Berita Denpasar
Buntut Dugaan Kasus Penolakan Pasien di RSUD Wangaya, Wakil Wali Kota Denpasar: Kami Evaluasi
dugaan penolakan pasien di RSUD Wangaya Denpasar, Bali, tindak lanjut dari Pemkot Denpasar yakni melakukan evaluasi di internal rumah sakit
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pada Sabtu 24 September 2022 kemarin, sempat heboh dugaan penolakan pasien di RSUD Wangaya Denpasar, Bali.
Selain itu, dikatakan pula jika saat anak pasien tersebut membutuhkan ambulans malah ditolak.
Sehingga pasien tersebut dibonceng dengan sepeda motor menuju ke RSUP Prof. Ngoerah dan akhirnya pasien meninggal dunia.
Terkait hal tersebut, Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa mengatakan, kondisi saat itu di RSUD Wangaya memang penuh.
Baca juga: Meninggal karena Tak Dapat Bantuan RS, RSUD Wangaya Denpasar Bantah Disebut Tolak Pasien Darurat
Di IGD menurutnya memang dirawat sebanyak 13 orang pasien.
“13 pasien di IGD memang tingkat kegawatdaruratannya perlu pelayanan dan pengawalan. Karena sesuai SOP jika saat itu melayani yang lain dan pasien yang sudah dilayani meninggal misalnya, maka itu akan lebih berisiko terkait dengan pelayanan,” kata Arya Wibawa saat diwawancarai pada Rabu 28 September 2022.
Setelah kejadian tersebut, pihaknya mengaku sudah langsung meninjau SOP penggunaan ambulans.
Hal ini karena yang ramai dibicarakan juga terkait peminjaman ambulans yang tidak diizinkan.
“Dari SOP saat pemakaian ambulan di rumah sakit memang wajib didampingi oleh dokter atau perawat,” katanya.
Adapun tindak lanjut dari Pemkot Denpasar yakni melakukan evaluasi di internal rumah sakit.
Selain itu juga melakukan penambahan bed di IGD rumah sakit.
“Kami lakukan evaluasi internal untuk peningkatan pelayanan agar sesuai dengan motto Sewakadharma dan Vasudhaiva Kutumbakam,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, sebuah postingan dari anggota DPD Perwakilan Bali, Arya Wedakarna di akun instagramnya menjadi buah bibir.
Dalam postingannya, AWK mengatakan adanya dugaan penolakan pasien di RSUD Wangaya, Bali.
Di mana AWK mengaku menerima aspirasi dari warga Buleleng.
Dalam postingannya di instagram @aryawedakarna menuliskan akibat dugaan penolakan tersebut si pasien sampai meninggal dunia.
Bahkan dalam postingan disebutkan jika peminjaman ambulans juga ditolak.
"Malam ini Beliau Ratu Gusti @aryawedakarna menerima aspirasi dari warga Buleleng yg harus kehilangan nyawa IBUnya karena diduga ditolak oleh RS Wangaya @rsud.wangaya termasuk RS menolak meminjamkan Ambulance dr RS Wayanga ke Sanglah," tulisnya.
Karena hal itu, anak si pasien membonceng ibunya ke RSUP Sanglah.
Sesampainya di RSUP Sanglah si pasien sudah meninggal dunia.
"Bayangkan, anak muda itu harus ‘membonceng’ ibu beliau dengan sepeda motor dan ibu beliau dinyatakan meninggal saat di tiba di RS Sanglah. Saat ini sedang diurus jenazah di Sanglah. Besok AWK akan turun tangan ke Sanglah dan memastikan jenazah tiba besok juga di kampung beliau. Selanjutnya AWK akan memproses hukum oknum pejabat/petugas rumah sakit Wangaya jika terbukti salah. Jika ini dibiarkan, maka tentu akan Memalukan nama Walikota Denpasar dan Satu Jalur," tulisnya.
Terkait hal tersebut, dihubungi Sekda Kota Denpasar, IB Alit Wiradana mengaku sedang meminta klarifikasi kepada Dirut RSUD Wangaya.
"Tiang sedang mengklarifikasi informasi tentang kronologis kejadian dari Direktur RS Wangaya. Untuk lebih jelasnya durus hubungi Direktur RS Wangaya," katanya.
Sementara dihubungi Dirut RSUD Wangaya, AA Made Widiasa mengatakan, jika RSUD Wangaya bukan menolak pasien.
Ia menjelaskan pada saat kejadian kapasitas Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RSUD Wangaya Denpasar saat tersebut penuh.
"Dalam kondisi tersebut apabila dipaksakan menerima pasien, tentu membuat pelayanan tidak akan optimal dan juga berisiko bagi pasien," katanya.
Adapun kronologis kejadian yakni, pada Sabtu 24 September 2022, sekitar pukul 20.30 Wita, pasien datang diantar oleh pengantar pasien menggunakan sepeda motor.
Satpam melaporkan kepada petugas IGD ada pasien baru.
Pada saat kejadian tersebut IGD dalam kondisi penuh.
Terdata ada 13 pasien yang sedang menjalani perawatan darurat.
Bahkan di ruang tunggu ada beberapa pasien yang sedang mengantri untuk mendapatkan pelayanan.
Melihat kondisi tersebut, dokter jaga menemui pengantar pasien dan menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit terdekat dalam hal ini disarankan untuk dibawa ke RS Manuaba.
Hal ini dilakukan supaya pasien dapat pelayanan dan penanganan yang lebih cepat.
"Pengambilan dasar keputusan tersebut, karena jarak rumah sakit Manuaba dirasa paling dekat dengan RSUD Wangaya dengan estimasi waktu sekitar 5 menit," katanya.
Ketika disarankan untuk ke rumah sakit terdekat, pengantar pasien meminta untuk diantar ambulance.
Namun demikian berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) RSUD Wangaya mengenai merujuk pasien ke rumah sakit lain No. 040/018/IGD/RSUDW/2018 penggunaan ambulance wajib didampingi dokter dan perawat.
"Mengingat kondisi IGD yang sedang penuh pasien dan juga memerlukan penanganan tim medis, maka penggunaan ambulance tidak dapat dilakukan oleh karena perawat dan dokter sedang melakukan penanganan pasien," katanya.
Saat ini, pihaknya mengaku sedang berproses untuk menambah kapasitas bed di ruang IGD dalam mengantisipasi lonjakan pasien, sehingga bisa menampung lebih banyak pasien yang memerlukan penanganan gawat darurat.(*).
Kumpulan Artikel Denpasar