Berita Bali

Vaksin PMK Sapi Diperkirakan Tiba di Bali Senin 4 Juli 2022 Saat Wabah Sudah Merebak

Apakah Bali kecolongan sebab vaksin PMK baru akan datang setelah wabah merebak?

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: I Putu Darmendra
Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan
Petugas kesehatan hewan mengambil sampel darah dan swab sapi di Lingkungan Bilukpoh Kauh, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali, Minggu 3 Juli 2022. Vaksin PMK baru akan didatangkan saat wabah merebak di Bali. 

TRIBUN-BALI.COM - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) sapi telah merebak di Bali.

Cara untuk mencegah selain kebersihan kandang, menutup pasar hewan dan lockdown pengiriman, adalah dengan memberikan vaksin PMK.

Apakah Bali kecolongan sebab vaksin PMK baru akan datang setelah wabah menyebar?

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada mengungkapkan, vaksin PMK diperkirakan tiba di Bali pada Senin 4 Juli 2022.

Ia mengaku sudah bersurat terkait vaksin PMK. Kata dia, kemungkinan suratnya sudah sampai di Pemierntah Pusat.

Sunada mengatakan, daerah yang difokuskan menjadi penerima vaksin PMK yakni di lokasi temuan kasus PMK seperti Kabupaten Gianyar, Buleleng dan Karangasem.

"Untuk jumlah sapi seluruh Bali ada 550 ribu ekor," kata Sunada, Sabtu 2 Juli 2022.

Ia mengatakan, Jembrana malah belum ditemukan kasus PMK padahal dekat dengan Banyuwangi.

Namun sehari setelah pernyatannya atau Minggu 3 Juli 2022, satu per satu ternak sapi di Jembrana dilaporkan mengalami gejala mengarah PMK.

Petugas dari Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana bersama BBVet Denpasar melakukan langkah mengambil sampel darah dan liur sapi.

Baca juga: Di Tengah Wabah PMK di Bali, Makelar Mulai Beraksi Tawar Sapi Harga Murah

Hasilnya, dari sejumlah hewan yang diambil sampel tersebut, beberapa ekor dinyatkan bergejala PMK.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Sutama mengatakan, pasca ditemukannya kasus PMK di tiga wilayah kabupaten di Bali, pihaknya menggandeng BBVet untuk melakukan pengecekan kesehatan hewan sapi di sejumlah titik.

"Kami lakukan pemantauan sekaligus menindaklanjuti laporan dari medikvet. Karena kemarin tanggal 28 Juni ada laporan hewan dengan indikasi atau tanda-tanda yang mengarah ke PMK," kata Sutama.

Ia menyebutkan total populasi sapi di Jembrana sebanyak 35.131 ekor.

Pengambilan sampel darah dan swab pada hewan untuk selanjutnya dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui kepastian apakah hewan tersebut terjangkit PMK atau tidak.

"Melalui uji laboratorium nanti akan menentukan benar atau tidaknya (PMK). Hasilnya mungkin lima sampai tujuh hari ke depan.

Sekaligus untuk mengetahui langkah kedepan yang dilakukan. Tapi gejalanya sih mengarah ke PMK," ungkapnya.

Sutama menceritakan, sejatinya pada bulan Mei 2022 lalu, pihaknya sudah mengedarkan SE Bupati Jembrana terkait antisipasi atau pencegahan PMK.

Selain itu, Forkompinda juga telah melakukan pemantauan ke lokasi ternak.

Namun memang diakui banyak faktor yang menyebabkan kasus ini muncul di Bali. Mulai dari lalu lintas ternak, alat transportasi, hingga pakan.

"Kami imbau kepada masyarakat khususnya peternak di Kabupaten Jembrana agar segera menginformasikan atau melaporkan kepada petugas terdekat jika ternaknya ada mengalami gejala serupa," pesannya.

Sutama menekankan kembali kepada para peternak agar menerapkan biosekuriti yang ketat.

Selain pada kandang, lalulintas ternak atau peternaknya juga harus benar-benar diperhatikan. Hal itu untuk mengantisipasi penyebaran penyakit ini.

"Lakukan disinfeksi dan kebersihan kandang dijaga dengan ketat. Kemudian juga peternaknya juga diharapkan tidak mengunjungi ternak lainnya. Artinya tidak hanya sapi, tapi kambing, babi, hingga kerbau juga," tandasnya.

Makelar Beraksi 

Para pembeli sapi atau mekalar memanfaatkan keadaan ini. Mereka menawar sapi dengan harga murah.

I Nyoman Tangsil, peternak sapi di Gianyarm Bali mengaku pusing memikirkan cara agar sapinya tak terserang PMK.

Ia sebenarnya ingin menjual sapinya, namun harganya dipermainkan oleh pembeli atau makelar.

Makelar sapi datang menawar dengan sadis, menawar sapi dengan harga yang sangat murah.

"Mau jual tapi ditawar murah. Dua sapi diminta Rp 13 juta, padahal saya beli saty bibit saja waktu ini Rp 7,5 juta," ujarnya.

Ia berharap pemerintah memberikan jalan keluar atas kondisi ini. "Sekarang pasrah, mudah-mudahan ada jalan keluar dari pemerintah," tandasnya.

Berkaca saat erupsi Gunung Agung, para makelar mendatangi wilayah terdampak letusan. 

Mereka menawar sapi warga dengan harga murah. Banyak peternah yang akhirnya menjual sapinya murah. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved