Kenaikan Tarif Visa On Arrival

Komentar Sandiaga Uno Soal Wacana Kenaikan Tarif VOA, Menparekraf: Masih Kita Digodok Terus 

Wacana kenaikan tarif Visa On Arrival (VOA) yang muncul beberapa waktu lalu kembali diupdate oleh Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno

Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Menparekraf Sandiaga Uno usai melakukan audiensi dengan manajemen Papatonk (merk kerupuk udang asal Indonesia yang sukses ekspor ke China) di Resto Bali Nelayan 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin

TRIBUN BALI.COM, MANGUPURA - Wacana kenaikan tarif Visa On Arrival (VOA) yang muncul beberapa waktu lalu kembali diupdate oleh Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno.

“Belum ada. Jadi ini masih digodok terus tapi tujuan kita adalah wisatawan yang berkualitas. Hingga saat ini belum ada pembahasan lebih lanjut mengenai tarif atau biaya Visa on Arrival bagi wisman ke Indonesia,” ujar Menparekraf Sandiaga Uno, di Resto Bali Nelayan, Nusa Dua, Sabtu 17 Juni 2023.

Ia menambahkan dengan adanya target adjustment, Kemenparekraf ditargetkan untuk dapat mendatangkan jumlah kunjungan wisman yang lebih besar, yakni mencapai 6 hingga 8,5 juta kunjungan wisman pada tahun 2023 dan 9,5 hingga 14,3 juta kunjungan wisman pada tahun 2024. 

Baca juga: Menparekraf Sandiaga Harapkan Penyelenggaraan BBTF Tahun Depan Ditingkatkan 

“Kami berharap kebijakan mengenai keimigrasian juga dapat selaras dan mendukung upaya Kemenparekraf mendatangkan lebih banyak wisman sekaligus menjaga kualitas wisatawan tersebut,” ujar Menparekraf Sandiaga Uno

Kemenparekraf akan terus bersinergi dengan Kementerian/Lembaga terkait agar kemanfaatan sektor pariwisata dari sisi ekonomi dapat semakin besar termasuk dalam memulihkan industri pariwisata dalam negeri dan membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak.

“Kami tentu berharap kebijakan keimigrasian juga dapat mempertimbangkan kompetisi di wilayah ASEAN sehingga wisatawan tetap dapat berwisata ke Indonesia dengan mudah dan mendapatkan seamless experience,” ujar Sandiaga Uno.

Selain itu, untuk mencapai target jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada tahun 2023 dan 2024, kami juga terus berkolaborasi dengan Kementerian/Lembaga dan institusi lain yang membidangi sektor penerbangan untuk meningkatkan aspek konektivitas dari luar negeri ke destinasi wisata di Indonesia.

Baca juga: Ratusan Anggota FPN Bali Tanam Mangrove di Denpasar, Kristianus Bali: Mari Kita Jaga Bali

“Tarif visa yang terlalu mahal dapat menjadi beban tambahan bagi wisatawan, terutama jika mereka merencanakan perjalanan dengan anggaran terbatas dan mereka yang datang dengan keluarga. Biaya visa yang tinggi juga dapat membuat beberapa wisatawan memilih tujuan lain yang memiliki biaya masuk yang lebih terjangkau atau tanpa visa,” papar Sandiaga Uno.

Namun, tarif visa hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan wisatawan berkunjung ke suatu destinasi. 

Faktor lain seperti atraksi wisata, keamanan, fasilitas pariwisata, dan infrastruktur juga berperan penting dalam menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Indonesia.

Tarif Visa on Arrival ke Indonesia saat ini adalah Rp 500.000,00, atau sekitar USD34. 

“Tarif ini cukup kompetitif jika dibandingkan dengan Thailand, yang mengharuskan wisatawan dari 18 negara wajib VoA (termasuk Tiongkok, India, dan Arab Saudi) membayar USD52.6 atau 2.000 Baht. Namun, jika dibandingkan Vietnam menjadi kurang kompetitif karena Vietnam menetapkan tarif sebesar USD25 untuk single-entry VoA dan USD50 untuk multiple-entry VoA,” jelas Menparekraf Sandiaga Uno.

Perlu dicatat bahwa Thailand memberikan fasilitas Bebas Visa Kunjungan bagi wisatawan kepada 57 negara dan Vietnam memberikan fasilitas tersebut kepada 22 negara. 

Sedangkan Indonesia saat ini hanya memberikan fasilitas Bebas Visa Kunjungan kepada 10 negara ASEAN.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved