Kasus Pertama Cacar Monyet Terkonfirmasi di Indonesia, Menkes : Tidak Usah Khawatir

Kementerian Kesehatan memastikan satu warga negara Indonesia terkonfirmasi menderita monkeypox (cacar monyet). 

Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Menkes Budi Gunadi saat memberikan sambutan pada The 3rd Health Working Group G20 di Nusa Dua, Badung Bali. 


"Ada untungnya kita, karena di Asia dulu kita kena pandemi cacar lebih belakang (belakangan terjadinya) dibandingkan dengan di Eropa. Di Eropa cacar saat itu lebih cepat hilangnya karena lebih cepat hilangnya, vaksinasinya lebih cepat berhentinya. Karena lebih cepat berhentinya jadi banyak orang-orang di Eropa yang tidak punya imunitas terhadap virus ini," kata Menkes Budi Gunadi.


"Sedangkan orang Indonesia karena dulu pandemi cacarnya masih kena termasuk orang-orang seperti saya divaksinasi cacar, sehingga masih ada antibodinya. Dengan demikian diharapkan orang-orang yang lahir dibawah 1980 seharusnya masih ada antibodinya," sambungnya.


Vatalitas atau tingkat kematian monkeypox sangat rendah karena dari 35 ribu data dari WHO yang meninggal terindentifikasi 12 orang, tetapi meninggalnya bukan karena virusnya tapi secondary impacted.


Jadi infeksi di kulit kemudian garuk-garuk dan segala macam ada infeksi yang masuk kemudian kena infeksi bakteri lain kena paru dan biasanya meninggal gara-gara pneumonia atau nanti infeksi yang masuk ke infeksi di meningitis atau di otak oleh bakteri.


"Tapi bukan meninggalnya karena infeksi oleh virusnya di kulit. Jadi tidak usah terlalu khawatir dan ini sudah terjadi di Indonesia sudah ada satu. Pesan saya jaga prokes tetap atau jaga kebersihan, kalau ada orang-orang yang sudah berbintik-bintik biar segera dilaporkan dan jangan bersentuhan fisik dengan orang-orang yang berbintik-bintik cacar," tegas Menkes Budi Gunadi.


Jelas sekali kelihatan monkeypox itu bintik-bintiknya di tangan, muka dan genitalnya, lalu surveilancenya sudah siap dengan tes PCR yang telah ada 1.000 lab PCR lengkap dengan reagennya.


Monkeypox ada dua tipe yakni Afrika Barat dan Afrika Tengah, yang satu fatal dan tidak fatal.


Kebanyakan di Eropa dan Indonesia ini tidak fatal tetapi kalau dilihat kondisinya masih biasa jadi bukan terpapar yang varian fatal.


"Mengenai perawatannya tidak usah khawatir karena vatalitasnya rendah masuk rumah sakit. Dan meninggalnya bukan gara-gara virusnya tapi gara-gara secondary impacted," demikian kata Menkes Budi Gunadi.


Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH menghimbau masyarakat agar tidak panik karena daya tular dan fatalitas cacar monyet sangat rendah dibandingkan dengan Covid-19. 


Sebagai gambaran, saat ini ada 39,718 kasus konfirmasi cacar monyet diseluruh dunia namun yang meninggal hanya 12 orang, atau kurang dari 0.001 persen dari total kasus.
 
Transmisi monkeypox tidak semudah COVID-19 yang melalui droplet di udara.


''Penularan monkeypox melalui kontak erat,'' kata dr Syahril.
 
Konfirmasi kasus monkeypox pertama di Indonesia telah ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta bersama Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes untuk melakukan surveilans kepada masyarakat atau kontak erat dari pasien.
 
Sebagai bentuk kewaspadaan, tambah dr. Syahril, Kemenkes sudah melakukan pemantauan intensif di seluruh pintu masuk Indonesia, baik dari udara, laut, maupun darat yang berhubungan langsung kepada negara-negara yang sudah melaporkan adanya kasus monkeypox. 


Sekitar 89 negara yang sudah melaporkan adanya kasus cacar monyet di negaranya.
 
Pemerintah juga sudah memberikan status kewaspadaan kepada seluruh maskapai penerbangan dan pelabuhan untuk bersama memberikan suatu kewaspadaan apabila ada penumpangnya yang mempunyai gejala cacar monyet.
 
Langkah berikutnya, ucap dr. Syahril, pihaknya sudah memberikan sosialisasi dan edukasi kepada seluruh masyarakat, seluruh petugas kesehatan, dan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan untuk mewaspadai cacar monyet.
 
dr. Syahril mengingatkan kepada seluruh masyarakat agar selalu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan meningkatkan protokol kesehatan.
 
''Protokol kesehatan ini bukan hanya untuk monkeypox saja tapi juga untuk seluruh penyakit menular,'' kata dr. Syahril.
 
Pemerintah telah memberikan pedoman kepada seluruh Dinas Kesehatan di Indonesia, seluruh rumah sakit, dan seluruh Puskesmas untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap monkeypox. 


Ia berharap jangan sampai ada petugas kesehatan di fasilitas kesehatan manapun yang tidak paham dengan cacar monyet, karena ini bagian dari kewaspadaan.
 
Pemeriksaan PCR untuk monkeypox saat ini baru bisa dilakukan di dua tempat, yakni di laboratorium rujukan nasional BKPK Kemenkes, dan laboratorium Institut Pertanian Bogor.
 
Saat ini sedang dalam proses penambahan 10 laboratorium yang ditingkatkan untuk melakukan pemeriksaan PCR tersebut. 


Ada pula beberapa rumah sakit yang sudah bisa melakukan PCR.
 
Dikatakan dr. Syahril, Kemenkes sudah menyiapkan 1.200 reagen untuk pemeriksaan monkeypox. Pemeriksaan dilakukan manakala ada kecurigaan monkeypox.
 
''Pemeriksaan PCR monkeypox ini berbeda dengan pemeriksaan PCR COVID-19. PCR monkeypox dilakukan dengan swab pada ruam-ruam yang ada di tubuh pasien,'' ujar dr. Syahril.
 
Pasien monkeypox juga tidak diperlukan ruang isolasi sebagaimana pasien COVID-19. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved