Polisi Tembak Polisi
Alibi Soal Kasus Brigadir J Terus Berubah, Kamaruddin Sarankan Irjen Ferdy Sambo Merenung dan Tobat
Kamaruddin Simanjuntak menyarankan Irjen Ferdy Sambo untuk merenung dan bertobat karena alibinya yang terus berubah terkait Kasus Brigadir J.
TRIBUN-BALI.COM - Pengacara keluarga Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak menyarankan Irjen Ferdy Sambo untuk merenung dan bertobat karena alibinya yang terus berubah terkait Kasus Brigadir J.
Pengakuan Irjen Ferdy sambo mengenai alasannya merencanakan pembunuhan Brigadir J dinilai tak masuk akal, oleh Kamaruddin.
Kamaruddin tegas menilai Ferdy Sambo telah berbohong. Ia tidak percaya dengan motif Irjen Ferdy Sambo melakukan pembunuhan karena Brigadir J telah melukai martabat istrinya dan keluarga.
"Bohong itu," kata Kamaruddin dilansir dari Tribunnews yang mengutip Kompas.TV.
Kamaruddin mengatakan pada awal kasus ini mencuat, disebut telah terjadi tindakan pelecehan seksual oleh Brigadir J kepada Putri Candrawathi, istri Ferdy Sambo, yang terjadi di rumah dinas di Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Kata Sambo, istrinya telah dilukai harkat dan martabatnya oleh Brigadir J saat masih berada di Magelang.
"Sekarang jadi bergeser ke Magelang. Ini mabuk tanpa minum," ucap Kamaruddin.
Menurut Kamaruddin, jika memang ada tindakan Brigadir J yang melecehkan istrinya di Magelang, mengapa harus sampai di Jakarta terlebih dahulu untuk membuat laporan polisi.
Menurut Kamaruddin, seharusnya Irjen Ferdy Sambo bisa melaporkan tindakan Brigadir J kepada polisi yang berada di Magelang, Jawa Tengah.
Baca juga: Jumlah Harta Kekayaan Ferdy Sambo Sejak Tahun 2021 Tak Ada Di Situs LKHPN, Ini Penjelasan KPK
Atau setidaknya, lanjut Kamaruddin, Ferdy Sambo dapat memerintahkan Kabid Propam Polda Jawa Tengah untuk menangkap Brigadir J saat itu juga.
Tapi yang terjadi justru sebaliknya, ungkap Kamaruddin, Ferdy Sambo justru membiarkan Putri Candrawathi tetap dikawal oleh Brigadir J sampai ke Jakarta.
Padahal, Ferdy Sambo telah mengetahui bahwa Brigadir J adalah orang yang jelas-jelas disebut telah melakukan pelecehan kepada istrinya.
"Tapi malah istrinya dikawal dengan baik dan tidak masalah sampai Jakarta. Itu ngawur itu," ucap Kamaruddin.
Selain itu, ungkap Kamaruddin, pada keterangan awal polisi disebutkan bahwa Ferdy Sambo tidak berada di lokasi ketika Brigadir J terbunuh karena sedang tes PCR.
Namun, faktanya Ferdy Sambo ada di lokasi kejadian. Ia tertangkap kamera CCTV sedang melakukan tes PCR di rumahnya.
Kamaruddin mengatakan, Ferdy Sambo mengubah alibinya karena merasa sudah terpojok.
"Itu karena dia sudah terpojok, sudah tidak bisa ngomong apa-apa lagi. Karena sudah terang benderang dia ada di lokasi, tidak benar dia tes PCR. Maka dia ciptakan lagi alibi-alibi lainnya yang lebih konyol," ujarnya.
Kamaruddin pun menyarankan Sambo agar merenung dan bertobat.
Baca juga: HUKUMAN, Istilah Yang Digunakan Ferdy Sambo Untuk Kasus Eksekusi Brigadir J, Akui Rancang Skenario
Dengan demikian, ungkap Kamaruddin, Sambo tidak terus berbohong.
Komnas HAM ungkap pemeriksaan terhadap Ferdy Sambo
Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik, ketika skenario Ferdy Sambo ini dijabarkan, seperti sebuah judul film aksi yang penuh intrik.
Selain sebagai penulis skenario, rupanya Ferdy Sambo pun bertindak sebagai sutradara.
Mantan Kadiv Propam Polri ini mengarahkan para tersangka yang terlibat, seperti Putri Candrawathi, Bharada E, Brigadir RR hingga KM untuk melakukan adegan yang dimintanya.
Saat diperiksa Komnas HAM, Ferdy Sambo mengaku selain menjadi otak pembunuhan Brigadir J, ia juga sebagai pembuat skenario.
Skenario dan rancangan yang dibuatnya ini pun berlaku untuk para pemain yang kini menjadi tersangka.
Para pemain ini diminta untuk melakukan adegan per adegan sesuai yang dibuat Ferdy Sambo,
"Untuk saudara FS ( Ferdy Sambo) ini, dia pada pokoknya sudah mengakui 2 hal. Pertama, dia mengakui kalau dialah otak pembunuhan atau penembakan saudara Yoshua. Kedua, dia juga mengkondisikan supaya orang-orang yang menjadi saksi kunci itu memberikan keterangan sebagaimana skenario yang dibuat," papar Ketua Komnas HAM, Achmad Taufan Damanik, dikutip TribunnewsBogor.com dari Youtube Narasi, Minggu 21 Agustus 2022.
Baca juga: Tak Hanya Bharada E, Kini LPSK Evakuasi Keluarga Eliezer Dari Sulawesi Utara Ke Tempat Lebih Aman
Skenario yang dibuat Ferdy Sambo ini adalah adanya pelecehan seksual pada Putri Candrawathi hingga sebabkan adanya tembak menembak antara Bharada E dan Brigadir J yang menewaskan Brigadir J.
Untuk membuat skenario itu seolah asli tanpa rekayasa, rupaya Ferdy Sambo sudah menyiapkan segala alat pendukung, mulai dari pengkondisian CCTV hingga senjata yang digunakan.
"Yaitu skenario seolah-olah ada tindakan pelecehan seksual di rumah Duren Tiga, yang dilakukan saudara Yosua terhadap istrinya. Setelah itu terjadi tembak menembak antara Yosua dengan Richard atau Bharada E. Itu diakuinya sebagai rancangan dia dan setelah itu, semua dia siapkan alat pendukungnya," ungkap Achmad Taufan Damanik.
Rupanya, penyusunan skenario pembunuhan Brigadir J ini dilakukan Ferdy Sambo di rumah pribadinya, di kawasan Saguling Tiga.
Sementara itu, untuk eksekusi pembunuhan Brigadir J dilakukan di rumah dinas Ferdy Sambo di kawasan Duren Tiga.
Sebelum mengeksekusi Brigadir J, Ferdy Sambo kemudian memanggil para ajudan terpilihnya, yakni Brigadir RR, Bharada E hingga sang sopir KM.
Kepada 3 anak buahnya, Ferdy Sambo mengingatkan job desk atau pembagian tugas masing-masing ketika Brigadir J dieksekusi.
"Kemudian, setelah itu dia memanggil KM, RR dan Richard itu. Untuk dia kasih arahan bahwa kalian harus lakukan ini, ini, itu begitu. Itu dia akui," ungkap ketua Komnas HAM.
Setelah skenario sudah tersusun rapi dan para pemain menyatakan siap, Ferdy Sambo pun mengarahkan istrinya, Putri Candrawathi untuk pergi duluan ke rumah dinas.
Baca juga: Beredar Rekaman CCTV Pada Hari Kejadian Perampasan Nyawa Brigadir J Di Rumah Ferdy Sambo 8 Juli 2022
Para ajudan yang lain, seperti Bharada E, Brigadir RR hingga KM pergi bersama Putri Candrawathi.
Giliran Ferdy Sambo melakukan adegannya. Ferdy Sambo kemudian pura-pura pergi dikawal motor patwal setelah Putri Candrawathi dan para ajudannya ke rumah dinas.
Di depan rumah dinas, Ferdy Sambo berakting pura-pura berhenti lantaran menerima telpon Putri Candrawathi.
Rupanya, hal itu hanya sebagai alasan agar Ferdy Sambo bisa masuk ke rumah dinas tanpa dicurigai.
Tak hanya itu, saat Ferdy Sambo masuk ke rumah dinasnya, proses eksekusi pembunuhan Brigadir J belum dilakukan.
"Kemudian ibu PC dan rombongan pergi ke rumah dinas, kemudian dia menyusul. Itu mengesankan seolah-olah dia mau pergi ke tempat lain.
Terus tiba-tiba dia balik begitu. Dia katakan, itu yang dia skenariokan
Sebetulnya dia akan ke TKP untuk melakukan eksekusi terhadap Yosua, begitu," ungkap ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik.
Peristiwa saat Ferdy Sambo dikawal patwal dan berhenti di depan rumah dinas ini terjadi sekira pukul 17.17-17.18 WIB.
Kepada Komnas HAM, Ferdy Sambo mengaku saat ia ada di depan rumah dinas itu, proses eksekusi terhadap Brigadir J belum dijalankan.
"Motor patwal mengarah ke Duren Tia, namun mundur kembali ke arah TKP pada pkl 17.17 - 17.18 Tapi akhirnya itu diakuinya bahwa sebetulnya itu adalah skenario yang dia buat."
"Dia kembali itu, bagian dari skenario dan belum terjadi apa-apa," ungkapnya.
Begitu tiba di rumah dinas, Ferdy Sambo memerintahkan ajudannya untuk memanggil Brigadir J.
Saat eksekusi itu, Ferdy Sambo menyebut itu hanya sebagai hukuman.
"Setelah dia masuk ke rumah dinas itulah atau TKP itu, dia kemudian memanggil Yosua dan beberapa ADC yang tadi itu untuk kemudian melakukan katakanlah hukuman. Dalam bahasa dia ya, kepada Yosua," ungkapnya.
Kemudian, Ferdy Sambo memerintahkan Bharada E untuk menembak Brigadir J lebih dulu.
Sebagai anak buah, Bharada E pun hanya patuh dan siap melakukan perintah atasannya.
"Salah satunya jelas ada pengkondisian. Jadi disitu terlihat ada skenario. Mereka juga diingatkan nanti kalau ada pertanyaan ingat itu skenarionya, begitu. Dan bahasa-bahasa itu dijawab ADC, iya oke akan kami lakukan dengan kata-kata 'siap komandan' Dan ketika kami tanyakan kembali kepada mereka, memang katanya ami dikondisikan untuk mengakui sebagaimana skenario yang sudah disiapkan tadi," papar ketua Komnas HAM.
Sementara itu, Putri Candrawathi rupanya diminta untuk tetap berada di dalam kamar saat eksekusi Brigadir J berlangsung.
"Mereka pergi ke rumah dinas, ibu PCnya masuk ke dalam kamar tidur itu, Jadi mereka melakukannya di ruang tamu," pungkas ketua Komnas HAM.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ferdy Sambo Bahasakan Pembunuhan Brigadir J sebagai Hukuman, Dosa Sang Ajudan Diungkap, Tapi Janggal.