Piala Dunia U20

Pembatalan Piala Dunia Bukan Hanya Urusan Sepak Bola, Dampak Besar Justru ke Pariwisata Bali

Dalam paparannya, Hery Angligan berpandangan bahwa situasi pariwisata di Bali secara tak langsung telah dicampuraduk dengan politik.

Penulis: Putu Honey Dharma Putri W | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Tribun Bali/ Putu Honey
Kekecewaan - Para narasumber diskusi pembatalan Bali sebagai venue piala dunia sepakbola U-20 mengungkap beragam kekecewaan warga Bali, Kamis (6/4). 

TRIBUN-BALI.COM -  Pembatalan Piala Dunia U-20 di Bali, tentu menimbulkan beberapa dampak.

Dalam diskusi yang digelar Forum Peduli Bali, Kamis (6/4), dampak tersebut terungkap secara gamblang.

Diskusi tersebut menghadirkan beberapa narasumber, di antaranya Hery Angligan selaku praktisi pariwisata.

Dokter spesialis kejiwaan, I Gusti Rai Putra Wiguna SPKJ, dan jurnalis Tribun Bali Kambali Zutas yang juga pengamat sepak bola Bali.

Dalam paparannya, Hery Angligan berpandangan bahwa situasi pariwisata di Bali secara tak langsung telah dicampuraduk dengan politik.

“Dampak ketika politik masuk ke ranah pariwisata ya itu kontradiktif sebenarnya. Pemerintah daerah sepertinya, mohon maaf, mungkin standarnya ganda, ingin meningkatkan pariwisata tapi juga secara langsung menjegal pariwisata ini,” papar mantan Dirut HIN tersebut.

Baca juga: Bursa Transfer Liga 1: Tak Lebih Tinggi dari Tiga Pemain Lokal, Persija Minati Eks Pemain Liverpool

Baca juga: PREVIEW PSS Sleman Vs Bali United, Fokus Amankan 3 Poin & 5 Besar, Ini Prediksi Susunan Pemain

Baginya, event dunia yang digelar di Bali tentu menjadi kesempatan emas yang membuat Bali bangkit setelah pandemi Covid. Namun, adanya pembatalan tersebut segalanya tak dapat memenuhi ekspetasi.


Sedangkan Kambali Zutas berpandangan, banyak aspek yang dikecewakan, mengingat banyaknya pemain-pemain sepakbola muda Indonesia yang harapan dan ekspetasinya pupus. Belum lagi nanti jika FIFA memberikan sanksi kepada Indonesia.

“Sekarang yang dinanti adalah sanksi FIFA, walau kita melihat bahwa sebelumnya kita sudah ada pengalaman terkena sanksi FIFA pada tahun 2016, yang mana berlaku selama setahun,” paparnya.


Namun bagi Kambali, fanatik dari supporter sepakbola Bali dengan dibatalkannya piala dunia U-20 tidak seberdampak supporter sepakbola lainnya.

“Di Bali, dampaknya, yang mana kebetulan menjadi salah satu venue pagelaran piala dunia U-20, secara langsung di Bali tidak akan berdampak seberdampak di luar Bali. Karena tipe sepakbola di Bali ini memiliki rasa memiliki, prestasi sepakbola Bali kan baru-baru ini.

Artinya secara fanatisme ataupun supporter dari Timnas Bali dibanding Timnas di luar Bali agak berbeda, dampaknya gak terlalu,” jelasnya.


Sementara dokter I Gusti Rai Putra Wiguna menyebutkan, pembatalan diadakanya piala dunia U-20 di Bali tentu berdampk pada kejiwaan di berbagai lini. Baginya, dampak kekecewaan itu tak hanya kepada supporter sepakbola, tapi juga pelaku pariwisata yang sudah berekspetasi dengan adanya pagelaran tersebut.

"Kita tahu, bagaimana kalau orang sudah kecewa kan," ujar I Gusti Rai Putra Wiguna.


Nyoman Sudiantara alias Punglik yang menjadi penggagas diskusi menyatakan, dirinya memang mendorong Forum Peduli Bali untuk menggelar diskusi terkait pembatalan piala dunia U-20 di Bali.

Pasalnya, dirinya mendapat banyak curhatan generasi muda Bali yang kecewa atas pembataan itu.

"Anak-anak muda banyak yang curhat ke saya. Kecewanya luar biasa. Penolakan Bali sebagai venue piala dunia U-20 ini jelas tidak mewakili generasi muda di Bali. Keputusan itu berjalan sendiri, tidak mewakili generasi muda Bali," ujar Punglik. (hon)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved