Berita Denpasar
Atasi DBD, Denpasar Akan Kerahkan 10 Juta Serdadu Nyamuk Wolbachia Per Minggu
Atasi DBD, Denpasar Akan Kerahkan 10 Juta Serdadu Nyamuk Wolbachia Per Minggu, Diternakkan Pada Lahan Seluas 1 Hektar
Penulis: Putu Supartika | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Denpasar terus mengalami peningkatan.
Bahkan selama Januari 2023, kasus DBD di Kota Denpasar mencapai 291 kasus.
Terkait melonjaknya kasus DBD, Pemkot Denpasar bekerjasama dengan World Manguito Program dari Australia dengan menggunakan bakteri Wolbachia.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr Anak Agung Ngurah Gede Dharmayuda mengatakan penggunaan bakteri ini merupakan terobosan baru dalam menekan kasus DBD di Bali.
Dimana penelitian penggunaan bakteri ini dilakukan oleh Australia dan sudah diterapkan di 15 negara.
Di Indonesia sendiri, penggunaan bakteri Wolbachia ini sudah diterapkan di Klaten Yogyakarta.
Dalam lima tahun penerapannya, dapat menekan kasus DBD hingga 77 persen.
“Bakteri Wolbachia ini banyak ditemukan dalam serangga seperti lalat. Nantinya bakteri ini akan dimasukkan ke dalam tubuh nyamuk, setelah itu, nyamuk tersebut dilepaskan,” katanya saat acara sosialisasi penggunaan bakteri Wolbachia di Gedung Graha Sewaka Dharma Lumintang, Rabu 1 Februari 2023.
Dirinya mengatakan, bakteri ini akan menonaktifkan virus dengue yang merupakan penyebab DBD pada nyamuk aedes aegypti.
“Di Singapura, bakteri ini dimasukkan ke dalam tubuh nyamuk jantan. Untuk di Denpasar kita akan memasukkan ke tubuh nyamuk betina dan jantan,” paparnya.
Nyamuk jantan yang dimasukkan bakteri ini akan menjadi impoten, dan pada nyamuk betina, telur yang ditetaskan akan langsung mengandung bakteri ini.
Sehingga meskipun nyamuk tersebut menggigit tubuh, virus dengue tersebut tidak akan bereaksi.
Untuk proses penerapannya, akan diawali dengan proses penetasan telur nyamuk yang mengandung bakteri.
Setelah itu setiap minggunya akan dilepaskan sebanyak 10 juta ekor nyamuk di Denpasar.
“Nanti bulan November baru dirilis (dilepaskan) sekarang masih proses. Akan kami rilis di 28 titik desa dan lurah. Sehingga nanti nyamuk tersebut akan terus berkembang biak dan diharapkan menjangkau radius 100 meter untuk satu titiknya,” katanya.
Sementara itu, untuk proses pengembangbiakan nyamuk akan dilakukan di kawasan Jalan Marlboro Padangsambian Denpasar seluas 1 hektar.
“Setelah rilis, kami akan terus evaluasi setiap tahunnya, dan mudah-mudahan bisa menekan kasus hingga di atas 70 persen dalam 5 tahun,” katanya.
Sepanjang program ini berjalan, program lain seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan fogging akan tetap digelar.
Dharmayuda menambahkan, meskipun kasus DBD di Kota Denpasar cukup tinggi, namun angka kematiannya sangat rendah di bawah 1 persen.
Sementara itu, Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara mengatakan selama ini pihaknya sudah melakukan upaya maksimal dalam penanganan DBD.
Meskipun begitu, perlu dilakukan langkah jitu dan inovasi dalam penanganannya yakni dengan bakteri Wolbachia.
Dirinya mengatakan, selama lima tahun ini indeks rasio kasus DBD di Kota Denpasar masih tinggi yakni rata-rata 92,67 per 100 ribu penduduk.
Sementara itu, indeks rasio kasus DBD nasional rata-rata 49 per 100 ribu penduduk.
“Jadi kita masih di atas indeks rasio rata-rata nasional,” kata Jaya Negara.
Dirinya menambahkan, tahun 2022 lalu tercatat terjadi 1.096 kasus DBD di Denpasar dengan kasus kematian 8 orang.
“Semoga dengan adanya inovasi ini kita bisa menekan kasus DBD di Denpasar. Dan untuk pola kerjanya kami juga akan melibatkan Jumantik yang sifatnya menyebarkan ke penduduk masing-masing,” katanya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.