Berita Ekonomi
OJK Optimis Industri Asuransi Bisa Lewati Tantangan Resesi
OJK optimis industri asuransi bisa lewati tantangan resesi, peluang nasional tetap besar, Manulife pun fokus terhadap tiga produk.
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Kartika Viktriani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Industri asuransi diyakini bisa melewati tantangan resesi apalagi sudah teruji bisa bertahan saat krisis ekonomi.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penetrasi asuransi di Indonesia masih rendah.
Tercatat pada 2021 pentrasi baru mencapai 3,18 persen, yang terdiri atas penetrasi asuransi jiwa 1,19 persen, asuransi umum 0,47 persen, asuransi sosial 1,45 persen, dan asuransi wajib 0,08 persen.
Maka potensi industri asuransi di Indonesia di tahun 2023 lumayan besar.
“Kami sangat bersemangat dan optimis dalam menyambut tahun 2023. Kami berkomitmen memenuhi kebutuhan finansial nasabah dengan memberikan solusi yang mengedepankan kepentingan mereka melalui inovasi produk dan layanan,” ujar Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia Ryan Charland dalam keterangannya, Minggu 18 Desember 2022
Menurut Survei Manulife Asia Care 2022, sebanyak 83 persen responden melihat pentingnya memiliki asuransi, dan 76 persen berkeinginan membeli produk asuransi.
"Kami percaya bahwa masyarakat Indonesia akan senantiasa membutuhkan proteksi serta rencana pensiun untuk keamanan masa depan mereka," ujarnya.
Sinyal adanya tekanan ekonomi pada tahun 2023 dikeluarkan Bank Dunia yang mencatat resesi 2023 dipicu keadaan saat bank-bank sentral seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi yang tinggi.
Jika kenaikan suku bunga tersebut disertai dengan tekanan pasar keuangan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global akan melambat menjadi 0,5 persen pada 2023.
Baca juga: Manulife Digitalisasi Bisnis Asuransi, Klaim Transaksi di Masa Covid-19 Hingga September Rp500 M
Artinya, ada kontraksi 0,4 persen per kapita.
Kondisi inilah yang secara teknis dimaksud dengan resesi global.
Sementara itu, Head of Product Management Manulife Indonesia Richard Sondakh mengakui, tahun depan merupakan tahun yang menantang.
“Namun kita akan menjadikan tantangan menjadi peluang untuk terus berinovasi baik dari segi produk maupun layanan,” ujar Richard.
Richard menjelaskan, hasil survei Manulife Asia Care 2022 menyebutkan tiga produk asuransi yang cocok untuk dihadirkan ke nasabah pada masa mendatang.
Produk asuransi itu yakni pendidikan anak, kesehatan, serta asuransi jiwa dan penyakit kritis.
Produk tersebut akan menjadi produk asuransi pilihan dan menjadi prioritas utama.
Kata Richard, melihat kondisi ekonomi yang tidak menentu, menciptakan produk asuransi yang terjangkau menjadi pilihan menggapai segmen yang lebih luas.
Seperti produk MiFirst Life Protector asuransi jiwa digital yang menawarkan premi mulai dari Rp 50.000.
Saat pandemi, kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya memiliki asuransi kesehatan lebih besar.
Baca juga: Manulife Ukir Premi Rp 8,9 Triliun, Naik 6 Persen Dibanding Tahun 2019
Sepanjang 2021, Manulife membukukan kinerja solid.
Pendapatan bersih premi asuransi Manulife Indonesia meningkat 42 persen menjadi Rp12,1 triliun, sedangkan kinerja premi bisnis baru mencapai Rp7,5 triliun berdasarkan annualized premium equivalent (APE)
Richard menjelaskan, kekuatan Manulife Indonesia juga karena menjaga kepercayaan nasabah. Termasuk dalam membayar klaim.
Tercatat, khusus klaim perawatan Covid-19, sepanjang Januari hingga Oktober 2022, Manulife Indonesia membayar klaim sebesar Rp 83 miliar.
Sedangkan untuk klaim keseluruhan, pada periode Januari-September 2022, Manulife Indonesia sudah membayar klaim sebesar Rp 6 triliun (un-audited) Sepanjang 2021 lalu, Manulife Indonesia membayar klaim sebesar Rp 8,9 triliun (audited).
“Sepanjang periode yang menantang, kami berhasil untuk menghadirkan MiEclaim, yang memungkinkan nasabah untuk melakukan pengajuan klaim yang ringkas dan tanpa kertas, kami juga memberikan fasilitas tanda tangan digital dengan menggunakan MiPrivyID,” tutur Ryan.
Sejumlah nasabah mengakui mendapat layanan yang baik dari Manulife. Hal itulah yang membuat mereka tetap memilih Manulife.
Yendi Vestano, nasabah Manulife mengatakan, pembayaran klaim asuransi dari Manulife berlangsung cepat atau tak lebih dari sepekan setelah dokumen dari rumah sakit diserahkan kepada agen yang mengurusinya.
“Responsnya sangat bagus. Klaimnya cepat sehingga harus dipertahankan,” ujarnya.
Baca juga: Dituntut Adaptif, Manulife Semakin Memfokuskan Diri terhadap Kebutuhan Pelanggan
Yendi menjadi nasabah Manulife sejak 2018 dengan membeli produk asuransi kesehatan bersama istri.
Setahun berselang, ia kembali membeli produk asuransi hari tua berdenominasi Dolar AS.
Dia beralasan produk tersebut diperuntukkan sebagai warisan bagi anak cucunya kelak.
Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2A OJK Ahmad Nasrullah meyakini industri asuransi mampu melewati tantangan resesi.
Hal ini bisa dilihat saat krisis ekonomi. Ia mengatakan penetrasi asuransi di Indonesia masih rendah.
"Pada 2021 baru mencapai 3,18 persen. Ini terdiri dari penetrasi asuransi jiwa 1,19 persen, asuransi umum 0,47 persen, asuransi sosial 1,45 persen, dan asuransi wajib 0,08 persen," paparnya.
(*)