tidak mampu berkata “tidak” dan cenderung menyerah pada orang lain, karena mereka ingin menyenangkan orang lain dan menghindari konflik.
Gaya komunikasi ini juga bisa dipengaruhi oleh keluarga, dimana anak tidak dibiasakan mengemukakan pendapat dan keinginan.
Maka anak akan belajar untuk menjadi submisif, sikap otoriter orang tua membuat mereka tidak mampu menyampaikan pendapatnya.
Selain itu biasanya mereka tidak percaya diri dan kesulitan untuk berekspresi.
Baca juga: KISAH MOTIVASI: Jangan Batasi Tantanganmu, tapi Tantanglah Keterbatasanmu
Orang yang berkepribadian pendiam dan orang pada posisi yang lebih rendah powernya, cenderung berkomunikasi dengan gaya ini.
Tipe komunikator ini akan sulit mengutarakan pendapat dan memberikan input atau masukan kepada orang lain.
Ia juga lebih banyak menunduk, diam, gemetar, susah berkata kata, bengong dan tidak ingin konflik.
Mereka khawatir, daripada bicara, kemudian perkataannya diserang, atau ada yang mengkonfrontasi, maka lebih baik diam, nrimo, dan lebih aman baginya.
Tipe ini juga biasanya lebih banyak menunggu, tidak aktif untuk bertanya.
Jika dalam kepengurusan organisasi, orang lainlah yang lebih banyak bertanya padanya.
Padahal ia tahu bahwa ia juga bisa mengkonfirmasi duluan.
Kadang ia kurang peduli, dan merasa ia hanya sebagai pelengkap, sehingga tidak perlu aktif.
2. Tipe Agresif
Ciri yang menonjol dari gaya ini adalah, mereka sangat mudah tersinggung, emosi dan cepat menyalahkan orang lain.
Orang dengan tipe ini biasanya ingin menang sendiri.
Punya kecenderungan menghakimi orang lain dan sering memotong dan mendominasi percakapan.
Ia juga sering memaksakan kehendak, merasa pendapatnya yang paling benar, mem-bully pendapat orang lain, merasa lebih berkuasa dan menganggap orang lain selalu di bawahnya.
Orang yang agresif menunjukkan perilaku seolah-olah kebutuhannyalah yang harus diutamakan, orang lain tidak penting.
Mereka juga tidak peduli akan kepentingan atau perasaan orang lain, dan mereka biasanya sulit menerima masukan dari orang lain.
Ketika menyampaikan pendapat cenderung mengintimidasi, menuntut atau memerintah.
Hal ini membuat lawan bicaranya jadi fokus pada “cara penyampaian” daripada pesan yang disampaikan.
Saat kita menghadapi seseorang yang berkomunikasi agresif, sebaiknya jangan mudah terpengaruh dan terpancing emosi.
Tetaplah tenang dan saat berbicara dengannya.
Orang dengan kepribadian dominan punya kecenderungan untuk berkomunikasi dengan agresif, karena mereka merasa lebih hebat, lebih tinggi, lebih berpengalaman, lebih kaya, atau lebih pintar.
3. Tipe Pasif-Agresif
Tipe ini adalah campuran dari pasif dan agresif.
Ketika berhadapan dengan orang yang agresif, ia banyak mengalah, diam, tidak membela diri, akan tetapi di belakangnya dia akan berkata, “Awas ya…”
Senjatanya adalah balas dendam dan menjelekkan orang lain di belakang.
Saat rapat, ia juga banyak diam, namun memperhatikan banyak gerak gerik orang lain.
Dan setelah rapat, ia akan aktif untuk membicarakan ke orang lain, perihal apa saja yang terjadi saat rapat tadi.
“Eh tau gak, tadi pas rapat, Pak Yudi ngusulin ide gak masuk akal. Idenya jelek bangat. Mungkin dia gak punya otak kali ya”.
Ia aktif menjelekkan seseorang di luar sana, namun saat dimintai pendapat, dia diam saja, tidak berkomentar.
Tipe ini juga bisa dimasukkan dalam kelompok “gosiper”.
Tidak mau mengkonfirmasi, atau bertanya langsung, dan mereka suka jika menjadi orang yang pertama kali tahu suatu berita “khusus”.
Komunikasi pasif agresif telah mendominasi ranah pergaulan masyarakat di era sekarang.
Hal tersebut dapat ditandai dengan kemunculan banyak haters di dunia maya.
Fenomena sekarang, orang yang penuh nyinyiran, nge-bully, menyindir, sarkasme, mudah tersinggung, suka memendam emosi.
Suka bilang oke, fine, terserah, tapi di belakang kerap menyalahkan keadaan dan orang lain.
Mereka ini lebih suka marah, mengumpat, protes, hingga menghujat orang lain melalui media sosial.
Tipe orang ini, sering juga terlibat dalam “perang status”, tidak mau menyelesaikan masalah secara langsung, namun hanya bisa menyindir melalui status-statusnya di media sosial, seperti di WA, FB, IG dan sebagainya.
4. Tipe Asertif
Ini adalah gaya komunikasi yang tepat, dan patut untuk dicontoh.
Ciri orang dengan tipe komunikasi asertif adalah percaya diri dan selalu mencari win-win solution.
Karena itu, orang dengan tipe komunikasi asertif lebih mudah menyampaikan pendapat kepada orang lain dan mengakui pendapat orang lain bila memang dirasa lebih baik.
Mereka bisa mengungkapkan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan mereka, tanpa merusak hubungan.
Mereka juga nyaman menjadi diri sendiri, otentik dan apa adanya, tanpa senantisa kuatir akan apa yang dipikirkan atau dikatakan orang lain.
Mereka bicara dengan percaya diri tanpa menghilangkan rasa hormat pada kawan bicaranya.
Mereka menginginkan adanya masukan atau saling tukar ide dan juga pendapat dalam suatu pembicaraan.
Komunikator asertif juga mempunyai ciri proaktif, mereka mau jemput bola, tidak menunggu, dan cepat melakukan pekerjaan atau tugas.
Tipe ini juga ekspresif dalam menyampaikan pendapat, menjadi pendengar yang baik, bicara dengan friendly tone, bersahabat, rileks dan cenderung menjadi orang yang suka mengatasi konflik, fokus pada kejujuran,
Orang Asertif, biasanya memilih kata-kata yang tepat sebelum bicara, apakah pantas, benar, tidak menyinggung perasaan orang lain, apakah ada risikonya?
Sehingga kata kata yang diucapkannya tidak menimbulkan konflik.
Bagaimana agar dapat melakukan komunikasi asertif?
a. Berpikir Positif
Berpikir positif pada diri sendiri, pada orang lain, pada masalah yang ada, sehingga membuat kita menjadi tidak agresif.
b. Percaya Diri
Yakinlah dengan apa yang dikatakan. Jangan berusaha menyenangkan semua orang. Kuasai terlebih dulu persoalan yang muncul, sebelum disampaikan. Tidak buru-buru merespon. Hilangkan sungkan dan keengganan.
c. Mengelola Emosi
Tetap tenang saat bicara, kontrol emosi, atur nafas, jangan anggap orang lain musuh, tapi anggap sebagai kawan. Jangan menyerang lawan bicara.
d. Menghormati kawan bicara
Jadilah pendengar yang baik! Tidak memotong pembicaraan kawan bicara.
Pahami dengan baik kata demi kata. Hargai juga pendapatnya.
e. Berikan respon
Berikan respon atau anggukan saat mendengar. Dukung perkataannya jika itu adalah hal positif. Jika yang disampaikan hal negatif, beri masukan dengan lembut.
f. Antusias
Bicaralah secara antusias, luwes, lugas, ekspresif, dengarkan dengan baik baik apa yang dikatakan kawan bicara. Tidak boleh hanya diam saja dan hanya sebagai pendengar pasif.
g. Tidak membesarkan masalah
Jangan menjadi “drama queen” atau mendramatisir keadaan. Tak perlu kata-kata lebay, sampaikan saja apa adanya. Jangan membuat orang lain merasa terpojok, atau terhina.
h. Mengontrol Nada
Banyak sekali konflik terjadi karena nada pengucapan yang tidak tepat. Kata kata yang sama, tetapi bila diucapkan dengan nada yang berbeda, maka akan berbeda penerimaan bagi orang lain. Latihlah, nada bicara seperti apa yang enak didengar orang lain.
Komunikasi yang asertif, akan menciptakan banyak teman, suasana menjadi kondusif, damai, hubungan baik akan tercipta. Jika itu adalah hal yang baik, yuk mari kita mulai dari saat ini, agar itu menjadi kebiasaan yang positif bagi kita. (*)