Berita Badung

Soal Tamu WNA Keluhkan Ayam Berkokok, PHRI Badung: Kalau Mau Nyaman Nginep di Hotel Bukan Homestay

Soal Tamu WNA yang baru-baru ini mengirim petisi yang mengeluhkan ayam berkokok, PHRI Badung: Kalau Mau Nyaman Nginep di Hotel Bukan Homestay.

|
Ist
Ketua PHRI kabupaten Badung IGN Rai Suryawijaya - Soal Tamu WNA yang baru-baru ini mengirim petisi yang mengeluhkan ayam berkokok, PHRI Badung : Kalau Mau Nyaman Nginep di Hotel Bukan Homestay. 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Warga Negara Asing (WNA) yang sebelumnya mengeluhkan ayam berkokok setiap Subuh dianggap lucu.

Pasalnya WNA tersebut nginep di homestay yang merupakan kawasan penduduk.

Mestinya jika wisatawan yang berkunjung ke Bali, menginapnya di hotel, sehingga suasananya pun sangat berbeda.

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung pun menilai kejadian itu sangat lucu, pasalnya ayam tidak bisa diperintahkan kapan dia harus berkokok.

Baca juga: WNA Ajukan Petisi Keluhkan Ayam Berkokok di Jimbaran, PHRI Sebut Lokasi Homestay di Kawasan Penduduk

"Setelah kami telusuri, ternyata itu kawasan permukiman. Sekarang gini saja, mana duluan ada penduduk disana dari pada tamu," ujar Ketua PHRI Badung IGN Rai Suryawijaya Minggu, 5 Maret 2023.

Pihaknya mengaku, jika wisatawan ingin mendapatkan pelayanan seperti hotel bintang lima, semestinya nginap di hotel bukan homestay.

Dirinya mengakui, orang lokal atau Bali memang biasa mempunyai binatang peliharaan seperti ayam, burung, dan anjing. 

"Jadi kalau wisatawan merasa terganggu, mestinya kan nginep di hotel jangan di homestay, atau kos-kosan. Karena kita tidak bisa melarang orang memelihara binatang," jelasnya.

Apalagi banyak masyarakat Bali yang memelihara ayam jago.

Baca juga: Giri Prasta Kembali Angkat Bicara Soal Petisi di Canggu, Ini Katanya

Mengingat saat ada ritual khusus ayam jago itu digunakan untuk tabuh rah.

"Agar itu tidak menjadi permasalahan, harus diberitahu wisatawan kalau situasinya seperti itu. Kalau mau yang nyaman, silakan cari yang jauh dari rumah penduduk seperti hotel villa dan yang lainnya," ungkap Suryawijaya.

Disinggung apakah nantinya wisatawan itu tidak berulah dan menjelekkan nama Bali? Suryawijaya yang juga merupakan Wakil Ketua PHRI Bali mengaku sebagai wisatawan harus mengikuti aturan di Bali.

Pasalnya jika WNA tersebut memang wisatawan yang berlibur ke Bali, semestinya nginep di hotel.

Bahkan kos-kosan itu merupakan tempat menginap pekerja hotel yang merantau dari luar Badung.

"Kalau maksa nginep disana, harus terimlah. Mau bayar homestay tapi ingin mendapatkan pelayanan hotel bintang lima, kan tidak mungkin," bebernya.

Lebih lanjut dijelaskan, setelah mencuat permasalahan tersebut, Dinas Pariwisata Bali dan Gubernur Bali sudah langsung memanggil pemilik homestay tersebut dan pemilik ayam.

Bahkan setelah ditelusuri ternyata mereka berdua masih berkeluarga.

"Tamu yang komplain ini kan ingin sekali ketemu bapak gubernur. Namun kita lakukan pengecekan dulu dengan memanggil pemilim ayam dan pemilih home stay, ternyata setelah di cek bukan kesalahan mereka. Sama halnya pagi-pagi ada suara orang sembahyang kan sudah biasa. Apalagi nanti didekat home stay ada upacara agama atau piodalan kan pasti ribut orang mekekawin itu, jangan sampai itu dikeluhkan," imbuhnya. 

Untuk diketahui,  sejumlah WNA mengirimkan petisi kepada pemerintah Kecamatan Kuta Selatan, Bali, gara-gara ayam berkokok setiap Subuh.

Ketenteraman dan Ketertiban (Trantib) Kecamatan Kuta Selatan mendapat keluhan melalui petisi dari 10 tamu WNA yang menginap di homestay Anumaya Bay View, Jimbaran. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved