Berita Bali
Macet Tanda Pariwisata di Bali Sudah Menggeliat, Asita Harapkan Ada Traffic Management
Mengenai kemacetan di Bali, ada rencana rapat Gubernur bersama seluruh stakeholder pariwisata dan juga dinas-dinas terkait.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kemacetan yang sering terjadi di Bali belakangan ini mulai dikeluhkan masyarakat Bali.
Terlebih pada wilayah Denpasar, Badung (Kuta, Seminyak, Canggu) hingga Ubud Gianyar.
Jumlah kendaraan yang naik ini diduga lantaran meningkatnya wisatawan yang datang ke Bali pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Ketika dikonfirmasi, Ketua Association of The Indonesian Travel Agencies (Asita) Bali, I Putu Winastra mengatakan, terdapat sisi plus-minus ketika pariwisata kembali bergeliat.
Baca juga: Kendaraan Dari Luar Bali Overload Sebabkan Macet, Ini Solusi Dari BTB
Terkait kemacetan ini pun, pihaknya menyebut akan ada rencana rapat Gubernur bersama seluruh stakeholder pariwisata dan juga dinas-dinas terkait.
“Pandangan saya sampai saat ini, kemacetan itu karena memang traffic management yang belum proper di Bali. Kemudian kuantitas mobil begitu banyak dan di satu sisi daya tampung jalan di Bali ini tidak selebar di beberapa daerah, jalannya terlalu sempit, sehingga ada mobil truk banyak begitu, akan terjadi kemacetan,” jelasnya, Jumat 30 Desember 2022.
Pihaknya juga berharap, akan ada segera sebuah traffic management yang benar.
Salah satunya, aturan ketika bus-bus pariwisata yang datang ke Bali, tidak boleh langsung beroperasi di Bali.
Seperti aturan yang pernah dilaksanakan pada tahun 90’an lalu.
“Mereka datang nyeberang dari Ketapang ke Gilimanuk, bus-bus itu tinggal di sana. Dari sana diambil oleh bus-bus yang memang anggota dari Pawiba. Inilah salah satu cara untuk bisa mengurangi kemacetan,” sambungnya.
Disamping itu, diharapkan pula adanya tambahan transportasi umum, seperti kereta api listrik atau Light Rail Transit (LRT) di sepanjang pinggir pantai Kuta-Seminyak, sehingga dapat mengurai kemacetan.
Terlebih, Januari 2023 mendatang, China akan membuka pintu masuk internasional.
Yang mana China merupakan salah satu pasar penting bagi Bali.
Maka diharapkan masalah kemacetan ini segera menemukan solusi, sehingga wisatawan China tak berpaling dari Bali.
“Per hari rata-rata 14 ribu yang arrived. Jadi sudah ada peningkatan. Artinya bahwa pariwisata ini sudah menggeliat, jadi positiflah. Jadi ketika ada kemacetan dulu sedikit, jangan kita mengeluhlah, daripada kita sepi kan?” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Bali Tourism Board, Ida Bagus Agung Partha Adnyana, kemacetan adalah isu yang paling penting.
Hal ini pun telah ia sampaikan sebelumnya. Bali selama ini mendapatkan ‘best destination’ salah satu kategorinya adalah mudah diakses.
Yang mana, untuk menuju daerah tujuan wisata (DTW) tidak perlu menempuh perjalanan cukup jauh.
“Kita mau cari dingin ke Kintamani bisa kan (sebentar saja sampai), sekarang mana bisa ini. Kalau tidak segera dibenahi wisatawan tidak akan nyaman dan akan mengalihkan tempat wisatanya ke luar Bali atau negara lain,” paparnya.
Pihaknya pun tak menampik adanya keluhan-keluhan dari wisatawan terkait kemacetan yang terjadi di Bali belakangan ini.
Pria yang dikenal dengan sebutan Gus Agung ini pun menyarankan agar pemerintah lebih memperbanyak akses angkutan umum, sehingga wisatawan yang datang ke Bali tidak perlu lagi membawa kendaraan dari luar.
“Pokoknya jangan ada kendaraan baru nambah ke Bali karena itu kan overload. Mungkin itu salah satu solusinya. Ini sebagai pembelajaran untuk tahun depan,” tutupnya. (*)
Kumpulan Artikel Bali