Berita Denpasar
Ada Prasi Sepanjang 4 Meter, Berkisah Tentang Arsitek Taman Ayun, Melibatkan Seniman China Medan
Ada Prasi Sepanjang 4 Meter, Berkisah Tentang Arsitek Taman Ayun, Melibatkan Seniman China Medan
Penulis: Putu Supartika | Editor: Harun Ar Rasyid
Ketua pelaksana pelatihan, I Wayan Gede Wisnu mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu implementasi pengabdian pada masyarakat.
“Selama ini bahasa Bali lazimnya dituturkan lewat satua atau ditulis. Dan kami melihat akan lebih menarik lagi ditampilkan dalam visualisasi. Kita memiliki komik tradisional bernama prasi yang tidak kalah dengan komik pada umumnya. Beranjak dari sana kami gelar ini,” katanya.
Ia melihat saat ini seni prasi berkembang di Buleleng dan Karangasem, namun di tempat lain belum begitu berkembang.
“Kami berharap dengan kegiatan ini bisa melahirkan generasi muda yang bergelut dalam seni prasi. Peluang prasi ini masih terbuka lebar,” katanya.
Gede Wisnu menambahkan selama ini generasi yang tertarik pada seni prasi ini masih belum begitu banyak.
Sementara itu, Kelian Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita mengatakan masih banyak yang perlu dikembangkan dalam dunia seni prasi ini termasuk alih wahana.
“Misal kita garap serius seni ini, tak hanya melahirkan nilai estetis saja, tapi juga bisa menjadi buah tangan khas Bali,” katanya.
Bagi Wahyudita, prasi ini adalah karya monumental Bali yang khas karena dibuat di atas daun lontar.
“Mungkin dalam seni lukis ada lukisan Kamasan, lukisan gaya Nagasepaha dan lainnya. Namun ada lagi yang khas yakni prasi ini,” katanya.
Dirinya menilai, ke depan seni prasi ini harus bisa dibuatkan satu ekosistem yang berkelanjutan.
Sehingga seni ini tak hanya berhenti sebagai sebuah karya seni, tapi bisa melahirkan komoditi baru semisal kaos bergambar prasi.
“Seni prasi ini juga bisa melatih anak-anak untuk memegang pangrupak, sebagai jembatan bagi pemula untuk merangsang dan mengenal lebih jauh tentang lontar,” katanya. (*)