Serba Serbi
Tumpek Wayang Bertepatan Kajeng Kliwon, Apa yang Harus Dilakukan?
Bagi yang lahir wuku Wayang biasanya melakukan ruwatan yang disebut Sapuh Leger.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Akan tetapi, Kala mencium tapak kaki Kumara, sehingga Kala pun mengejar Kumara.
Kala menemukan adiknya lari terbirit-birit, namun Kumara lolos melalui serangkaian tipuan.
Ia sempat bersembunyi dalam rimbun bambu (buluh), bersembunyi dalam kayu bakar yang tidak diikat, lolos melalui tungku perapian.
Raja Maya Sura yang bertahta di Kertanegara melindungi Rare Kumara, akan tetapi raja dan prajuritnya berhasil dikalahkan oleh Kala.
Hingga malam, Kumara sampai di tempat pertunjukan wayang kulit yang diadakan wuku Wayang dan meminta perlindungan pada sang dalang.
Dalang menyuruh dia bersembunyi di resonator gamelan gender.
Kala lalu datang ke sana dan memakan sesaji untuk pertunjukan wayang karena saking laparnya.
Dalang itu kemudian menegur Kala dan meminta supaya sesaji itu dikembalikan seperti semula.
Kala terpojok dan mengaku sangat berhutang kepada dalang, dan Kala menganugrahi sebuah mantra magis yang bisa memberi dalang kemampuan untuk membebaskan semua makhluk hidup dari kekotoran.
Sebagai balasannya, dalang menghaturkan sesaji sebagai ganti anak yang dilahirkan pada Tumpek Wayang.
Kala mengikuti dan kemudian pergi.
Kumara dibawa kembali ke kahyangan oleh Siwa dan Uma.
Menurut Guna Yasa, dalang merupakan Siwa yang ada di dunia, karena dalam kakawin Arjuna Wiwaha ada ungkapan seseorang yang suci hanya berbataskan kelir dengan Bhatara Siwa.
“Ahletan kelir sira saking sang hyang jagat karana. Kalau kelir yang dimaksud kita angggap sebagai kelir wayang, maka Bhatara Siwa yang dianggap berbatasan dengan kita kan dalang,” kata Guna.
Sehingga dalam sapuh leger di Bali jelas tirta dari dalang merupakan tirta Siwa.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.