Destinasi Wisata Bali
Destinasi Wisata Bali: Nikmati Sensasi Makan Babi Guling Depan Kuburan Gandamayu Denpasar Bali
Destinasi Wisata Bali: nikmati sensasi makan kuliner babi guling di depan kuburan Gandamayu Denpasar, Bali.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Kartika Viktriani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Makan babi guling di depan kuburan gimana rasanya ya?
Mungkin bagi semeton Tribunners sudah tak asing lagi dengan Babi Guling Dauh Tungkub yang berlokasi didepan Setra Gandamayu, Kesiman, Denpasar.
Gerai Babi Guling ini dijual diatas mobil pickup dan setiap hari ramai pembeli.
Ketika ditemui pemilik Babi Guling Dauh Tungkub, I Wayan Agus Suardiana (30) mengatakan, konsep menikmati babi guling di depan kuburan ini dibuat agar memudahkan orang-orang untuk menemukan tempat makannya.
Konsep ini sudah ia terapkan sebelumnya di cabang babi guling yang pertama, di Peliatan, Ubud, Gianyar.
Nah, di Jalan Waribang ini adalah cabang kedua.
“Jadi untuk cari cabang ke dua kami, orang-orang nyarinya babi guling depan Setra Waribang,” ungkapnya pada, Selasa 6 Februari 2023.
Sementara cabang kedua Babi Guling Dauh Tungkub ini buka sekitar tiga bulan lalu.
Dan cabang pertama di Peliatan, Ubud, sudah buka sekitar 1,5 tahun lalu.
Usaha babi guling ini mulanya dibuka saat pandemi.
Baca juga: Destinasi Wisata Bali, Hidden Gem Dibalik Tebing Kapur, Pantai Tanah Barak Cocok untuk Sunsetan
Yang mana, dua dari empat owner yang memiliki restoran, sepi pelanggan dampak dari pandemi Covid-19.
Demi mengisi kantong, jadilah mereka bekerjasama memutuskan untuk beralih berjualan kuliner babi guling.
Tak disangka, respon masyarakat positif.
“Penjualan di Denpasar sangat bagus, karena masyarakat di Denpasar antusias sekali dengan babi guling. Sangat banyak yang tertarik babi guling di sini, apalagi di malam hari,” sambung pria yang juga sempat menjadi executive chef ini.
Terpantau di lokasi, pelanggan datang silih berganti.
Bahkan, anak-anak muda ikut bersila menikmati kuliner babi guling tersebut.
Tak heran, hanya dalam empat jam saja, satu potong babi guling ludes.
Suardiana juga mengatakan, dagangannya buka setiap hari, kecuali hari raya.
Dalam seharinya, ia hanya menyiapkan satu potong babi guling.
Berat babi guling saat weekday rata-rata di angka 70 kilogram, sedangkan saat weekend rata-rata di angka 80-85 kilogram.
“Tapi di sini kita bukanya hanya 4 jam. Bukanya dari pukul 20.00 Wita sampai pukul 00.00 Wita, selama 4 jam tersebut habis tidak habis kita tutup. Kebetulan selama kita di sini, habis terus dalam 4 jam,” paparnya.
Berjualan di atas pick up, ungkap Suardiana, adalah salah satu trik yang diterapkan.
Yang mana, pandangan pelanggan pasti harganya murah.
Padahal sebetulnya, sama dengan harga babi guling umumnya.
Untuk makan di tempat, pelanggan bisa merogoh kocek mulai dari Rp 25 ribu per porsi sudah termasuk minum.
Paket spesial dihargai Rp 35 ribu per porsi. Sementara jika dibungkus, mulai dari Rp 15 ribu per porsi.
“Seporsi isiannya daging babi guling, kulit, krupuk, oret, lawar, daun singkong, dan gorengan. Semua olahan dari babi. Pastinya yang buat berbeda itu rasa. Kita di sini bermain rasa,” terangnya.
Disinggung apakah ada pengalaman mistis selama berjualan di depan kuburan ini, Suardiana mengaku, sampai sejauh ini aman.
Pun demikian yang dirasakan pelanggan maupun karyawannya.
“Kebetulan kita tidak pernah mengalami hal-hal seperti itu (diganggu atau melihat penampakan). Di sini yang penting sesajen, minta izin, itu sudah. Astungkara selama tiga bulan ini berjualan lancar dan aman,” tuturnya.
Rencana kedepan, kata dia, di pertengahan tahun, dirinya akan membuka cabang ketiga di Tegenungan, Gianyar.
Konsepnya akan dibuat seperti restoran.
Sedangkan salah satu pelanggan, Kadek Mudita asal Batubulan, Sukawati, Gianyar, saat diwawancarai mengatakan, konsep kulineran di depan kuburan ini memang beda.
Mengaku tidak takut, ia justru menyebutnya seperti berwisata.
“Sambil melali, sambil simpang makan babi guling. Enak saja gitu (kulineran malam), adem rasanya,” kata dia.
Menurut Kadek Mudita, basa atau bumbu di Babi Guling Dauh Tungkub ini tidak pelit. Jika dilihat dari harga, ia menilai masih tergolong normal.
“Mungkin nanti bakal balik lagi,” tutupnya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.