Berita Bali

12 Nelayan Terombang-ambing di Laut, Perahu Terbalik di Perairan Kubutambahan Buleleng

Sebanyak 12 nelayan mengalami kecelakaan laut di Buleleng, para nelayan itu duduk di atas perahu yang terbalik, untuk menyelamatkan diri.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
ist
Sebuah sampan dengan panjang 12 meter bertanda tulisan Sekarwangi I terbalik di Perairan Utara Kubutambahan, Kabupaten Buleleng Jumat 1 Juli 2022 pagi, kurang lebih pukuis 05.00 WITA - 12 Nelayan Terombang-ambing di Laut, Perahu Terbalik di Perairan Kubutambahan Buleleng 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA – Sebanyak 12 nelayan asal Banjar Dinas Kaje Kangin, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali mengalami kecelakaan laut, Jumat 1 Juli 2022.

Beruntung seluruh nelayan itu berhasil selamat, dan sudah dievakuasi oleh petugas Basarnas Buleleng.

Setelah beberapa jam menjalani proses evakuasi, sejumlah nelayan yang mengalami kecelakaan laut diperairan Desa/Kecamatan Kubutambahan akhirnya tiba di daratan. Mereka tiba sekitar pukul 19.33 Wita.

Dari pantauan di lokasi, para nelayan itu tiba dengan menggunakan dua kapal milik nelayan yang ikut mencari.

Baca juga: Sampan Sekarwangi I Terbalik Dihantam Ombak, 10 Nelayan Berhasil Selamat

Kedatangan mereka disambut hangat oleh seluruh warga, yang menanti selama berjam-jam dengan penuh rasa waswas.

Warga bertepuk tangan, sebagai bentuk rasa lega, karena seluruh korban pulang dengan selamat.

Kepada Tribun Bali, salah satu korban bernama Gede Ariasa (38) mengatakan, ada 12 nelayan yang pergi pergi melaut, dengan menggunakan dua kapal.

Mereka berangkat sekitar pukul 02.00 Wita, untuk mengambil ikan di rumpon yang jaraknya sekitar 40 nautical mill dari bibir pantai Desa Kubutambahan.

Saat tiba di rumpon sekitar pukul 05.00 Wita, cuaca tiba-tiba memburuk.

Angin berembus kencang, dan ombak cukup tinggi.

Pihaknya pun memutuskan untuk batal mengambil ikan, dan kembali ke daratan.

Namun saat hendak kembali ke daratan, salah satu kapal yang ditumpangi 9 orang nelayan terbalik.

"Kami berangkat menggunakan dua kapal. Yang terbalik adalah kapal yang berisi jaring dan ditumpangi 9 nelayan. Saat kapal itu terbalik, kami langsung berenang. Kemudian naik dan duduk di atas kapal yang posisinya masih terbalik itu. Ada salah satu nelayan yang tidak bisa berenang. Langsung kami selamatkan. Sementara kapal yang lagi satu, meminta bantuan," ucapnya.

Dikatakan Ariasa, pihaknya terombang-ambing di lautan selama kurang lebih lima jam.

Petugas gabungan dari Basarnas dan Polairud, beserta dua kapal milik nelayan tiba mengevakuasi pihaknya sekitar pukul 10.00 Wita.

Dengan adanya kejadian ini, Ariasa mengaku tidak trauma. Pasalnya, melaut dengan kondisi cuaca buruk kerap dialami oleh pihaknya.

"Ya namanya risiko pekerjaan. Situasi seperti ini biasa kami alami. Astungkara kami kembali dengan selamat," terangnya.

Ketut Mertayasa (55), nelayan setempat, mengatakan, 12 nelayan itu merupakan anak buahnya.

Mereka berangkat menggunakan perahu selerek, milik Ketut Mertayasa.

Belasan nelayan itu berangkat pada pukul 02.00 Wita.

Kemudian pada pukul 07.00 Wita, Mertayasa mendapatkan kabar dari adiknya, yang mengatakan bahwa perahu miliknya terbalik, dengan jarak sekitar 30 nautical mill dari arah utara perairan Kubutambahan.

Mendapatkan kabar itu, Mertayasa pun bergegas menghubungi Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Buleleng, untuk selanjutnya dikabarkan ke Basarnas Buleleng.

Menerima kabar tersebut, tak berselang lama, petugas Basarnas mendatangi wilayah perairan Kubutambahan untuk melakukan pencarian.

Selain itu delapan nelayan di Desa Kubutambahan juga ikut melakukan evakuasi.

Mertayasa menyebutkan, belasan nelayan itu rencananya hendak mengambil ikan di rumponnya, yang jaraknya sekitar 40 nautical mill dari bibir pantai.

Namun, belum sampai di rumpon, perahu tiba-tiba terbalik, diduga lantaran bagian katirnya patah.

Saat hendak berangkat mengambil ikan, cuaca di darat kata Mertayasa cukup baik.

Diduga katir perahu itu patah, lantaran saat di tengah laut gelombang cukup besar.

"Ada adik saya yang melihat bahwa perahu itu terbalik. Para nelayannya berhasil selamat. Mereka duduk di atas perahu yang terbalik itu. Saat ini mereka sedang dievakuasi oleh petugas Basarnas. Semuanya selamat. Perahunya terbalik bukan karena overload. Perahunya itu mampu mengangkut beban sampai empat ton. Sudah biasa mengangkut 12 nelayan," ucapnya.

Kepala Basarnas Buleleng Dudi Librana mengatakan, evakuasi dilakukan dengan menggunakan dua unit boat milik Basarnas dan Polairud Polres Buleleng, serta dua perahu milik nelayan.

Pihaknya berangkat dari Pelabuhan Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, menuju ke perairan Kubutambahan.

Sekitar pukul 15.30 Wita, 12 nelayan itu kemudian berhasil ditemukan, dengan posisi selamat.

Jaraknya sekitar 30 nautical mill dari bibir pantai Desa/Kecamatan Kubutambahan.

Para nelayan itu duduk di atas perahu yang terbalik, untuk menyelamatkan diri.

"Target ditemukan dalam keadaan selamat. Perahu sudah dibalikkan. Saat ini sedang dalam perjalanan menuju ke bibir pantai. Target dalam keadaan selamat dan sehat," ucap Dudi.

Dengan adanya kejadian ini, Dudi pun mengimbau seluruh nelayan di Buleleng agar selalu waspada saat mencari ikan.

Mengingat beberapa hari belakangan ini, angin berembus cukup kencang, dan gelombang tinggi.

Kepala Kantor Basarnas Bali, Gede Darmada mengatakan, informasi kejadian diperoleh Basarnas Bali pada pukul 11.25 Wita.

“Laporan diterima dari Bapak Widiarsa, menyebutkan korban itu masih mengapung-apung dan ia tidak bisa langsung memberikan pertolongan karena sampannya berukuran kecil dan cuaca tidak bersahabat," ujar Kepala Kantor Basarnas Bali, Gede Darmada, dalam keterangan tertulis.

Basarnas Bali menggerakkan personel dari Pos SAR Buleleng dengan menggunakan Rigit Inflatable Boat (RIB) yang bertolak dari Pelabuhan Celukan Bawang.

"Personel yang onboard di RIB ada sebanyak 4 orang rescuer, area pencarian sesuai dengan keterangan dari saksi mata," imbuh Darmada.

Pada pukul 15.10 Wita tim SAR gabungan berhasil menemukan korban sampan terbalik dan semuanya dalam keadaan selamat.

Para korban diselamatkan sampan Sekarwangi II dan sampan Sandat Bali pada koordinat 7°44'00.92"S- 115°17'02.55"T.

Sampan Sekarwangi I berhasil dibalikkan ke posisi semula dan mereka melanjutkan penarikan jaring ikan.

Seusai memastikan kondisi aman, RIB kembali ke Pelabuhan Celukan Bawang.

Unsur yang terlibat selama operasi SAR berlangsung diantaranya Pos Pencarian dan Pertolongan Buleleng (Basarnas Bali), Sampan Sekarwangi II, Sampan Sandat Bali, Polsek Kubutambahan, Buana Bali Rescue, Masyarakat dan nelayan setempat.

Petugas Basarnas bersiaga di perairan laut Desa Kubutambahan, Buleleng, Jumat 1 Juli 2022 - 12 Nelayan Terombang-ambing di Laut, Perahu Terbalik di Perairan Kubutambahan Buleleng
Petugas Basarnas bersiaga di perairan laut Desa Kubutambahan, Buleleng, Jumat 1 Juli 2022 - 12 Nelayan Terombang-ambing di Laut, Perahu Terbalik di Perairan Kubutambahan Buleleng (Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani)

BMKG: Berisiko Tinggi bagi Pelayaran

KAPAL nelayan yang mengangkut 12 orang terbalik di daerah 20 NM utara Pantai Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.

Mengetahui kondisi tersebut, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar kemudian memberikan penjelasan.

Prakirawan BBMKG Wilayah III Denpasar I Wayan Wirata mengatakan, musibah tersebut dapat terjadi akibat kondisi cuaca di Bali.

Hal ini kemudian memungkinkan terganggunya aktivitas di laut termasuk pelayaran kapal nelayan.

“Memang untuk saat ini angin cukup kencang dan bertiup di hampir sebagian besar wilayah Bali. Angin kencang ini bisa memicu adanya gelombang tinggi yang dapat terjadi di perairan utara dan selatan Bali,” kata I Wayan Wirata.

Wirata menambahkan, saat ini angin yang bertiup adalah angin monsoon Australia atau angin timur.

Angin ini sudah mulai aktif bertiup dan mengindikasikan tibanya musim kemarau.

Berdasarkan data prakiraan pemodelan gelombang laut kecepatan angin berkisar 6-25 knott atau 11-46 km per jam.

Kecepatan tersebut terjadi di wilayah sekitar perairan utara Bali.

Terkait tinggi gelombang di Buleleng, I Wayan Wirata kemudian memberikan penjelasan detailnya.

Tinggi gelombang laut 1,25 - 2,5 meter dikategorikan gelombang sedang. Gelombang ini berpotensi terjadi di Laut Bali, Laut Sumbawa, Selat Bali bagian Utara, dan Selat Lombok bagian Utara.

Kondisi gelombang ini tentu perlu menjadi perhatian bagi pengguna transportasi laut.

“Kondisi tersebut dapat mengakibatkan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran, khususnya perahu nelayan. Tapi ini juga menjadi perhatian bagi kapal tongkang dan kapal ferry,” tambahnya.

Selain itu, beberapa wilayah perairan Bali juga berpeluang terjadi gelombang tinggi.

Ketinggian gelombang ini berada di angka 2,5-4 meter.

Gelombang tinggi berpotensi terjadi di Selat Bali bagian selatan, Selat Badung, Selat Lombok bagian selatan, Selat Alas bagian selatan, dan perairan selatan Bali dan Nusa Tenggara Barat.

Samudra Hindia yang tepat berada di selatan Bali juga berpeluang terjadi gelombang bahkan sangat tinggi.

Tinggi gelombang di Samudra Hindia selatan Bali dan Nusa Tenggara Barat dapat mencapai 4-6 meter.

I Wayan Wirata mengimbau masyarakat mempertimbangkan kondisi cuaca sebelum melakukan aktivitas.

Ia juga mengimbau masyarakat terus memperhatikan update informasi cuaca dan gelombang dari BBMKG.

“Kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir dan lautan, diharapkan tetap waspada akan potensi terjadinya gelombang tinggi. Tingginya bisa mencapai dua meter di sekitar wilayah perairan utara dan selatan Bali,” tutupnya. (rtu/zae/yun)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved