Sponsored Content
Dirjen Kebudayaan RI Yakin Bali Akan Menjadi Leader Pelestarian Budaya Berbasis Komunitas
Yayasan Puri Kauhan Ubud meluncurkan program Arnawa Maha Amerta dan seminar Jaladhi Peakerti
Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Rangkaian perjalanan Puri Kauhan Ubud dengan tema, “Toya Uriping Bhuwana, Usadhaning Sangaskara”, telah mencapai hilirnya.
Ketewel menjadi area pesisir yang juga merupakan akhir aliran Sungai Oos ini dipilih sebagai tempat pelaksanaan kegiatan.
Dalam acara ini, Yayasan Puri Kauhan Ubud meluncurkan program “Arnawa Maha Amerta” dan seminar “Jaladhi Peakerti”.
Jaladhi Prakerti sendiri merupakan seminar yang mengangkat topik “Jejak Pelabuhan Kuno di Ketewel dan Kearifan Bahari Masyarakat Bali”.
Baca juga: Apresiasi Acara Puri Kauhan Ubud, Dirjen Kebudayaan RI Yakin Bali Jadi Leader Pelestarian Budaya
Hadir di tengah acara, Dirjen Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Hilmar Farid yang juga memberikan pidato kunci.
Ditemui seusai acara, Dr. Hilmar sangat menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan Puri Kauhan Ubud ini.
Menurutnya, acara tersebut merupakan kegiatan yang luar bisa membantu melestarikan budaya Bali yang juga menjadi mandatnya.
“Pelestarian budaya ini bukan hanya fokus soal fisik tetapi juga soal keseluruhan tata nilai. Sekarang ini hal itu sedang mengalami perubahan dan seminar ini saya anggap sebagai titik awal untuk mulai melihat sesuatu secara komprehensif,” ujar Dr. Hilmar.
Hal yang juga mendapat acungan jempol dari Dr. Hilmar adalah keterlibatan masyarakat secara langsung bersama para akademisi.
Ditambah lagi pelaksanaan acara yang diadakan di Wantilan, sehingga membuka partisipasi publik yang luar biasa.
Sebagai daerah dengan budaya yang beragam dan alam yang lestari, Bali tentu menghadapi tantangan yang banyak pula, khususnya area laut.
Namun, hal itu sebenarnya dapat dicarikan solusi dari tingkat lokal, sehingga tak perlu menunggu pergerakan besar dari luar.
Berangkat dari praktik-praktik nyata di masyarakat, lalu dipertemukan menjadi suatu gerakan lebih besar.
Acara ini merupakan cerminan dan titik awal dari pergerakan nyata di masyarakat yang perlu dilakukan bersama-sama sehingga menjadi besar.
“Bali adalah di garis depan dalam melakukan kegiatan pelestarian berbasis komunitas dan tidak sepenuhnya diserahkan kepada Pemda. Keterlibatan masyarakatnya sangat bagus dan menyatu membuat saya sangat terkesan,” ujarnya.