Demo di SMPN 5 Denpasar
Demo SMPN 5 Denpasar, Kepala Sekolah Buka Suara, Pernah Ada Kejadian Siswi Bersimpuh dan Menangis
Demo SMPN 5 Denpasar, Kepala Sekolah SMPN 5 Denpasar, Putu Eka Juliana Jaya berikan klarifikasi
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN BALI.COM, DENPASAR - Kepala Sekolah SMPN 5 Denpasar, Putu Eka Juliana Jaya berikan klarifikasi terkait demo dimintanya ia turun dari jabatan sebagai Kepala Sekolah.
Dalam klarifikasi tersebut ada diungkapkan pernah ada kejadian siswi menangis saat diberikan tindakan pendisiplinan di sekolah.
Seorang siswi dilihatnya sedang bersimpuh menagis tersedu-sedu di halaman sekolah.
Ia pun mendekati dan mencari tahu, ternyata siswi tersebut sudah dua kali berturut-turut terlambat hadir di sekolah. Tidak hanya terlambat, tetapi juga tampak memakai cat kuku hitam, dan rambutnya hanya kuncir satu padahal harus kepang 2.
Menurutnya, apa yang dilakukan siswi tersebut menjadi dasar pendisiplinan oleh para guru tersebut.
"Kami sempat menyarankan kepada guru agar di kemudian hari mohon lebih persuasive dan menerapkan disiplin positif tanpa harus menghukum. Tonjolkan konsekwensi dari perbuatan siswa/i," tulisnya.
Berikut klarifikasi lengkap yang disampaikan Kepala Sekolah SMPN 5 Denpasar, Putu Eka Juliana Jaya, dalam bentuk soft copy pada Jumat 21 Oktober 2022 kemarin.
1. Sesuai arahan Pimpinan di Disdikpora, bahwa dalam tahap awal melaksanakan tugas tambahan selaku Kepala SMPN 5 Denpasar kami melakukan konsolidasi, adaptasi, dan pemetaan situasi kondisi dan kebutuhan yang memerlukan atensi segera.
2. Tidak ada kebijakan baru yang dibuat, terbatas hanya melanjutkan kebijakan lama yang sudah ada.
3. Berdasarkan observasi kami terhadap lalu lintas di depan sekolah, puncak arus masuk siswa terjadi antara jam 6.20 – 7.10 WITa. Sesuai dengan dan konsultasi dengan petugas yang mengatur lalu lintas depan sekolah dari Dinas Perhubungan, diharapkan tambahan beberapa petugas untuk kelancaran lalu lintas; karena 1 orang satpam saja tidak cukup mengatasi kepadatan pagi hari tersebut. Maka kami berkonsultasi dengan Bu Sagung Warsiki dan Waka Sarpras serta Waka Siswa untuk mencari solusi nya. Hal inilah yang menjadi dasar dan latar belakang kami untuk melibatkan lebih instensif satpam dan guru pegawai piket terkait demi keamanan siswa/i, termasuk para Waka. Jadwal Piket merupakan kebijakan lama, yang dimodifikasi dengan melibatkan para Waka dan Staff Waka (asisten Waka). One Gate System pun kami terapkan untuk kemudahan mengontrol siswa/I yang terlambat untuk dapat dibina secara persuasive. Gerbang Utara dan Selatan samapai pukul 8.00 dikunci oleh Petugas. Dampak dari adaptasi ini: lalu lintas lebih terurai, dan siswa ada yang menyambut & menyapa sambil menerapkan protocol kesehatan.
4. Penerapan 5S (Senyum Sapa Salam Sopan Santun) dalam menyambut siswa/i dan guru/pegawai rutin dilakukan, dengan melakukan sikap dan ucapan “Om Swastyastu”.
5. Jam hadir Piket dan Pengawas Piket 6.30 WITa. Jam hadir Guru Pegawai: 7.00 WITa. Jam hadir siswa: 7.10 WITa. Diawasi oleh Guru yang mengajar pada jam pertama, maka pembiasaan rutin Sembahyang Bersama (dari kelas masing-masing) Puja Trisandya, Indonesia Raya, dan paparan tentang Profil Pelajar Pancasila dimulai jam: 7.15 WITa. Pelajaran Pertama dimulai jam: 7.30 WITa.
6. Memang benar kami bersama Koordinator Piket Ibu Sagung Warsiki menerapkan tertib & disiplin waktu bagi Guru Pegawai sebagai teladan bagi siswa/i.
7. Pencatatan kehadiran dan keterlambatan siswa/i dilakukan oleh Petugas Piket, sementara untuk Guru/Pegawai dicatat oleh Koordinator Piket, Ibu Sagung Warsiki, sebagai umpan balik dan bahan evaluasi dalam hal internal control.
8. Pada hari ke-3 kami bertugas di SMPN 5 Denpasar, kami menerima kunjungan dari Disdikpora Denpasar, bagian Pembinaan SMP, yang berkesempatan berkeliling di sekolah. Mereka berdua (Pak Ngakan dan Pak Dana) hadir atas perintah Kadisdikpora Denpasar yang mendapatkan perintah dari Pimpinan untuk mengumpulkan data tentang masalah di sekolah berdasarkan laporan masyarakat. Saya, Waka dan Guru serta Pegawai dihadirkan merasa bingung tentang hal tersebut, karena tidak ada masalah yang sedang terjadi.