Berita Karangasem

Aci Tatebahan Wujud Syukur Krama Kepada Ida Bhatara

Ratusan Krama Adat Bugbug, Kecamatan Karangasem kumpul disekitar area Pura Bale Agung, Desa Adat Bugbug, Kamis (4/5).

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Fenty Lilian Ariani
Saiful Rohim
Aci Tatebahan Wujud Syukur Krama Kepada Ida Bhatara 

AMLAPURA, TRIBUN-BALI. COM - Ratusan Krama Adat Bugbug, Kecamatan Karangasem kumpul disekitar area Pura Bale Agung, Desa Adat Bugbug, Kamis (4/5). Krama yang kenakan pakaian adat berkumpul untuk gelar tradisi "Aci Tatebahan" yang dilaksanakan  tiap tahun, tepat sasih jiyestha nuju beteng.

Sebelum digelar tarian Tatebahan, krama terlebih dulu mengikuti prosesi prsembahyangan di Natar  Pura Balai Agung. Memohon restu, keselamatan, dan Kerahayuan. Lalu dilanjutkan mohon air suci yang dipercikkan pemangku. Setelah itu, krama lanang melepas baju dan hanya pakai kamben serta udeng. 

Tarian Tatebahan dilakukan berpasangan. Satu lawan satu. Mereka bergantian memukul dengan pelepah daun pisang yang sudah disiapkan. setelah tarian selesai, krama yang saling memukul brangkulan dan sorak gembira. Harapannya tak ada kemarahan, dendam, dan benci. Selanjutnya krama diberi air tirta. 

Harapannya untuk memohon kesembuhan,  semua penyakit sirna dari raga serta fikirannya. Mohon pengayoman, & keteduhan dalam jalani kehidupan. Prosesi ini tidak hanya diikuti oleh krama laki, krama perempuan juga ikut menari dan mengikuti Tatebahan dan saling pukul dengan pasangan perempuan.

Wakil Kelihan Desa Wibagha Parhyangan Desa Adat Bugbug, Wayan Artana, menjelaskan, Aci Tatebahan digelar tiap satu tahun. Tepat sasih jiyestha nuju beteng, antara tanggal 13,14, dan 15."Untuk Th. 2023 jatuh pada wilangan masehi 4 Mei 2023,"ungkap Jro Wayan Artana, Kamis (4/5/2023) siang hari

Secara bahasa, "Tatebahan" berasal dari dua kata. Yakni Tate yang artinya cara, sedangkan 'Bahan" adalah sarana. Kalau istilahnya yakni cara  mensyukuri karunia Ida sesuhunan yang memberi hasil bumi melimpah. Bentuk yadnya yang dilakukannya yakni dengan haturkan tarian lewat sarana pelepah daun pisang.

"Dengan harapan Ida sesuhunan memberikan hasil bumi yang mlimpah tahun depan, dan lebih baik. Dijauhkan dari penyakit dan marabahaya. Ini bentuk wujud syukur krama,"jelsnya.

Aci Tatebahan adalah upacara yadnya. Ungkapan rasa tulus dan terimakasih ke tabe pakulun “Ida Bhatara Gde Gumang“ yang menganugerahkan ilmu bertani dan berkebun. Dan sampai saat ini diterapkan petani. Ini juga wujud bakti wrga ke putra Ida Bhatara Gde Gumang, yakni “Ida Bhatara  Gde Praja Petak".

"Ida Bhatara Gde Praja Petak (Bhatara Gde Bandem) di Bugbug  berstana di Dusun Lumpadang. Sebuah pura kecil yang keberadaannya belum banyak diketahui oleh masyarakat. Pura itu bernama “Pura Kahuripan Toh Jagat". Beliau yang jaga Desa Adat Bugbug,"akuinya.

Prosesi Aci Tatebahan disangra semua krama banjar adat. Sebelum  ritual dilakukan, krama lebih dulu buat sesajen untuk dipersembahkan.Seperti lawar ubi, dan lawar kacang (tak ada unsur daging). Sarana upacara dan pelepah pisang dibawa ke Pura Balai Agung untuk dipersembahkan  terhadap Ida Bhatara.

"Lawar itu nantinya dipola jadi sesajen dalam bentuk dua buah wong - wongan. Yang nantinya dipsembahkan di Natar Balai Agung wujud persembahan  pada plancah  pangiring “Ida Bhatara Gde Praja Petak (Ngemit Jagat Bugbug) dan Ida Sang Taruna Bali ( Ngemit Telaga Ngembeng ),"tambah Jro Artana, sapaannya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved