Manulife Ukir Premi Rp 8,9 Triliun, Naik 6 Persen Dibanding Tahun 2019

Masa pandemi Covid-19 merupakan tantangan sekaligus peluang bagi industri asuransi jiwa di Indonesia

Penulis: Karsiani Putri | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Istimewa
President Director & CEO Manulife Indonesia, Ryan Charland berbincang dengan Director & Chief Financial Officer, Meylindawati di Kantor Pusat Manulife di Jakarta beberapa waktu lalu - Manulife Ukir Premi Rp 8,9 Triliun, Naik 6 Persen Dibanding Tahun 2019 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Karsiani Putri

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Masa pandemi Covid-19 merupakan tantangan sekaligus peluang bagi industri asuransi jiwa di Indonesia untuk dapat mempertahankan performa bisnisnya.

Hal itu juga dialami oleh PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia).

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Manulife Indonesia, Ryan Charland mengatakan, bahwa pihaknya bertekad memberikan pelayanan terbaik untuk para nasabahnya dan karena itu pihaknya mencari strategi serta inovasi yang tepat agar bisa memberikan pelayanan yang optimal untuk para nasabah di tengah pandemi Covid-19.

Menurutnya, upaya tersebut membuat perseroan berhasil mencatat pertumbuhan bisnis di tengah pandemi Covid-19.

Baca juga: Dituntut Adaptif, Manulife Semakin Memfokuskan Diri terhadap Kebutuhan Pelanggan

Ryan Charland mengatakan, bahwa pada tahun 2020, Manulife Indonesia membukukan pendapatan premi sebesar Rp 8,9 triliun atau naik 6 persen dibanding tahun 2019.

Menurutnya, peningkatan premi ini didorong oleh kenaikan pendapatan premi lanjutan atau renewal produk individu dan unit linked.

Sedangkan untuk total premi lanjutan tumbuh sebesar 8 persen.

Di sisi lain, kenaikan premi baru di tahun 2020 tercatat sebesar 47 persen atau Rp 5,6 triliun yang di mana lebih tinggi dibanding tahun 2019, yakni Rp 3,8 triliun.

Menurutnya, premi baru tersebut mencakup penjualan produk asuransi tradisional dan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi.

"Pertumbuhan premi baru itu lebih baik dari total pertumbuhan industri asuransi jiwa Indonesia. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI, red) mencatat pertumbuhan industri asuransi jiwa tahunan (Year on Year, red) mengalami perlambatan sebesar 8,6 persen dari Rp 236 triliun di year to date (ytd, red) 2019 menjadi Rp 215 triliun di 2020 sebagai akibat pandemi Covid-19," ujarnya.

Ryan Charland menjelaskan, bahwa pada akhir tahun 2020 perseroan tercatat memiliki cadangan teknis sebesar Rp 38,6 triliun.

Selain itu, Modal Berbasis Risiko atau Risk Based Capital (RBC) pada akhir 2020 tercatat sebesar 943 persen atau jauh di atas batas minimum yang ditetapkan Pemerintah, yakni 120 persen.

Sementara itu, Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Afifa mengatakan, pada tahun 2020 MAMI mencatatkan pertumbuhan sebesar 66,2 persen atau Rp 49,4 triliun.

"Pencapaian ini menempatkan perseroan di posisi pertama perusahaan manajer investasi dengan dana kelolaan atau AUM reksa dana terbesar di Indonesia," kata Afifa dalam siaran pers yang diterima Tribun Bali, Selasa 1 Juni 2021.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved