Breaking News
Hanyut di Tabanan, Ditemukan di Sanur, Mayat Diduga Luh Gede Puspasari Ketemu Setelah 7 Hari
penemuan mayat perempuan ditemukan di Pantai Sanur, diduga jenazah itu adalah Luh Gede Puspasari
Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Sesosok jenazah berjenis kelamin perempuan ditemukan di Pantai Sanur, di belakang Hotel Grand Inna Bali Beach Sanur, Jumat 14 Oktober 2022 pagi.
Berdasarkan ciri-ciri dan atribut yang dikenakan, diduga jenazah itu adalah Luh Gede Puspasari (19), warga Banjar/Desa Tangguntuti, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, korban yang hanyut di Sungai Ye Ho, Tabanan, Bali, Jumat 7 Oktober 2022 malam, atau tujuh hari lalu.
Kasi Humas Polresta Denpasar, Iptu I Ketut Sukadi mengatakan, kronologi kejadian penemuan mayat berawal dari I Wayan Sueca (34), warga setempat, sedang mengambil boat Glory 2, pukul 08.30 Wita.
Saat sudah di atas boat, Sueca melihat ada tubuh manusia yang mengambang.
Baca juga: Keluarga Sudah Siapkan Bebantenan di Rumah Duka, Mayat yang Ditemukan di Sanur Masih Diperiksa
“Selanjutnya saksi menghubungi temannya yang ada di darat untuk melaporkan penemunnya tersebut,” jelas Sukadi.
Teman Sueca, yakni I Kadek Darmayasa (31) kemudian melaporkan hal ini ke Pos Polair Sanur.
“Selanjutnya anggota Pos Polair Sanur berkordinasi deBgan balawista Sanur untuk mengevakuasi mayat,” jelasnya.
Mayat berhasil dievakuasi dan dibawa ke Bagian Forensik RSUP Prof IGNG Ngoerah (RSUP Sanglah) menggunakan ambulans BPBD Kota Denpasar.
Di RSUP Ngoerah, dr Nola Margaret Gunawan yang menangani pemeriksaan mayat mengatakan, sejak pagi pihaknya sudah memeriksa jenazah yang ditemukan.
“Saat ini kami sedang melakukan pemeriksaan luar dan juga wawancara dengan pihak yang mengklaim jenazah yang ditemukan di Sanur ini sebagai keluarganya,” jelas dr Nola.
Saat ditemui Tribun Bali di RSUP Ngoerah, Desak Nyoman Ayu Sumariati (45) yang mengaku sebagai bibi korban yang hanyut di Sungai Yeh Ho mengaku sangat yakin 90 persen bahwa jenazah yang ditemukan adalah keponakannya, Luh Gede Puspasari.
“Dari tas, baju, helm, dan buku yang dibawa korban memang itu punya korban. Dari buku akuntansi yang diambil dari rumah saya, tasnya helmnya semua sama,” tutur Desak.
Desak mengaku sebagai orang yang pertama dari pihak keluarga yang tiba di rumah sakit, namun ia tidak sempat bertemu jenazah karena jenazah sudah dimasukkan ke ruang pemeriksaan.
Ia hanya mendapat informasi terkait gambaran keadaan korban dari foto di laut yang dikirim oleh pihak keluarga dan penemu jenazah.
Dari foto tersebut ia semakin yakin bahwa itu merupakan keponakannya, namun karena sudah membengkak jenazah tidak bisa dikenali.
Jumat kemarin merupakan hari ketujuh jenazah hilang dan sudah berada di laut.
Sebelumnya, Desak sudah menduga jenazah keponakannya akan ditemukan di Denpasar atau bahkan di Banyuwangi.
Sebagai orang Bali, Desak juga telah mendapatkan informasi terkait posisi jenazah keponakannya.
“Secara niskala sempat diberitahukan bahwa korban akan ditemukan di pantai yang berhuruf “S”, seperti Pantai Selabih, Soka, atau Sanur ini. Ada teman yang saat pencarian kemarin menginformasikan seperti itu,” tutur Desak.
Sekarang pihak keluarga sedang menyelesaikan proses adminitrasi dan menunggu Kapolsek Kerambitan.
Diketahui pihak keluarga melaporkan kejadian hanyutnya korban ke Polsek Kerambitan.
Apabila sudah selesai pemeriksaan, jenazah tidak akan dibawa pulang terlebih dahulu dan akan dititipkan di kamar jenazah.
Pihak keluarga akan mencari hari baik untuk melanjutkan upacara bagi korban.
Pihak kepolisian dari Polres Tabanan dan Polsek Kerambitan kemarin sudah datang ke Bagian Forensik RSUP Ngoerah. Mereka tiba dan langsung menuju ke ruangan di dalam kamar jenazah.
Kapolsek Kerambitan, AKP Ni Luh Komang Sri Subakti mengatakan, pihak keluarga masih di RSUP Sanglah untuk memastikan apakah benar itu jenazah korban atau bukan.
Meskipun, barang-barang yang ditemukan diakui keluarga korban adalah miliknya.
Beberapa barang yang dikenakan, misalnya korban mengenakan baju sweater warna ungu, memakai sepatu putih, celana pendek warna hitam, memakai helm Ink warna abu, dan tanpa identitas.
Kakek almarhum, Made Suwendra (65), mengatakan, Nyoman Natri, nenek korban, sudah menyiapkan bebantenan.
Hal ini upaya persiapan sembari menunggu kepastian informasi bahwa jenazah yang ditemukan itu adalah cucunya.
Pihak keluarga juga sudah mengikhlaskan kepergian cucu perempuannya itu.
Dan dirinya berharap bisa segera menggelar upacara yang semestinya ketika itu pasti jenazah cucunya.
“Ya ini dipersiapkan sembari menunggu kepastian. Kami berharap bisa diupacarai yang semestinya. Berhari-hari kami mencari,” ucapnya, Jumat.
Suwendra mengaku, sebelum berangkat kerja dan kuliah, nenek korban sempat mengingatkan cucunya itu, supaya tidak melintasi jembatan saat hujan.
Sebab, neneknya khawatir air sungai besar, dan meminta korban agar mencari jalur utama.
Dan saat kejadian, keluarga juga sempat khawatir dan menghubungi korban, waktu itu handphone korban padam.
“Neneknya sempat ngomong, jangan melintas di jembatan kalau air besar. Luh de (korban), sempat mengiyakan. Tapi tetap saja dia melintas di sana (jembatan). Mungkin ini sudah ‘jalannya’ dia,” ungkapnya.
Kadek Sri Sudiasih, adik korban, mengaku, terakhir kali dirinya dan kakaknya ngobrol pada waktu upacara, beberapa waktu lalu.
Kakaknya bertanya soal sekolahnya.
Dia pun tidak sempat ketemu saat kakaknya berangkat kuliah ke universitas swasta di Denpasar.
Kakaknya selain kuliah juga sembari bekerja, menjadi penjaga di salah satu konter di Kecamatan Kediri.
Kepala Wilayah Banjar Tangguntiti, Made Tirta Yasa mengakui, Luh De dalam pergaulan seperti muda-mudi pada umumnya.
Di kegiatan social sekaa teruna-teruni juga aktif. Korban aktif di STT Yowana Wijaya Banjar Tangguntiti.
Kapolsek Kerambitan Bayar Kaul
KAPOLSEK Kerambitan, AKP Ni Luh Komang Sri Subakti meyakini bahwa jenazah yang ditemukan di Pantai Sanur ialah Luh Gede Puspasari (19).
Atas penemuan yang masih dipastikan di RSUP Prof IGNG Ngoerah (RSUP Sanglah) Denpasar itu, dirinya pun membayar kaul, yakni dengan menghaturkan pejati di jembatan Tukad Yeh Ho, Jumat 14 Oktober 2022.
“Dari pihak keluarga meyakini. Cuma sekarang mengusulkan surat tidak dilakukan autopsinya dan masih dalam proses. Dan memang saya juga membayar kaul,” ucapnya.
Pembayaran kaul berupa pejati itu, lanjutnya, adalah sebagai ucapan syukur karena sudah ada titik terang.
Korban akhirnya ditemukan. Alasannya, dirinya melihat betul bagaimana upaya dari tim pencarian, baik polisi, TNI, SAR Provinsi, BPBD, nelayan masyarakat, serta keluarga bahu membahu mencari korban.
Dan ini adalah pencarian hari ke tujuh, hari terakhir.
“Saya punya keinginan karena merasakan suka duka selama enam hari dengan keluarga korban proses demi proses kami lalui. Jadi ini ucapan syukur atas titik terang penemuan korban,” ungkapnya.
Subakti meyakini itu korban, awalnya yakni dari rekanan para nelayan.
Bahwa seorang teman memberikan informasi mayat mengapung di tengah laut.
Namun, belum diketahui pasti jenazah itu laki-laki atau perempuan karena kondisi jenazah yang membengkak.
Namun kecurigaan mulai ada pada benaknya, saat di kepala jenazah masih memakai helm.
Selanjutnya, di kaki jenazah masih memakai sepatu.
Ditambah lagi, di tubuh korban memakai jaket dengan warna jaket yang sama, yang diinformasikan terakhir kali dipakai oleh korban.
“Selanjutnya tim Satgas Bencana Tabanan langsung mengkroscek. Berkoordinasi dengan satgas Polresta Denpasar dan melaksanakan evakuasi di TKP dan siaga Basarnas. Begitu dinyatakan, dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dinyatakan perempuan maka kami hubungi keluarga korban,” ungkapnya.
Saat menghubungi keluarga korban, sambungnya, keluarga yang datang ialah dari keluarga di Ketewel Gianyar.
Keluarga di Ketewel tidak bisa memastikan.
Karena apa yang dikenakan korban tidak pernah diketahui.
Maka dari itu, orangtua korban selanjutnya pergi ke Denpasar untuk memastikan langsung.
“Maka dari itu keluarga atau orangtua korban langsung yang ke Denpasar untuk memastikan,” bebernya. (yun/hon/ang).
Kumpulan Artikel Bali