Oleh oleh Bali
Oleh-oleh Bali, Udeng Ikat Kepala Khas Bali dengan Aneka Motif Mulai Dari Rp 25 Ribuan
Oleh-oleh Bali Udeng, Ikat Kepala khas Bali dengan Aneka Motif Mulai Dari Rp 25 Ribuan
TRIBUN-BALI.COM – Oleh-oleh khas bali bukan hanya makanannya saja yang diminati oleh wisatawan, bahkan baju adat bali juga aksesorisnya selalu di minati.
Salah satunya yakni, Udeng.
Udeng merupakan ikat kepala khas dari Bali, biasanya digunakaan saat seorang laki-laki sedang menjalankan berbagai upacara atau kegiatan di masyarakat.
Tak hanya oleh laki-laki, Udeng juga bisa dipakai oleh kaum perempuan sebagai aksesoris atau oleh-oleh saat berlibur ke Bali.
Udeng mudah sekali dijumpai diberbagai pusat oleh-oleh Bali.
Orang-orang dari kalangan bangsawan sampai orang biasa, anak-anak hingga sesepuh bisa memakai udeng.
Bahan dasar Udeng adalah kain dengan ukuran panjang sekitar setengah meter.
Bebentuk asimetris bilateral dengan sisi sebelah kanan lebih tinggi ketimbang sisi kirinya.
Filosofi dari bentuk asimetris tersebut yakni, bermakna bahwa setiap orang selalu berusaha melakukan kebajikan.
Untuk pembuatan udeng memerlukan keahlian tersendiri, karena umumnya produksi udeng berada di daerah-daerah tertentu saja.
Selanjutnya, Perajin udeng dan kerajinan-kerajinan berbahan kain lainnya banyak dijumpai di daerah Karangasem.
Salah satu desa yang terkenal sebagai sentra kerajinan udeng adalah Desa Sidemen.
Warna dan motif udeng juga sudah memiliki banyak macam mulai dari polos, ornamen metalik, corak batik, serta corak lain yang lebih modern.
Harga udeng juga terjangkau mulai dari Rp 25 ribu, tergantung motif kain dan bahan kainnya.
Masyarakat Bali ketika sembahyang, udeng yang dipakai biasanya berwarna putih polos.
Makna Filosofis
Parisadha Hindhu Dharama Indonesia (PHDI) Bali menetapkan udeng untuk ke pura harus berwarna putih.
Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan kesan kejernihan dan kedamaian pikiran.
Jenis Udeng yang dipakai ketika berkabung adalah udeng berwarna hitam,
sedangkan untuk kegiatan sosial lainnya berwarna batik atau selain hitam dan putih.
Selanjutnya, Udeng memiliki simbol sebagai “ngiket maneh” atau memusatkan pikiran yang merupakan sumber penggerak panca indera.
Setiap lekukan udeng juga memiliki makna tersendiri.
Arti dari Lekuk di bagian kanan yang lebih tinggi dari lekuk di kiri berarti seseorang hendaknya lebih banyak melakukan hal yang baik (dharma) daripada berbuat buruk (adharma).
Kemudian, Ikatan di tengah-tengah kening bermakna sebagai pemusatan pikiran.
Sementara, ujung ke atas melambangkan pemikiran lurus ke atas untuk memuja Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai kelengkapan busana adat dan sembahyang, udeng memiliki simbol Ketuhanan orang Bali yang menyatukan Tri Murti dalam simpul “nunggal”.
Pada sisi tersebut, tarikan kain juga memiliki makna.
Tarikan ujung kain kanan melambangkan Wisnu, tarikan ujung kain kiri melambangkan Brahma, sementara ujung kain di atas yang ditarik ke bawah melambangkan Siwa.
Maknanya, orang Hindu Bali mempertuhankan Tri Murti sebagai satu kesatuan yang utuh dalam perlambang udeng yang digunakan.
Dengan memakai udeng, secara garis besar bisa disebutkan bahwa hendaknya penganut Hindu Bali selalu berbuat baik sehingga nantinya dapat bersatu dengan-Nya atau moksa.
(*)