Berita Denpasar

Startup Sangkara Ubah Sampah Jadi Cuan, Ajak Bank Sampah Jemput Bola Sampah

Jumlah sampah yang kian hari menumpuk membuat, Made Andi Kurnia Prayoga mendirikan start up Sangkara. Start up ini merupakan fasilitator yang memfasil

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Harun Ar Rasyid
Tribun Bali/Wahyuni Sari
Made Andi Kurnia Prayoga pendiri start up sekaligus CEO Sangkara. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Jumlah sampah yang kian hari menumpuk membuat, Made Andi Kurnia Prayoga mendirikan start up Sangkara. Start up ini merupakan fasilitator yang memfasilitasi Bank Sampah.

"Baik itu Bank Sampah Desa dan Sekolah. Kita fasilitasi mereka di operasionalnya. Fasilitas pertama yang kita berikan adalah dalam bentuk aplikasi," kata, Andi selaku CEO dari Sangkara.

Lebih lanjutnya ia mengatakan, managemen operasional Bank Sampah menggunakan aplikasi dan tidak lagi menggunakan buku tabungan atau catatan manual.

Untuk Bank Sampah juga akan difasilitasi dari pengolahan sampahnya. Nantinya ketika Bank Sampah sudah mengumpulkan sampah-sampah dari masyarakat dan jika Bank Sampah tersebut belum memiliki pengepul sendiri, Sangkara dapat memfasilitasinya.

Sejumlah start up jebolan STMIK Primakara mengikuti kegiatan Business Matching di Colony Creative Hub, Plaza Renon Denpasar, pada Rabu 6 Juli 2022.
Sejumlah start up jebolan STMIK Primakara mengikuti kegiatan Business Matching di Colony Creative Hub, Plaza Renon Denpasar, pada Rabu 6 Juli 2022. (Tribun Bali/Wahyuni Sari)

"Kemudian juga dari sisi pengangkutan sampah, juga difasilitasi oleh Sangkara. Kita juga punya dua program lainnya yaitu agar Bank Sampah meningkat omsetnya, kita ajak jualan. Apa saja jualannya seperti produk hasil sampah salah satunya sampah dirubah menjadi kompos, aromaterapi," imbuhnya.

Saat ini Sangkara memiliki produk unggulan bernama Kompos Bag yang dapat digunakan di rumah tangga. Cara kerja Kompos Bag adalah sampah-sampah dirumah tangga dimasukan kedalam Kompos Bag kemudian diisi bio aktifator lalu menunggu 3 bulan untuk panen komposnya dan dapat dijual.

"Kita juga fasilitasi Bank Sampah untuk jemput bola ke event-event. Jadi di Bali banyak upacara adat dan konser agar Bank Sampah makin dikenal oleh masyarakat dilakukanlah jemput bola ke event nanti Sangkara bantu fasilitasi," tandasnya.

Sementara untuk jenis sampahnya, di Bank Sampah akan diarahkan sampah yang memiliki nilai jual. Menurutnya jika dikategorikan semua sampah anorganik itu memiliki nilai jual. Sementara untuk sampah organik yang dapat langsung dikonversi menjadi uang adalah minyak jelantah dan kelapa daksina. Sampah organik itu yang diarahkan untuk dikumpulkan di Bank Sampah.

Sedangkan untuk pengguna aplikasi Sangkara di Bali baru sentuh angka 200 pengguna, dan itu pengguna dari sisi nasabah Bank Sampah. Kalau Bank Sampah yang aktif di Sangkara ada 3 dan sudah 7 Desa yang dilakukan sosialisasi terkait Sangkara.

"Sangkara akan hadir di Pura Khayangan Jagat nanti kalau misalnya masyarakat mau setor sampah di Pura nanti ada di stand kita langsung bawa kesana kita timbang jadi rupiah. Kalau sampah plastik rata-rata Rp. 3 sampai Rp. 4/kg. Kalau organik yakni minyak jelantah Rp. 4 ribu untuk perliter dan kelapa daksina Rp. 800/kg," terangnya.

Untuk Bank Sampah yang ingin bergabung di Aplikasi Sangkara tidak ada persyaratan khusus. Hanya tinggal mendaftar di website Sangkara dan membayar aplikasi untuk manajemen Bank Sampah sejumlah Rp. 400 ribu perbulannya. Sedangkan untuk biaya angkut sampah dipatok harga Rp. 60 ribu perbulannya. (*)

Baca juga: Duta Besar India Beri Kuliah Tamu di STIMIK Primakara, Sebut Bidang Tekhnologi Sangat Penting

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved