Berita Bali

Dampak Resesi Global Khawatirkan Dapat Sebabkan Produksi Film Jadi Mahal

Film Maker sekaligus Aktor berdarah Meksiko dan Palembang, Cornelio Sunny juga ikut andil dalam acara BaliMakãrya Film Festival (BFF) 2022.

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Harun Ar Rasyid
Tribun Bali/Wahyuni Sari
Aktor sekaligus Sutradara Film, Cornelio Sunny. 

TRIBUN BALI.COM, DENPASAR - Film Maker sekaligus Aktor berdarah Meksiko dan Palembang, Cornelio Sunny juga ikut andil dalam acara BaliMakãrya Film Festival (BFF) 2022.

Film pertamanya bergenre horor yakni Death Knot (Tali Mati) diputar dalam BaliMakãrya Film Festival.

Kepada awak media, Cornelio mengatakan kedepannya ia memiliki dua project film.

“Yang satu judulnya Pulau Diselatan yang satu judulnya Operation Sentani, kemungkinan besar kami akan syuting Operation Sentani dibulan depan Juni atau Juli genre nya action horor,” sebutnya pada, Rabu 19 Oktober 2022.

Aktor sekaligus Sutradara Film, Cornelio Sunny.
Aktor sekaligus Sutradara Film, Cornelio Sunny. (Tribun Bali/Wahyuni Sari)

Selama berada di Industri perfilman, Cornelio memang khusus pada genre film-film horor action.

Sementara pada film Death Knot ini ia terjun sebagai Sutradara dan rencananya film ini akan dirilis di Bioskop XXI, juga di Negara Amerika dan Taiwan.

“Sebelumnya pengalaman saya lebih sebagai pemain dan produser kalau sebagai pemain saya sering main film action di Indonesia seperti Kenapa Harus Bule ?, 5 cowok jagoan, The Professionals, Pintu Merah dan berbagai film lainnya,” sebutnya.

Cornelio mengatakan tantangan kedepan dari industri film adalah Resesi Global.

Ia pun khawatir jika Resesi Global benar-benar terjadi karena perang antar Ukraina dan Rusia, membuat tantangan kedepan.

Otomatis nilai beli Bahan Bakar Minyak (BBM) pada transportasi seperti pesawat menjadi mahal sehingga harga tiket transportasi juga ikut naik.

“Saya khawatir budget syuting jadi naik. Kekhawatiran disitu, jadi mahal banget proses produksi. Belum ada antisipasi kita lagi berdiskusi bagaimana mengatasi Resesi tersebut. Kalau sponsorship karena brand swasta lebih mudah didapat, daripada pemerintah. Dan saya bangga pemerintah saat ini bisa campur tangan dalam industri kreatif perfilm, khususnya Kemendikbud dan Menparekraf dan programnya sudah mulai banyak,” paparnya.

Sementara, Jon Badalu selaku Program Director BaliMakãrya Film Festival (BFF) 2022 mengatakan, untuk di BFF kali ini panitia penyelenggara menyediakan berbagai jenis genre film untuk penonton.

“Sebenarnya kalau di BaliMakãrya macam-macam temanya tidak hanya horor kita berusaha semua tema ada, mulai dari film anak-anak, horor, remaja dan keluarga. Kita berusaha semua jenis film penonton itu ada. Kalau bicara soal komersial memang saat ini box office kebanyakan horor kalau penonton lokal memang biasanya yang laku horor,” kata, Jon. (*)

 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved