Tragedi Kanjuruhan

Usai 23 Hari Dirawat Mahasiswa Berprestasi Meninggal dan Jadi Korban ke-135 Tragedi Kanjuruhan

Usai 23 hari dirawat, mahasiswa berprestasi meninggal, korban Tragedi Kanjuruhan total jadi 135 orang.

Editor: Putu Kartika Viktriani
Kolase Istimewa dan Surya Malang/Purwanto
Korban ke 135 Tragedi Kanjuruhan, Farzah Dwi Kurniawan Jhovhanda - 23 hari dirawat, mahasiswa berprestasi meninggal, korban Tragedi Kanjuruhan total jadi 135 orang. 

23 Hari Dirawat Mahasiswa Berprestasi Meninggal, Korban Tragedi Kanjuruhan Total Jadi 135 Orang

TRIBUN BALI.COM MALANG, - Korban meninggal tragedi Kanjuruhan kembali bertambah.

Farzah Dwi Kurniawan Jhovhanda (20) meninggal setelah 23 hari dirawat di RSSA Kota Malang, Minggu 23 Oktober 2022 malam.

Meninggalnya mahasiswa semester 5 Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu membuat jumlah korban meninggal kini menjadi 135 orang.

Farzah adalah Aremania yang baru pertama kali nonton Arema.

 

Jenazahnya dibawa ke rumah duka di Jalan Sudimoro Utara No 43 Kota Malang.

Teman-teman kuliah dan warga sekitar banyak yang datang untuk melayat.

Sehingga cukup banyak yang mengantarkan almarhum ke TPU Sudimoro usai disalatkan di masjid Al Ikhlas dekat rumahnya.

Almarhum adalah anak bungsu dari dua bersaudara.

Baca juga: Pasca Tragedi Kanjuruhan, PSSI Rapat Perdana Usai Bentuk Satgas Transformasi Sepak Bola Indonesia

Teman-temannya mengenang dia sebagai teman yang penolong.

"Anaknya baik banget. Suka membantu teman termasuk tugas-tugas kampus," jelas Kelvin, temannya di Teknik Sipil.

Mahasiswa asal Kerawang Jawa Barat ini juga mengatakan almarhum sangat rajin.

"Dia juga jadi asisten lab di kampus," katanya.

Kematian almahum sudah didengar teman-temannya.

Mereka ikut ke RS dan kemudian melayat dan mengantarkan ke pemakaman.

"Selain rajin, almarhum juga kocak," jawabnya.

Almarhum Farzah adalah sosok berprestasi di kampusnya.

Prestasinya antara lain pernah mewakili UMM di ajang Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia (KBGI).

Baca juga: TGIPF Simpulkan Ketua Umum PSSI Harus Bertanggung Jawab Atas Tragedi Kanjuruhan, Bisa Kena Pidana

Di pernah aktif di lembaga semi otonom (LSO) Surya UMM.

Ia dipercaya mengemban tugas di bidang riset dan pengembangan.

“Farzah adalah salah satu teman yang gigih. Baik pada proses perkuliahan atau sebagai tim Surya. Ia bekerja keras membuat inovasi untuk memenangkan kompetisi,” kata teman kuliah almarhum, Fathur, Senin 24 Oktober 2022.

Fathur mengatakan, Farzah memang memiliki hobi bermain sepak bola.

Tapi setahunya tidak tidak pernah menonton sepak bola secara langsung di stadion.

Pertandingan Arema FC melawan Persebaya awal Oktober lalu menjadi kesempatan pertamanya untuk menonton langsung.

“Saya kaget ketika diberitahu Farzah meninggal. Apalagi usai magrib keadaannya dia membaik. Tapi sekitar jam 19.30 WIB, kondisinya memburuk dan akhirnya meninggal dunia," kata Ketua Tim LSO Surya UMM ini.

Di kampus, Farzah dikenal sebagai asisten laboratorium Muhammadiyah Applied Technologi Center (MATC).

"Almarhum merupakan mahasiswa yang aktif baik akademik maupun dalam aktivitas LSO Surya. Ia beberapa kali mewakili UMM dan tahun ini juga menjadi panitia tim yang mendukung para finalis ke final KBGI dan Kompetisi Jembatan Indonesia tahun ini," papar Sekretaris Jurusan Teknik Sipil UMM, Dr Ir Moh Abduh ST MT IPM ACPE ASEAN Eng.

Baca juga: Profil Mochamad Iriawan atau Iwan Bule, Ketua Umum PSSI yang Didesak Mundur Usai Tragedi Kanjuruhan

Dengan kematian Farzah, maka sudah dua mahasiswa UMM meninggal dunia karena tragedi itu.

Pertama Angger Aditya Permana, warga Bareng Kota Malang.

Ia merupakan mahasiswa jurusan Kehutanan Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP).

Penyebab Kematian Cedera Trauma

Pihak RSSA Malang menyatakan, penyebab kematian dari Farzah bukanlah Covid-19, melainkan karena multiple trauma (trauma di beberapa bagian tubuh).

Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif ICU RSSA, dr Akbar Sidiq SpAn menjelaskan secara detail terkait hal tersebut.

Termasuk, tentang mengapa Farzah dirawat di bagian ruang ICU khusus Covid-19.

"Jadi, semua pasien baik yang masuk ke ICU dan HCU dilakukan SWAB. Ketika Farzah ini masuk RSSA pada tanggal 2 Oktober 2022, dilakukan SWAB dan hasilnya positif Covid. Dan memang, kondisi saat datang ke RSSA, Farzah sudah dalam kondisi berat, kritis. Sehingga, kami lakukan perawatan seoptimal mungkin serta berbagai macam tindakan dan perawatan khusus," ujarnya kepada TribunJatim.com, Senin 24 Oktober 2022.

Dirinya menjelaskan, karena hasil SWAB positif Covid, maka Farzah dirawat di ruang ICU khusus Covid.

Baca juga: Dampak Tragedi Kanjuruhan, EPA Ditunda, Bali United Youth Matangkan Komposisi Pemain Lewat Uji Coba

"Ia mengalami kondisi cedera trauma di beberapa bagian tubuh (multiple trauma) seperti di bagian kepala, paru-paru, perut, bagian dada. Ia juga terpasang ventilator selama hampir dua minggu, sempat kondisinya membaik dan menunjukkan perbaikan. Tetapi karena kritis, kondisinya naik turun serta terjadi perburukan dan dinyatakan meninggal pada kemarin (Minggu) malam," pungkasnya. (tribun jatim)

Tiga Masih Dirawat, Satu Kritis

Sebanyak tiga korban tragedi Stadion Kanjuruhan masih dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, Senin 24 Oktober 2022.

Dari jumlah tersebut, satu pasien masih kritis dan menjalani perawatan di ruang Intensive Care Unit (ICU).

Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSSA Malang, dr Syaifullah Asmiragani mengatakan, pasien yang dirawat di ICU tersebut mengalami infeksi di bagian rongga dada.

"Jadi, ada satu pasien yang masih dirawat di ICU, dan pasien tersebut mengalami infeksi di bagian rongga dada. Dan pada hari ini (kemarin), kami lakukan pembedahan untuk pembersihan rongga dada dari infeksi," ujarnya kepada TribunJatim.com, Senin 24 Oktober 2022.

Lalu untuk dua pasien korban Tragedi Kanjuruhan lainnya, dirawat di ruang High Care Unit (HCU) dan ruang perawatan.

"Ada satu pasien anak mengalami cedera di bagian paha dan sudah dilakukan pembedahan, selanjutnya (operasi) ganti dan ambil kulit dengan dipastikan terlebih dahulu tidak ada infeksi. Lalu, untuk satu pasien (pasien yang ada di ruang perawatan) kondisinya sudah membaik dan insya Allah bisa kami pulangkan, karena yang bersangkutan mengalami stress psikologis pasca trauma," bebernya.

Dirinya juga menambahkan, rata-rata korban tragedi Kanjuruhan yang masuk dan dirawat di RSSA adalah pasien dengan kondisi hipoksia dan multiple trauma (luka trauma di beberapa bagian tubuh).

Dan dua faktor kondisi itu, juga menjadi penyebab utama meninggalnya korban tragedi Kanjuruhan.

"Kondisi berdesak-desakan dan berhimpitan, mengakibatkan terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia). Dan hipoksia ini, tidak bagus untuk imunitas tubuh."

"Selain itu, kami juga sudah sampaikan ke TGIPF dan pihak kepolisian, bahwa penyebab utama meninggalnya pasien korban tragedi Kanjuruhan adalah multiple trauma," pungkasnya. (tribun jatim)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved