Berita Bali
Harga Beras Naik, HKTI Sebut Tak Memberikan Keuntungan Signifikan bagi Petani
Saat ini harga beras di pasaran masih tinggi, namun kenaikan harga ini tidak memberikan keuntungan signifikan untuk petani.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Saat ini harga beras di pasaran masih tinggi, namun kenaikan harga ini tidak memberikan keuntungan signifikan untuk petani.
Pasalnya penjualan padi oleh petani diberikan kepada penebas dengan tidak didasari kenaikan harga pasar.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bali Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc.MMA.
Baca juga: Minyak Goreng & Beras Ludes Dalam Hitungan Jam di Pasar Kidul Bangli, Simak Kata TPID
“Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa para petani belum memperoleh keuntungan signifikan terhadap kenaikan harga beras, karena mereka menjual gabah kepada penebas dengan harga yang tidak memperhatikan atau tidak didasarkan pada harga beras di pasar yang naik."
"Ini memberikan indikasi bahwa kenaikan harga beras belum secara langsung berpengaruh terhadap harga gabah dan keuntungan petani,” jelasnya pada, Sabtu 25 Februari 2023.
Lebih lanjut dikatakannya, sebagian besar petani menjual gabahnya dengan cara tebasan, di mana harganya sekitar Rp250.000 per are, dengan kisaran antara Rp210.000 per are sampai dengan Rp300.000 per are, tergantung pada prediksi penebas.
Baca juga: Masa Tanam Padi Beras Merah di Jatiluwih Sudah Dimulai, Diperkirakan Akan Panen 7 Ton per Hektare
Rektor Universitas Dwijendra ini menambahkan, cost (biaya produksi) yang dikeluarkan petani saat ini cukup tinggi.
Namun kenaikan biaya produksi sangat dirasakan dan menjadi beban karena tidak seimbang dengan harga gabah yang diharapkan petani, meskipun harga beras di pasaran meningkat.
“Ini berarti bahwa kenaikan harga beras tidak semata-mata disebabkan oleh harga input, tetapi juga diakibatkan oleh ketersediaan gabah pada saat pascapanen, yaitu pengolahan dan pemasarannya,” imbuhnya.
Baca juga: Sebanyak 2.000 Ton Beras Akan Masuk Bali, Bulog Bali Imbau Masyarakat Bali Tidak Khawatir Stock!
Menurutnya, harga beras dapat dikendalikan melalui beberapa cara.
Dalam jangka pendek, seperti dengan operasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah.
Dalam jangka menengah dan panjang dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas melalui mengintensifkan usaha tani padi yang disertai subsidi input (biaya produksi), peningkatan kualitas gabah sehingga diperoleh harga yang layak.
Baca juga: Beras Naik Hingga Rp 12 Ribu Di Penggilingan, Semula Hanya Rp 10.800
Harga yang layak di tingkat petani dikatakannya, dapat dilakukan melalui program atau kebijakan pemerintah mengenai pengolahan dan pemasaran yang inklusif, di mana memberikan keuntungan yang proporsional antara petani (kelompok petani), pedagang pengumpul, pengelola penggilingan gabah, distributor, agen (pengecer) dan lembaga lainnya.
“Inklusi yang dibangun agar didasarkan pada data yang benar dan diperoleh dari kegiatan mapping atau pemetaan produksi dan konsumsi sepanjang tahun."
"Dengan demikian, pengelolaan bisnis inklusif gabah dan beras dapat mengendalikan harga gabah yang sangat fluktuatif,” jelasnya.
Selain itu, kata Gede Sedana, diperlukan adanya program pembangunan gudang pangan sebagai tempat-tempat penyimpanan gabah atau beras saat panen raya dan bisa didistribusikan saat situasi paceklik. (*)
Berita lainnya di Harga Beras
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.