Berita Bangli

Masuki Musim Penghujan, BPBD Bangli Minta Masyarakat Waspadai Bencana Pohon Tumbang dan Longsor

Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD Damkar) Bangli, mengimbau masyarakat agar waspada

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Harun Ar Rasyid
Tribun Bali/Fredy
Kalak BPBD Bangli, I Wayan Wardana. 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD Damkar) Bangli, mengimbau masyarakat agar waspadai potensi bencana pohon tumbang dan tanah longsor.

Hal ini menyusul situasi cuaca di Bangli yang kini mulai mulai memasuki musim penghujan.

Kalak BPBD dan Damkar Bangli, I Wayan Wardana mengungkapkan, secara umum bulan-bulan ini memang sudah memasuki musim penghujan, dengan intensitas tergolong ringan hingga sedang. Hanya saja sebarannya tidak merata.

"Kalau dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, saat ini hanya hujan biasa. Memasuki bulan Desember baru hujan disertai angin dan petir. Sedangkan puncaknya pada bulan Februari-Maret," sebutnya, Selasa 4 Oktober 2022.

Kalak BPBD Bangli, I Wayan Wardana.
Kalak BPBD Bangli, I Wayan Wardana. (Tribun Bali/Fredy)

Dari kondisi tersebut, wilayah Kabupaten Bangli memiliki dua potensi bencana, yakni tanah longsor dan pohon tumbang. Ancaman bencana terbanyak dari wilayah Kecamatan Kintamani dan Tembuku. "Kalau untuk wilayah Kecamatan Susut dan Bangli hanya potensi pohon tumbang," kata dia.

Wardana mengaku pihaknya belum membuat imbauan secara resmi. Kendati demikian, pihaknya secara rutin telah menyebarkan prakiraan cuaca dini dari BMKG kepada masing-masing camat. "Ini sebagai langkah antisipasi. Dengan harapan para camat bisa menyebarkan informasi ini pada grup perbekel masing-masing kecamatan, dan perbekel bisa meneruskan ke Kadus kemudian disebarkan ke masyarakat," ucapnya.

Pun demikian pihaknya juga terus menyiagakan Tim Reaksi Cepat (TRC) baik di BPBD maupun Damkar. Kata Wardana, TRC di BPBD Bangli berjumlah 20 orang, yang dibagi dalam tiga shift. "Satu tim terdiri dari lima orang. Saat ada laporan, TRC harus menuju lokasi paling lama 15 menit. Itu untuk seputaran Bangli, Susut dan Tembuku. Sedangkan Kintamani mungkin lebih, karena jaraknya cukup jauh. Setelah di lokasi, baru kami berkoordinasi ini kewenangannya siapa. Apakah provinsi atau kabupaten," jelasnya.

Mantan Camat Bangli ini mengaku masih ada kendala pihaknya dalam penanganan bencana saat ini, terutama berkaitan dengan pohon tumbang. Salah satunya adalah kendala alat berupa mesin senso (gergaji mesin).

Wardana menyebut, saat ini BPBD Bangli memiliki mesin senso sebanyak lima unit. Sementara yang dibutuhkan sebanyak 10 unit dengan beragam ukuran. Selain juga alat pelindung diri (APD). "Untuk pengadaan kami sudah selalu usulkan. Walaupun realisasinya tetap melihat kemampuan keuangan daerah," ucapnya.

Selain kendala alat, pihaknya juga masih kekurangan personel. Menurut Wardana, dengan lima orang dalam satu tim TRC, penanganan bencana seperti pohon tumbang masih butuh waktu lama. Kendati telah diatur tiap tim ada yang punya kemampuan menyupir, mengoperasikan senso, dan sebagainya. "Dan kita juga masih menyadari tim TRC kita belum dibekali pengetahuan. Karena mereka adalah tenaga-tenaga kontrak pindahan dari instansi lain. Oleh sebab itu kedepannya kita juga harapkan mereka dibekali pemahaman penangan bencana. Sehingga ketika menangani bencana, mereka tidak tertimpa bencana," tandasnya. (mer)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved