Berita Bali

70 Persen Anggotanya Gunakan Solar, Organda Bali Tunggu Atensi Kemenhub Soal Kelangkaan Solar

Kelangkaan solar ini selain dikeluhkan pelaku pariwisata juga dikeluhkan anggota Organisasi Angkutan Darat (Organda) Bali. Sebanyak 70 persen

Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Antrean kendaraan berbahan bakar solar di SPBU Semabaung, Blahbatuh, Gianyar, Bali, Selasa 6 Desember 2022 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Langkanya solar dan pertalite membuat pembelian dibatasi. Hal itu juga membuat antrean panjang hingga mengular.

Kelangkaan solar ini selain dikeluhkan pelaku pariwisata juga dikeluhkan anggota Organisasi Angkutan Darat (Organda) Bali.

Tidak hanya truk-truk yang mengalami kesulitan untuk memperoleh solar, angkutan umum, angkutan material, hingga bus pariwisata pun mengalami hal yang sama.

Ketua Organda Bali, Ketut Eddy Dharma Putra, mengatakan dari 15.000 ribu lebih anggota Organda Bali, sebanyak 70 persen yang menggunakan BBM jenis solar.

Baca juga: BBM Solar Langka di Beberapa SPBU di Bangli, Antrean Mengular Hingga 1 Kilometer Lebih

Tentunya hal ini cukup mengganggu dan menyulitkan para anggotanya.


“Sekarang umpamanya bus pariwisata itu tur bisa narik lima kali ke objek wisata, sekarang cuma sekali karena kebanyakan (waktu) dia pakai untuk antre solar. Kan mengganggu,” jelasnya pada, Jumat 9 Desember 2022. 

Suasana antrean panjang di SPBU Penarukan, Selasa (6/12). Antrean terjadi akibat kelangkaan BBM solar.
Suasana antrean panjang di SPBU Penarukan, Selasa (6/12). Antrean terjadi akibat kelangkaan BBM solar. (Ratu Ayu Astri Desiani)


Selain itu, ia juga mengeluhkan soal pembatasan pembelian solar. Eddy mencontohkan, satu bus berukuran sedang hanya boleh membeli Rp200 ribu solar, tentunya kurang jika dibandingkan dengan beban operasionalnya. 

Baca juga: Petani Tabanan, Bali Khawatir Stok Solar Langka

“Hanya boleh beli Rp 200 ribu dan itu pun 180 solar dan 20 ribu Dexlite. Imbauannya seperti itu, mau tidak mau ya harus karena kami butuh,” sambungnya. 


Terkait hal tersebut, pihaknya pun telah mencoba untuk berkoordinasi dengan Kepala Dinas Perhubungan Bali. Yang mana sebelum KTT G20, Kepala Dinas Perhubungan Bali telah mewanti-wanti jangan sampai ada keterlambatan pengadaan stok BBM. 


“Beliau merespon sekali untuk jangan sampai hal-hal itu terjadi apalagi Bali daerah kawasan wisata. Kalau misalnya nanti bus pariwisatanya tidak jalan kan nanti terjadi ketimpangan dalam pelayanan."

"Sama halnya dengan kendaraan yang mengangkat material ini bisa menyebabkan pembangunan-pembangunan tersendat,” bebernya. 

Baca juga: Antrean BBM Pertalite & Solar Mengular, Pertamina Sebut Telah Distribusi Sesuai Kuota dari BPH Migas

Ia juga mengatakan jangan sampai setelah KTT G20 sukses di Bali dan dengan semua keindahan dan kepuasan negara-negara, jangan sampai habis puas masyarakat kecil yang kena imbasnya.

Hingga saat ini, menurut Eddy, antrean masih terjadi di hampir seluruh wilayah. Untuk satu antrean, ia menyebutkan, bisa menghabiskan kurang lebih 2 jam. 


“Ada masukan itu sampai 2 jaman itu untuk solar. Antreannya panjang tidak bisa ditinggalkan. Jalan sedikit diem, jalan sedikit diem, pengisiannya itu kan memakan waktu jadinya,” ujarnya.


Namun sebelumnya, dari pihak Pertamina mengatakan, ada sejumlah kendaraan yang mestinya harus menggunakan Dexlite tetapi justru mengantre untuk Solar.

Baca juga: Antrean Truk Mengular Akibat Stok Solar Kosong Di Tabanan

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved