Berita Bali
Harumkan Nama Bali, Dayu Titin Usia 26 Tahun Sudah Bergelar Doktor dan IPK 4 di UI
Harumkan Nama Bali, Dayu Titin Usia 26 Tahun Sudah Bergelar Doktor dan Capai IPK 4 di Universitas Indonesia
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN BALI.COM, DENPASAR - Pendidikan tentunya menjadi hal yang sangat penting untuk kehidupan ini.
Tak banyak orang yang dapat menggapai pendidikan setinggi langit.
Entah karena alasan pembiayaan atau memang sudah cukup dengan pendidikan yang sudah ia dapatkan.
Namun seseorang dapat menggapai pendidikan yang tinggi dengan berbagai usaha salah satunya pada jalur beasiswa.
Seperti Dr. Ida Ayu Nyoman Titin Trisnadewi,S.T.,M.T. seorang Putri Bali berasal dari Klungkung yang berhasil menamatkan pendidikan S3 nya ketika berumur 26 Tahun.

Dayu Titin sebelumnya merupakan mahasiswa yang mengemban pendidikan di Jenjang Doktor Prodi Teknik Mesin di Universitas Indonesia, dan sudah diwisuda pada 11 September 2022 kemarin.
Tak tanggung-tanggung Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang diraih Dayu yakni sebesar 4,00.
Ketika dikonfirmasi, Dayu pun mulai menceritakan bagaimana ia dapat menamatkan pendidikannya tersebut dengan menggunakan beasiswa.
“Jadi beasiswanya namanya Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Dari pendidikan S1 dapat langsung mengemban pendidikan S2 dan S3 selama 4 tahun dan program beasiswa ini dari Dikti. Mungkin di Bali memang waktu jaman aku belum ada yang dapat jadi masih sedikit orang yang paham dan tahu,” katanya pada, Sabtu 17 September 2022.
Ketika ia mengetahui informasi mengenai beasiswa tersebut, ia mencoba untuk meng-apply beasiswa tersebut.
Sehingga selama 4 tahun, ia harus menyelesaikan studi S2 dan S3 tersebut.
Pada program studi Megister ia harus menyelesaikan selama 3 semester dan program studi Doktornya harus selesai selama 5 semester.
Selain biaya pendidikan, beasiswa tersebut juga memberikan biaya riset dan uang sakunya.
Sebelumnya, Dayu telah menamatkan pendidikan Megisternya pada Tahun 2020 di Universitas Indonesia.
Dan untuk studi Sarjananya ia tamatkan di Universitas Udayana.
“Senang sih, tidak terbayang bisa mendapatkan IPK 4,00 di UI. Kalau teknik orang taunya susah. Jadi tidak kebayang, cuma kemarin kepikirannya supaya kelar saja karena kan targetnya supaya tidak nambah uang kuliah lagi jadi saya push diri saya untuk menyelesaikan semuanya. Jadi bangga bisa dapat IPK 4 bisa membanggakan Bali juga disini,” tambahnya.
Sejak SMA, memang Dayu sangat menggemari pelajaran yang berkaitan dengan pertambangan dan bebatuan.
Lalu tiba pada saat ia akan memasuki jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi, dan kebetulan saat itu di Bali belum ada Perguruan Tinggi yang menyediakan prodi Teknik Pertambangan.
Sehingga ia mencari prodi yang sekiranya masih berkaitan dengan pertambangan atau material.
Lalu dipilihnya prodi Teknik Mesin di Universitas Udayana. Sementara untuk pendidikan SMA nya ia merupakan tamatan dari SMAN 1 Semarapura dan juga lahir di Klungkung.
“Kalau sekarang setelah sidang sudah dikontrak dari pembimbing saya di UI. Sebelumnya memang beliau mengontrak saya 6 bulan untuk menjadi asisten beliau disini dan mengerjakan pekerjaan riset. Menurut saya ini menguntungkan saya juga karena bisa menambah ilmu dan pengalaman-pengalaman sebelum kembali ke Bali. Dan sejauh ini masih jadi Asisten Laboratorium di UI,” paparnya.
Ia pun turut memberikan tips bagi masyarakat khususnya di Bali yang ingin melanjutkan pendidikan dengan beasiswa.
Salah satunya dengan mencari informasi apakah Perguruan Tinggi tersebut melakukan kerjasama dengan beasiswa.
Menurutnya selain PMDSU, juga terdapat beasiswa-beasiswa lainnya yang tersedia di Perguruan Tinggi lainnya. Menurutnya dalam hal ini, kita harus jeli untuk mendapatkan beasiswa tersebut.
Sementara untuk tes beasiswa, Dayu mengatakan kurang lebih sama seperti tes PMDK atau Simak. Hanya saja ada tambahan wawancara.
“Menurut aku sendiri kurangnya kita itu dibagian informasi tentang beasiswanya. Jadi untuk adik-adik yang ingin mendapatkan beasiswa agar lebih jeli lagi mendapatkan informasi di sosial media. Karena mereka pasti update. Mungkin harapan aku kita lebih bisa membuka peluang atau wawasan pada dunia luar khususnya mahasiswa di Bali,” harapnya.
Ia juga menyarankan agar mahasiswa di Bali dapat bekerjasama dengan orang di Luar Negeri dengan tujuan untuk meningkatkan wawasan yang lebih luas lagi, baik tentang Engineering atau terkait riset. Sehingga kita dapat mengaplikasikan hal tersebut di Bali.
“Sementara tentang riset juga kalau aku pribadi yang aku alami risetnya masih kurang di Bali. Seandainya aku balik ke Bali aku ingin dapat membantu atau memberikan sumbangsih agar riset-riset di Bali lebih berkembang lagi jadi bukan hanya fokus di Bali,” tutupnya. (*)
Baca juga: KISAH PUTU ADHI Jadi Lulusan Terbaik IPDN 2022, Ingin Jadi Gubernur Bali