Pilpres 2024

PKS Tetap Dukung Anies Baswedan Walau Lanjutkan Program Warisan Jokowi, PKS: Kenapa Tidak?

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengakui akan terus memberikan dukungannya kepada Anies Baswedan walau melanjutkan program warisan Jokowi

Dok. @anies_baswedan
Anies Baswedan saat mengunjungi Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan dalam Safari Politik Partai NasDem. PKS Tetap Dukung Anies Baswedan Walau Lanjutkan Program Warisan Jokowi, PKS: Kenapa Tidak? 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengakui akan terus memberikan dukungannya kepada Anies Baswedan walau melanjutkan program warisan Jokowi.

Anies Baswedan yang diusung menjadi calon presiden dalam Pilpres 2024 oleh partai NasDem dikatakan mampu melanjutkan program jokowi yang dianggap baik dan pro rakyat.

Hal tersebut diungkapkan oleh Juru Bicara PKS usai beberapa waktu yang lalu, pencalonan Anies Baswedan dianggap tanggung karena ingin melakukan perubahan tapi masih melanjutkan program warisan Jokowi.

Menurut dia, meski sebagai oposisi pemerintahan, bukan berarti PKS anti-Jokowi.

Baca juga: Hasil Survey Capres 2024 Poltracking: Anies Unggul di 3 Provinsi, Ganjar Kuat di Jateng & Jatim

"Platform perubahan bukan berarti anti-jokowi, asal beda, asal bukan Jokowi. Jadi tidak bisa oposisi biner,”

“Tentu jika ada program yang baik kenapa tidak dilanjutkan?" kata Kholid dilansir dari Kompas.com pada Minggu 18 Desember 2022.

Hal itu merespons adanya pandangan pengamat bahwa pencapresan Anies dinilai serba tanggung.

Anies dinilai suarakan perubahan, tetapi Nasdem menghendaki Anies melanjutkan program Jokowi.

Kholid mencontohkan hal-hal atau program apa saja yang dipandang baik untuk dilanjutkan.

"Misalnya, pembangunan infrastruktur dasar, itu bagus dilanjutkan karena bagus untuk akselerasi pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat," ucap Kholid.

Akan tetapi, Kholid menekankan bahwa pembangunan tidak bisa hanya dimaknai dengan pembangunan infrastruktur fisik.

Oleh karena itu, ia melihat bahwa perubahan besar harus dilakukan dalam reformasi institusional.

Baca juga: Safari Politik Anies Baswedan Dituding ‘Curi Start’ Pilpres 2024, NasDem: Belum Tentu Jadi Capres

"Bagaimana mengubah ekonomi berbiaya mahal (high cost economy), politik berbiaya mahal (high cost politics) menjadi lebih efektif dan efisien,”

“Perubahan dalam reformasi pendidikan dan kesehatan, akselerasi pembangunan kualitas sumber daya manusia," jelas dia.

Semua hal tersebut dinilai harus menjadi agenda utama pembangunan nasional. Di sisi lain, beberapa hal yang perlu dijaga dan ditingkatkan.

Misalnya, imbuh Kholid, soal demokrasi, penegakan hukum, perlindungan HAM dan pemberantasan korupsi harus kembali pada hakikatnya.

"(Hal itu) menjadikan pemerintahan yang bersih dan berwibawa," tambah dia.

Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa platform perubahan yang dibawa bakal koalisi Nasdem-Demokrat-PKS juga menyangkut terkait agenda perlindungan sumber daya alam dan ekologis.

Sebab, ia memandang ancaman kerusakan ekologis semakin mengkhawatirkan.

"Ini harus kita arus utamakan dalam pembangunan nasional ke depan," tutur Kholid.

Baca juga: Poltracking Indonesia: Ganjar Pranowo Tertinggal, Anies Baswedan Raih Nilai Elektabilitas Tertinggi

Sementara itu, Ketua Departemen Politik DPP PKS Nabil Ahmad Fauzi menambahkan, melanjutkan kepemimpinan presiden yang berbeda platform semestinya hal yang wajar.

Sebab, ia berpandangan bahwa pembangunan negeri ini adalah rangkaian kerja dari kepemimpinan para presiden.

"Dalam konteks itu, sudah menjadi kemestian bahwa pembangunan harus berkelanjutan untuk menjaga roda pembangunan negara," kata Nabil dilansir dari Kompas.com.

"Jadi, ya pernyataan soal program Presiden Jokowi akan dilanjutkan adalah sesuatu yang wajar. Sebagaimana Presiden Jokowi juga melanjutkan program-program dari Presiden SBY," tambah dia.

Nabil mengatakan program-program itu juga nantinya akan melalui proses pemilihan oleh presiden terpilih.

Artinya, presiden terpilih akan menentukan mana program presiden sebelumnya yang akan dilanjutkan dan mana yang perlu dievaluasi ulang.

"Kedua, program kerja capres merupakan titik temu dari program pribadi capres dan para parpol pengusung,”

“Karenanya, untuk menilai program perubahan apa yang akan diusung oleh para capres, termasuk Anies Baswedan, ya perlu ditunggu setelah resmi terdaftar sebagai Capres di Oktober 2023 mendatang," jelas Nabil.

Diberitakan sebelumnya, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menilai, pencalonan Anies Baswedan sebagai presiden dari Partai Nasdem terkesan serba tanggung.

Di satu sisi, Nasdem menghendaki Anies untuk melanjutkan program-program Presiden Jokowi jika terpilih sebagai presiden 2024.

Di sisi lain, partai pimpinan Surya Paloh itu punya rencana berkoalisi dengan Demokrat dan PKS, dua partai oposisi yang kerap tak sejalan dengan program dan kebijakan pemerintah.

Ketiga partai juga menggembar-gemborkan Koalisi Perubahan.

"Kan Nasdem selalu bilang Anies akan menang, melanjutkan program-program Jokowi, di mana letak perubahannya?" kata Adi dilansir dari Kompas.com pada Jumat 16 Desember 2022 lalu.

Memang, pasca deklarasi pencapresan, Anies sangat giat bersafari politik. Namun, kata Adi, narasi politik yang disampaikannya dalam setiap roadshow itu-itu saja.

Sebagai figur yang lekat dengan citra oposisi, Anies hampir tidak pernah menentang atau mengkritisi kebijakan presiden secara terbuka.

Padahal, basis massa Anies datang dari kalangan kontra Jokowi. Jika narasi yang sama itu terus diulang-ulang, menurut Adi, masyarakat akan segera bosan dengan figur Anies Baswedan.

Melihat ketangguhan dari PKS, bukan tidak mungkin pencalonan Anies BAswedan dalam Pilpres 2024 mendatang akan mendatangkan perubahan baru bagi Indonesia. (*)

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Tak Masalah Anies Lanjutkan Program Jokowi, PKS: Platform Perubahan Bukan Berarti Anti-Jokowi

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved