Berita Bali
Tragedi Pembuhan Ibu Tiri oleh Pria 25 Tahun, Direktur RSJ Bali Benarkan Pelaku ODGJ dan pasien RSJ
Direktur RSJ Bali, dr. Dewa Gede Basudewa membenarkan jika I Wayan Agus Arnawa merupakan pasien RSJ Bali.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Direktur RSJ Bali, dr. Dewa Gede Basudewa membenarkan jika I Wayan AA merupakan pasien RSJ Bali.
Pria 25 tahun itu merupakan pasien beberapa tahun lalu, dan kini masih rutin melakukan kontrol.
Basudewa mengatakan, Wayan Agus memang memiliki riwayat gangguan jiwa berat.
Ia sempat dirawat di RSJ Bali sekitar tahun 2017. Dan sesuai catatan terakhir di RSJ Bali, ia sempat keluar-masuk RSJ pada bulan Maret hingga Juli 2022.
"Pendek-pendek masa perawatannya. Ada yang dua Minggu dirawat, setelah kondisinya bagus akhirnya pulang. Keluarga dan pasien juga sangat kooperatif dalam melakukan kontrol bulanan," ungkapnya Minggu 18 September 2022.
Berdasarkan informasi yang dia terima, selama menjalani perawatan di RSJ, Wayan Agus menunjukkan gejala membaik, tenang dan ramah.
Kendati demikian, hal tersebut dinilai masih berupa keterangan secara subyektif.
Sedangkan mengenai apa yang terjadi saat ini, Basudewa mengaku belum bisa memastikannya.
Ia menegaskan, pihaknya perlu melakukan evaluasi dan investigasi lebih lanjut terhadap tindakan pembunuhan yang dilakukan Wayan Agus.
"Kita perlu menggali lagi yang mendasari dia melakukan tindakan itu. Apakah karena konsumsi obatnya, apakah berhubungan dengan gangguan jiwanya, bagaimana kondisinya terkahir, dan sebagainya kita perlu gali lagi. Tentunya setelah yang bersangkutan ditemukan, dan dibawa ke RSJ Bali," ucapnya.
Mengingat hingga berita ini ditulis keberadaan Wayan Agus belum ditemukan, Basudewa mengimbau pada masyarakat agar membantu menginformasikan keberadaannya.
Pihaknya juga meminta agar masyarakat tidak berbuat kekerasan terhadap pasien, dan menyarankan agar sebaiknya melapor pada pihak berwajib.
"Yang bersangkutan ini merupakan disabilitas, dia tuna wicara. Ketika masyarakat menemukan keberadaannya, buat dia nyaman dan tenang dulu dengan diberi makan dan minum. Pasien seperti ini, jika tidak ada pemicunya maka dia biasanya akan koorperatif. Setelah itu baru diajak atau melapor ke pihak berwajib," ujarnya.
Basudewa juga meminta masyarakat yang pertama kali menemukan keberadaan Wayan Agus, agar menginformasikan pada aparat ihwal bagaimana respon saat bertemu orang lain.
"Misalnya tampak ketakutan, tampak menarik diri setelah diberikan makan minum baru tenang, dan sebagainya. Tolong itu dijelaskan pada polisi, sehingga ada informasi data kondisinya pada saat dibawa ke rumah sakit," tandasnya.
Sebelumnya, diberitakan terjadi pembunuhan yang dilakukan I Wayan AA (25) pada ibu tirinya di Banjar Marga Tengah, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Gianyar, Bali, tepat terjadi saat warga setempat menggelar persiapan upacara ngaben di bale banjar.
Pelaku yang beraksi karena gangguan jiwanya kumat itu pun kini membuat warga setempat resah.
Sebab usai melakukan aksi kejinya, ia kabur dan belum tertangkap sampai berita ini ditulis, Jumat 18 September 2022 sekitar pukul 14.00.
Di mana dia melakukan pembunuhan itu pukul 06.30 Wita.
Kelian Dinas Banjar Marga Tengah, I Kadek Dwi Wedana saat ditemui di bale banjar setempat membenarkan, pasca kejadian ini, warganya cukup resah.
Sebab tindakan tersebut telah dilakukan pelaku sebanyak dua kali.
Pertama dilakukan pada ibu kandungnya, dan yang kedua kalinya dilakukan pada neneknya.
Sementara korban tewas kali ini merupakan ibu tirinya.
Dia menjelaskan, pasca menghabisi neneknya sekitar lima tahun lalu, krama sudah mengusulkan agar pelaku dibuatkan kamar khusus, agar tidak berkeliaran di pemukiman.
Di mana usai dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bali, hal tersebut telah dipenuhi oleh pihak keluarga.
Namun setelah berjalan cukup lama, ia kembali diberikan berbaur.
"Usai kejadian ini, kami harap pemerintah agar ikut memberikan solusi. Kalau kami sih maunya agar tidak lagi di sini, entah di RSJ selamanya atau dibuatkan tempat khusus, karena kalau di sini, pelaku membuat masyarakat ketakutan. Dulu saja, waktu menghabisi neneknya, warga dua minggu tidak berani keluar rumah," ungkapnya.
Jikapun harus di banjar ini, ia meminta pihak keluarga agar yang bersangkutan ditaruh di rumah khusus, dan tidak dilepas.
Hal ini untuk kebaikan bersama, yakni, yang bersangkutan tidak melukai warga atau warga supaya tak menghakimi yang bersangkutan.
"Di rumahnya sudah ada rumah khusus. Tapi intensnya, ada 1 tahun di rumah itu. Kami harap seterusnya. Agar tak merembet ke warga lain, dan tak terjadi penghakiman," tandasnya.
Terkait upacara kematian korban atau ibu tiri pelaku, Wedana tidak dilakukan di banjar.
Sebab upacara ngaben di banjar sudah mepet, dan Senin 19 September besok, sudah memasuki upacara ngewangun.
Karena itu, saat ini jenazah korban masih dititipkan di rumah sakit sampai 6 Oktober 2022.
Pihaknya juga mengimbau agar warga tetap waspada, jangan meninggalkan anak kecil sebab pelaku masih berkeliaran.
"Kami imbau agar masyarakat waspada. Anak-anak jangan ditinggalkan sendirian. Saya sendiri sudah menyebar foto yang bersangkutan, agar kalau ketemu bisa dilaporkan ke yang berwajib," tandasnya. (*)
(mer)