Berita Bali
Ciptakan Tari Baris Bebila, Ida Ayu Trisnawati Jadi Guru Besar ISI Denpasar Kesepuluh
Ciptakan Tari Baris Bebila untuk warga kolok di Bengkala Buleleng, Ida Ayu Trisnawati jadi Guru Besar ISI Denpasar Kesepuluh.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Kartika Viktriani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ida Ayu Trisnawati resmi menyandang gelar profesor atau guru besar bidang kajian tari berkat penciptaan Tari Baris Bebila atau Tari Baris Bebek Bingar Bengkala dengan melibatkan warga kolok atau tuli bisu di Desa Bengkala Buleleng.
Dirinya pun menjadi guru besar kesepuluh di ISI Denpasar berkat penggarapan tari tersebut.
Lahirnya Tari Baris Bebila ini berawal dari ia melihat semangatnya warga kolok di Desa Bengkala untuk berkesenian.
Sehingga ia pun berpikir untuk membuat sebuah tari baru khusus untuk warga kolok tersebut.
Tari Baris Bebila ini menggunakan metode terbalik tak seperti tarian pada umumnya yakni penari mengikuti alunan gamelan atau musik pengiring.
Sementara untuk Tari Baris Bebila, penabuh yang mengikuti gerakan dari penari kolok ini.
“Mereka akan menari layaknya orang normal. Dan saya memang melatih mereka dari nol, dari agem hingga bisa menari,” kata Ida Ayu Trisnawati dalam Inagurasi dan Sapa Publik Guru Besar Anyar di ISI Denpasar.
Dayu Trisna menambahkan, tari ini diciptakan sejak tahun 2017 lalu dengan mengambil beberapa gerak-gerak pegambuhan.
“Tari ini menggambarkan keceriaan pasukan yang semangatnya melampaui kemampuan di bawah satu komando. Inspirasinya yakni pengembala bebek yang berbaris mengikuti si pengembala yang memegang sebatang bambu,” imbuhnya.
Baca juga: HMJ Photografi ISI Denpasar Gelar Pameran di Puri Lukisan Ubud
Untuk penari baris ini terdiri dari tujuh orang lelaki, dimana satu orang menjadi pemimpin dan semua penari membawa properti tombak.
Dirinya berharap dengan adanya tari kreasi ini, masyarakat kolok di Bengkala memiliki ikon pariwisata baru.
Dirinya mengaku, meraih gelar guru besar ini setelah 37 tahun menempuh pendidikan sejak di ASTI Denpasar.
Selain Tari Baris Bebila, perempuan kelahiran Malang, 21 Januari 1962 ini juga sudah menciptakan beberapa tari yakni Tari Jalak Anguci, Tari Puspa Arum, dan Tari Suci Tirtha Mahamreta Pratistha.
Sementara dalam inagurasi dan sapa publik guru besarnya, ia membawakan orasi ilmiah bertajuk Ceria Menembus Kebisuan.
Sementara itu, Rektor ISI Denpasar Prof.Dr. I Wayan Adnyana mengatakan apa yang dilakukan Ida Ayu Trisnawati merupakan salah satu upaya untuk mengeksplorasi potensi budaya di Bengkala Buleleng.
“Menjadi guru besar harus melalui proses yang panjang, selain harus memenuhi 800 kredit juga harus menembus jurnal internasional bereputasi,” katanya.
Apalagi menurutnya, tidak banyak dosen seni dan desain yang bisa menembus jurnal internasional bereputasi karena kuotanya terbatas.
Dengan adanya tambahan guru besar ini akan semakin menambah animo mahasiswa S3 yang kuliah di ISI Denpasar.
Apalagi sejak tahun 2021 lalu jumlah mahasiswa S3 di ISI Denpasar terus bertambah.
Dari awalnya di tahun 2020 hanya 10 mahasiswa, di tahun 2021 menjadi 25 mahasiswa.
Dan pada tahun 2022 dilakukan dua kali bukaan mahasiswa yakni semester ganjil sebanyak 35 orang dan semester genap 20 orang.
“Di tahun 2023 ini, untuk semester awal ini sudah ada 35 orang pendaftar,” katanya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.