Berita Denpasar

Khongcu Bio Denpasar Bagikan Sembako, Sambut Tahun Baru Imlek Shio Kelinci Air

Khongcu Bio membagikan angpau dan bahan pokok untuk warga Tionghoa yang hidupnya di bawah garis kemiskinan

Ist
Sambut Imlek Tempat Ibadah Umat Khonghucu di Jalan Bisma Kota Denpasar, Khongcu Bio membagikan angpau dan sembako untuk Warga Tionghoa yang hidupnya di garis kemiskinan pada, Jumat 13 Januari 2023 - Khongcu Bio Denpasar Bagikan Sembako, Sambut Tahun Baru Imlek Shio Kelinci Air 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2574, pengurus tempat ibadah umat Khonghucu di Jalan Bisma Kota Denpasar, Khongcu Bio membagikan angpau dan bahan pokok (sembako) untuk warga Tionghoa yang hidupnya di bawah garis kemiskinan.

Kegiatan ini digelar dalam rangka memasuki tahun kelinci air yang bermakna kesuburan.

“Artinya akan banyak kelimpahan. Kelinci Air ini memiliki kesuburan, dan diharapkan rezeki berlimpah pada tahun ini. Untuk persiapan Imlek, diawali dengan pembagian angpau dan sembako untuk warga Tionghoa yang miskin,” kata Ketua Klenteng Khongcu Bio Js Hadi Saputra, Jumat 13 Januari 2023.

Selanjutnya, pihak klenteng akan melakukan pembersihan tempah ibadah sebelum perayaan Tahun Baru Imlek, Minggu 22 Januari 2023.

Baca juga: Destinasi Wisata Bali, 4 Rekomendasi Wisata Hidden Gems, Untuk Libur Long Weekend Tahun Baru Imlek

Umat yang sembahyang yang biasanya sembahyang di Khongcu Bio sekitar 100 sampai 200 orang.

"Shio Kelinci Air, tahun kelinci kami berharap mampu mengatasi kesulitan ekonomi yang akan datang. Semoga tahun baru kelinci air, semoga lebih sehat semangat dan lebih berkarya baik lagi," tambahnya.

Dalam pembagian sembako itu juga memberikan angpau yang diharapkan bermanfaat saat perayaan Imlek nanti.

Ketua Kami Peduli, Aswin Pangestu menyatakan, yang dibagikan kepada warga tidak mampu adalah angpau dan sembako. Tidak hanya warga Kota Denpasar, tetapi juga warga Tionghoa di Kuta, Badung.

Pihaknya mengaku, untuk jumlah yang dibagi tidak terbatas. Jika ada permintaan akan diberikan.

“Karena masih banyak warga Tionghoa, khususnya Denpasar banyak juga dalam garis agak miskin. Kami sedikit membagi kebahagian apa yang dapat dilakukan. Semoga sedikit membantu, dapat dimanfaatkan untuk merayakan Imlek. Tradisi Tionghoa biasa membagi angpau," kata Aswin. Paket sembako tersebut 40 paket yang berisi beras, kopi, teh, minyak, telur, dan angpau.

Semenara itu, Hari Raya Imlek tak hanya dirayakan oleh warga Tionghoa saja, namun juga berbagai kalangan.

Terbukti, penjual pernak-pernik Imlek sudah diburu dan rata-rata yang membeli pernak-pernik Imlek dari perusahaan, seperti hotel, restoran maupun bank.

Menyambut tahun Kelinci Air ini, antusias masyarakat lebih tinggi terlebih karena tidak ada lagi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Hal itu diungkap oleh Andi Wijaya, pemilik toko Mutiara Bali di Jalan Sutomo, Denpasar.

Menurutnya, tahun ini akan berbeda dengan dua tahun terakhir ini karena saat kondisi pandemi dilarang menggelar acara menyambut Tahun Baru Imlek karena tidak diizinkan membuat kerumunan.

“Dua tahun Covid-19 perayaan tertunda. Sekarang PPKM sudah bebas, sudah bisa kumpul-kumpul. Masyarakat lebih antusias. Jadi lebih meriah. Semua ikut menghias, baik di rumah, kantor, perusahaan di mana pun. Semua ikut saat ini. Ya, salah satunya menekan intoleran sekalian," katanya, Jumat.

Hiasan yang paling banyak diburu tentunya lampion.

Benda berwarna merah ini biasa digantung sebagai simbol penerangan.

Selain itu, yang banyak dicari gantungan yang dipasang di dekat pintu.

Harga relatif dari Rp 5 ribu sampai Rp 200 ribu.

Barang-barang yang dijual adalah impor dari Tiongkok.

Andi tidak menjual barang lokal karena baginya barang yang dibuat lokal jauh kualitasnya dari barang impor.

“Barang lokal tidak ada. Kalau lokal lampionnya kaku karena pakai bambu. Dia punya kain tebal, kalau gantung cepat menyerap debu. Jadi tidak menarik," tambahnya.

Selain itu, yang paling banyak diburu tentu amplop angpao yang harganya sekitar Rp 6 ribu sampai Rp 8.500.

Motif angpao yang dijual berwarna merah dengan gambar kelinci karena tahun ini adalah Shio Kelinci Air.

Juga Cheongsam (Pakaian Khas Warga Tionghoa) yang banyak diburu.

Tahun ini yang membeli Cheongsam kebanyakan dari perusahaan atau kantor yang ikut merayakan Imlek.

“Cheongsam kan biasanya resto-resto supaya serasi dalam menerima tamu. Paling mereka beli sepasang serta aksesori lengkap. Tadi ada orang BPD akan membelikan untuk Ibu Wali Kota Denpasar baju Cheongsam lengkap sepasang," imbuhnya.

Andi mengatakan, penjualan tahun ini belum kelihatan karena terbentur dengan banyak hari raya.

Dari tahun baru, langsung ada Hari Raya Galungan dan Kuningan, dan Tahun Baru Imlek sehingga masyarakat banyak pengeluaran.

“Sebenarnya Covid-19 ini perekonomian lancar saja. Yang memengaruhi dampak perekonomian adalah konflik Rusia dan Ukraina karena harga BBM jadi naik," tutupnya.

Andi membuka toko pernak-pernik Imlek sejak 20 tahun lalu, yaitu 2003.

Tentunya, saat itu kondisi sudah kondusif untuk masyarakat Tionghoa, setelah jatuhnya era Mantan Presiden RI, Soeharto tahun 1998, serta Mantan Presiden RI Gus Dur menghilangkan diskriminasi terhadap masyarakat Tionghoa pada 17 Januari 2000 dengan mengeluarkan Keppres No 6 tahun 2000. (sar)

Kumpulan Artikel Denpasar

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved