Berita Bali
238 Desa Wisata di Bali Perlu Dikembangkan, Jaminan Penguatan Bali di Tahun 2023
Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata I Made Mendra Astawa ungkap 238 desa wisata di Bali perlu dikembangkan, jaminan penguatan Bali di tahun 2023.
Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Putu Kartika Viktriani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pandemi telah menjadi pukulan hebat untuk aktor dunia pariwisata di Bali.
Berbagai usaha yang berkaitan dengan pariwisata terpaksa harus gulung tikar karena pandemi.
Disisi lain juga pandemi menyadarkan kita untuk menjaga keasrian alam dan kelestarian budaya Bali.
Sejak 1597, Bali sudah dibentuk sebagai destinasi wisata yang mencerminkan gen pariwisata pada orang Bali.
Bali telah tumbuh menjadi tempat wisata yang dibentuk oleh kondisi dan kebudayaan di desa-desanya.
Hal ini dijelaskan I Made Mendra Astawa selaku Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata.
“Desa itu pembentuk wisata di Bali, seperti Sanur dan Ubud yang saat ini disebut Desa Internasional. Hanya saja, banyak orang yang belum mau mengakui hal tersebut,” kata Mendra Astawa.
Sebelum pandemi, tercatat 177 desa wisata yang ada di Bali.
Mendra mengatakan ia boleh menyebutkan desa-desa di Bali bisa saja tidak terdampak pandemi covid-19 ini.
Baca juga: Hadir Cabang ke 33, Benings Clinic Bali Siap Memanjakan Perawatan Masyarakat Bali
Hal ini karena masyarakat desa adalah pribadi yang sederhana dan apa adanya serta menerima satu sama lain.
Terkait dengan pariwisata berkelanjutan, Mendra menyayangkan masyarakat Bali yang mulai meninggalkan budaya.
Ia menuturkan banyak masyarakat Bali yang justru ingin menyederhanakan budaya sehinga lebih mudah.
Sementara saat ini, orang-orang luar Bali justru sedang gencar-gencarnya belajar tentang budaya Bali.
Taksu yang menjadi kekuatan Bali menjadi tergoncang keberadaannya karena orang Bali sendiri.
“Bule-bule sekarang sudah paham hari raya Saraswati, Kajeng Kliwon, dan lain-lain, sedangkan orang Bali berduyun-duyun ke desa orang lain menjadi petani untuk mencari nilai angka.
Terkadang dia lupa kalau kematian bisa saja menghampiri, namun sudah ada pemikiran untuk kremasi di tempat lain,” tambahnya.
Melihat kondisi ini Mendra dengan segenap tenaga sedang menjaga dan mengembangkan desa wisata sebagai benteng terakhir pariwisata di Bali.
Upaya pariwisata berkelanjutan sendiri sudah diterapkan sejak dulu melalui Tri Hita Karana dan Tri Kaya Parisudha.
Baca juga: Bank BPD Bali Raih Penghargaan Bank KBMI 1-2 Peserta Inovasi Digital SP (BI-FAST) Terbaik
Pariwisata di desa yang menyediakan kehidupan masyarakat telah menjadi daya tarik saat ini dan menjadi pelaku usaha desa berkembang.
Pengembangan ini jelas memerlukan stakeholder dari pemerintah, akademisi, pengusaha, LSM, dan media.
Mendra menyadari persaingan pariwisata semakin ketat, tidak hanya menghadapi Bali sendiri tetapi juga dengan negara lainnya.
“Yang perlu dibangun saat ini adalah pariwisata berkualitas yang mampu mengangkat taraf hidup masyarakat Bali. Yang bisa memberikan profit dan benefit, bukan hanya menjadi penonton saja,” tegas Mendra.
Apabila 238 desa wisata yang ada di Bali dapat dikelola dengan baik tentu bisa menghasilkan 238 destinasi wisata di Bali.
238 destinasi tentu akan membuat para wisatawan akan lebih lama menghabiskan liburnya di Bali untuk mengeksplor desa tersebut.
Mendra berharap semua pihak bisa bersama mesingsingkan lengan baju untuk mengembangkan desa wisata.
Dengan berkembangnya destinasi wisata, Mendra meyakini pada 2023 dan 2024 Bali akan lebih baik. (yun)