Berita Gianyar

Plat Beton di Suwat Gianyar Bali Semakin Rusak Lahan Warga, Simak Ulasannya!

Sebab plat beton yang sebelumnya diharapkan menjadi pemecah air subak, justru membendung air dan meluapkan air.

Tribun Bali/WEG
Plat beton di irigasi, di kawasan tembuku Subak Kaja Kauh Suwat, Desa Suwat, Kecamatan Gianyar, Bali, semakin menimbulkan kerusakan parah. Bahkan pemilik lahan setempat, menyebut plat beton tersebut layaknya bencana alam. Sebab plat beton yang sebelumnya diharapkan menjadi pemecah air subak, justru membendung air dan meluapkan air. Hingga merusak bukan hanya lahan, tetapi juga merobohkan tembok palinggih. 

Padahal, kata dia, pihaknya bersama beberapa rekannya sudah berkoordinasi dengan dinas terkait.

Namun jawabannya terkesan lepas tangan.

Bahkan ada yang berdalih itu bukan kewenangannya.

"Dinas Pekerjaan Umum Gianyar mengatakan, sudah berkoordinasi dengan Balai Air Bali Penida.

Nyatanya kondisinya kini semakin parah.

Jauh hari sebelum bencana ini terjadi, kami sudah laporkan," ungkapnya.

Dalih kewenangan, sebutnya, sangat dipertanyakan warga Suwat.

Karena yang dikeluhkan warga adalah keberadaan plat beton berjeruji, yang dinilai menjadi penyebab utama bencana saban musim hujan ini.

Di mana plat beton itu, sebelumnya bukanlah bangunan yang digarap oleh Balai Air Bali Penida.

Itu hanya akal-akalan instansi pemerintah di Gianyar, untuk pembagian air di saat musim kering.

Plat beton di irigasi, di kawasan tembuku Subak Kaja Kauh Suwat, Desa Suwat, Kecamatan Gianyar, Bali, semakin menimbulkan kerusakan parah.

Bahkan pemilik lahan setempat, menyebut plat beton tersebut layaknya bencana alam.

Sebab plat beton yang sebelumnya diharapkan menjadi pemecah air subak, justru membendung air dan meluapkan air.

Hingga merusak bukan hanya lahan, tetapi juga merobohkan tembok palinggih.
Plat beton di irigasi, di kawasan tembuku Subak Kaja Kauh Suwat, Desa Suwat, Kecamatan Gianyar, Bali, semakin menimbulkan kerusakan parah. Bahkan pemilik lahan setempat, menyebut plat beton tersebut layaknya bencana alam. Sebab plat beton yang sebelumnya diharapkan menjadi pemecah air subak, justru membendung air dan meluapkan air. Hingga merusak bukan hanya lahan, tetapi juga merobohkan tembok palinggih. (Tribun Bali/WEG)

Namun dampaknya di saat musim hujan tidak diperhitungkan.

"Nyatanya plat beton itu kini tidak berfungsi dan masalah sebaliknya mengakibatkan bencana.

Menunggu koordinasi lintas instansi ini, keburu bencana yang datang," tandasnya.

Seperti pada luapan air yang terjadi Senin 24 Oktober 2022, belasan petani pun tidak bisa pulang ke rumah karena di areal tembuku itu pula menjadi jalan petani menuju ke sawahnya.

"Sampai petang para petani baru bisa pulang.

Mereka tidak berani menyeberang takut terseret arus sungai," ungkapnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved