HIV dan AIDS di Bali

1.502 Kasus Baru HIV/AIDS di Bali, Berada di Peringkat 6 Secara Nasional

ada penemuan 1.502 kasus baru HIV/AIDS di Bali, yang terdiri dari 992 orang stadium HIV dan 510 orang dalam stadium AIDS.

suryamalang
ILUSTRASI- 1.502 Kasus Baru HIV/AIDS di Bali, Berada di Peringkat 6 Secara Nasional 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Pada rentang waktu Januari-Oktober 2022, ada penemuan 1.502 kasus baru HIV/AIDS di Bali, yang terdiri dari 992 orang stadium HIV dan 510 orang dalam stadium AIDS.

Sebelumnya, data estimasi ODHIV (orang dengan HIV) di Bali sebanyak 31.686 orang (data Maret 2022).

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom mengatakan, penemuan kasus tersebut merupakan penemuan di layanan kesehatan Bali tanpa memandang asal pasien, baik warga Bali maupun warna non-Bali.

“Penularan tertinggi melalui hubungan hetroseksual tanpa pengaman 74 persen, hubungan homoseksual tanpa pengaman 17 persen dan penggunaan jarum suntik tidak steril 3 persen,” jelasnya, Sabtu 3 November 2022.

Baca juga: ANAK Terkena HIV Dari Orang Tua, Ika Ayu Tekankan Program Caregiver Untuk ODHIV

Dia mengatakan, dengan target 95 persen ODHIV mengetahui status HIV-nya dan Bali baru mencapai penemuan kasus 87 persen tentunya kita harus tetap berusaha menemukan kasus-kasus baru yang belum datang ke layanan kesehatan.

Jadi bagaimana caranya mendorong masyarakat agar mau memeriksakan statusnya dengan tujuan penemuan kasus secara dini sekaligus pengobatan secara dini.

“Makna perayaan HAS 2022 memiliki tema Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS. Kita merayakan dengan tujuan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pencegahan dan pengendalian HIV,” tambahnya.

Hal tersebut dilakukan agar semua orang mampu mencegah diri sendiri, keluarga, dan masyarakat lingkungannya dari penularan HIV.

Promosi kesehatan, pencegahan, dan deteksi dini HIV AIDS harus dilakukan dengan intensif.

Setiap orang harus tahu status HIV-nya. Jika ada yang berstatus HIV-positif, maka mereka harus mendapatkan pengobatan ARV seumur hidup agar tetap sehat, produktif dan mempunyai kualitas hidup yang tinggi.

“Yang sudah kita kerjakan adalah meningkatkan jumlah layanan testing dan pengobatan, wajib tes pada ibu hamil, pasien TB, pasien IMS, pasien hepatitis, populasi kunci, WBP (warga binaan pemasyarakatan), pasangan ODHIV, notifikasi pasangan dan anak, pemberian alat pencegahan, pencegahan penularan dari ibu ke anak, uji saring donor darah, pemberian profilaksis untuk pre dan post pajangan, program triple eliminasi HIV-Sifilis-Hepatitis pada ibu hamil, pemeriksaan early infant diagnosis EID pada bayi baru lahir dan yang utama pemberian ARV pada ODHIV dengan konsep pengobatan juga sekaligus sebagai pencegahan penularan treatment as prevention,” paparnya.

Sementara untuk terdapat beberapa dukungan sarana tes dan pengobatan ARV, dukungan alat-alat pencegahan penularan, sarana tes dan pengobatan IMS, dukungan profilaksis untuk pencegahan TB pada ODHIV, dukungan pemeriksaan EID, dukungan pemeriksaan viral load.

Dukungan support dan pendampingan bekerjasama dengan LSM.

Dukungan terkait kebutuhan berkoordinasi dengan pihak selain kesehatan.

“Untuk ODHIV tetap semangat HIV sudah ada obatnya. Minum itu secara rutin dan beraktivitas lah seperti biasa. Untuk masyarakat, jika belum tes, silakan ke layanan terdekat untuk melakukan tes. Dukung dan dampingi ODHIV agar tetap bisa menjalankan aktivitas dan support mereka agar selalu minum obat tepat waktu. Mari kita hapus stigma dan diskriminasi,” tutupnya.

Sementara itu, dalam rangka memperingati hari AIDS sedunia, Kelompok Mahasiswa Peduli AIDS Fakultas Kedokteran Universitas Udayana membagikan 180 bunga di Lapangan Puputan, Denpasar, Sabtu 3 November 2022.

Ketua Panitia World AIDS Day 2022 dari Fakultas Kedokteran Unud, Anak Agung Gede Ari Darma Santika Dalam mengatakan, kegiatan World HIV AIDS yang diselenggarakannya terdapat beberapa rangkaian.

Dan untuk hari ini (kemarin, Red) terdapat kegiatan aksi solidaritas, dimana kegiatan awalnya membagikan bunga mawar, dan diselingi memberikan orasi dan yel-yel dengan tujuan orasi mengedukasi dan menginformasikan pada masyarakat sebenarnya HIV/AIDS tidak semudah itu menular.

“Dan untuk yang terjangkit HIV/AIDS tidak perlu takut. Mungkin stigma masyarakat pada HIV itu sangat keras, dimana ada orang kena HIV dibilang kotor, nakal. Padahal tidak seperti itu. Kita di sini berupaya menghilangkan stigma itu agar orang-orang terjangkit tidak perlu malu dan takut untuk keluar sehingga pengobatan dan pencegahan bisa dideteksi oleh petugas kesehatan,” kata Ari Darma.

Pada acara ini, 60 anggota hadir dan setiap orang membawa 3 bunga.

Alasannya memilih Lapangan Puputan untuk acara ini karena pihaknya sudah bekerjasama dengan Pasar Rakyat.

Selain itu mereka juga membuka stand sehat, dimana masyarakat bisa melakukan pengecekan tensi, asam urat, gula darah dan kolesterol.

Melalui acara ini ia berharap untuk internal anggota-anggota muda Fakultas Kedokteran Unud dapat lebih aktif dan tahu bagaimana mengedukasi masyarakat.

“Dan semoga masyarakat tahu bahwa orang-orang yang peduli HIV/AIDS masih ada,” imbuhnya.

Kasus HIV/AIDS semakin hari kian mengkhawatirkan, dimana Indonesia menduduki angka paling tinggi yakni nomor 1 di Asia Tenggara dengan jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak.

Sedangkan Bali masuk ke peringkat 6 secara nasional.

“Dan untuk umur-umur yang paling banyak terdeteksi HIV itu umur 21-29, umur dimana masih remaja, muda itulah mengapa kita perlu mengedukasi seputar HIV/AIDS di tengah masyarakat,” katanya.(*).

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved