Berita Bali
Keluarga Sudah Siapkan Bebantenan di Rumah Duka, Mayat yang Ditemukan di Sanur Masih Diperiksa
Pencarian korban terseret arus sungai Tukad Yeh Ho, Luh Gede Puspasari, 19 tahun, sementara ini membuahkan hasil.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN- Pencarian korban terseret arus sungai Tukad Yeh Ho, Luh Gede Puspasari, 19 tahun, sementara ini membuahkan hasil.
Bukti kuat bahwa penemuan jenazah di Pantai Sanur adalah Puspasari dari pakaian, sepatu dan helm yang dikenakan.
Orangtua korban sudah berangkat ke Denpasar untuk memastikan kebenaran jenazah itu.
Sedangkan saat ini pihak keluarga korban, di Banjar Tangguntiti, Desa Tangguntiti, Kecamatan Selemadeg Timur sedang menyiapkan bebantenan.

Kakek almarhum, Made Suwendra, 65 tahun, mengatakan, bahwa neneknya Nyoman Natri sudah menyiapkan bebantenan.
Hal ini, adalah upaya persiapan sembari menunggu kepastian informasi bahwa jenazah yang ditemukan itu adalah cucunya.
Pihak keluarga juga sudah mengikhlaskan kepergian cucu perempuannya itu.
Dan dirinya berharap bisa untuk segera menggelar upacara yang semestinya ketika itu pasti jenazah cucunya.
Pihak keluarga selain menyiapkan Banten. Juga ketika memang dipastikan, maka akan berembug nanti malam untuk prosesi upacara yang dilakukan kepada korban.
“Ya ini dipersiapkan sembari menunggu kepastian. Kami berharap bisa diupacarai yang semestinya. Berhari-hari kami mencari,” ucapnya Jumat 14 Oktober 2022.
Suwendra mengaku, sebelum berangkat kerja dan kuliah, nenek korban sempat mengingatkan cucunya itu, supaya tidak melintasi jembatan saat hujan. Sebab, neneknya khawatir air sungai besar, dan meminta korban agar mencari jalur utama. Dan saat kejadian sendiri, keluarga juga sempat khawatir dan menghubungi korban. Dan handphone korban mati.
“Neneknya sempat ngomong jangan melintas di jembatan kalau air besar. Luh de (korban), sempat mengiyakan. Tapi tetap saja dia melintas di sana (jembatan). Mungkin ini sudah ‘jalannya’ dia,” ungkapnya.
Sementara adik korban, Kadek Sri Sudiasih mengaku, bahwa terkahir kali dirinya dan kakaknya ngobrol pada waktu upacara beberapa waktu lalu. Kakaknya bertanya soal sekolah dirinya. Ia pun tidak sempat ketemu saat kakaknya berangkat kuliah di Universitas Swasta di Denpasar itu. Kakaknya selain kuliah juga sembari bekerja. Menjadi penjaga di salah satu konter di Kecamatan Kediri.
“Nggak ada pesan apa. Cuma terkahir ngobrol pas upacara kapan lalu itu. Soal sekolah tiang (saya). Terus dikasih saran ini itu. Begitulah. Mbok (kakak) kerja sambil kuliah dan sekarang semester tiga,” paparnya.
Kepala Wilayah Banjar Tangguntiti, Made Tirta Yasa mengakui, bahwa Luh De biasa Puspasari dipanggil, dalam pergaulan seperti muda-mudi pada umumnya. Di kegiatan sosial sekaa teruna-teruni juga aktif. Korban aktif di STT Yowana Wijaya Banjar Tangguntiti.