Palebon Raja Denpasar IX
Suka Duka Ida Bagus Gede Pidada Menjadi Undagi Bade, Sudah Mulai Aktif Sejak SMA
Sebagai undagi bade, Ida Bagus Gede Pidada menyebut bahwa apa yang dilakukannya merupakan warisan dari leluhurnya.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Kartika Viktriani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Di wilayah Denpasar dan sekitarnya, Ida Bagus Gede Pidada merupakan sosok yang sudah tak asing lagi.
Selain memiliki ciri khas lewat suara saat menjadi pengenter upacara besar, ia juga merupakan seorang undagi bade dan lembu.
Dan kali ini ia menjadi undagi untuk pembuatan bade dalam palebon Raja Denpasar IX Ida Cokorda Ngurah Jambe Pemecutan.
Sebagai undagi bade, Ida Bagus Gede Pidada menyebut bahwa apa yang dilakukannya merupakan warisan dari leluhurnya.
“Ya boleh dikatakan ini menurun dari kompyang, dan Griya Meranggi adalah tempatnya undagi terkenal dulu, saya hanya melanjutkan,” kata Ida Bagus Gede Pidada saat diwawancarai di sela-sela pengerjaan tratag bade.
Bahkan sejak SMP ia sudah mulai ikut dalam pembuatan bade ini dengan belajar secara otodidak.
Kemudian saat SMA sekitar tahun 1981, ia sudah aktif ikut membuat bade, wadah, lembu dan sejenisnya.
Baca juga: Rangkaian Palebon Raja Denpasar IX, Dinas Perhubungan Lakukan Rekayasa Lalulintas di Ruas Jalan Ini
Untuk upacara besar pertama yang ikut ditangani oleh Ida Bagus Gede Pidada adalah saat Pelebon Raja Puri Pemecutan X Denpasar tahun 1986.
“Saat Ida Cokorda Gembrong (Ida Cokorda Ngurah Gede Pemecutan X) saya sudah di sana ikut membuat,” katanya.
Sejak saat itulah, ia mulai merasakan suka duka menjadi seorang undagi bade.
Karena sewaktu itu menurut penuturannya, situasi sedang musim hujan.
“Bade sudah selesai tiba-tiba hujan turun lebat. Maka harus diperbaiki lagi, itu duka-duka sekali jika saat pembuatannya ada hujan,” katanya.
Selain itu, suka duka lainnya ketika waktu pelaksanaan pembuatan sangat mepet.

Ia bersama undagi lainnya harus lembur untuk bisa menyelesaikannya.
“Dan kadang juga ada fasilitas atau kelengkapan yang agak susah dicari. Tapi iklim memang yang paling berat,” katanya.
Pria yang tinggal di Griya Meranggi, Jalan Sedap Malam Kesiman ini sudah berkeliling untuk menjadi undagi bade.
Dirinya pernah menjadi pembuat bade di Puri Ubud, Puri Sayan, Puri Peliatan, Puri Pemecutan, di Batubulan, Carangsari hingga beberapa griya di Denpasar dan sekitarnya.
Sementara terkait dengan bade untuk pelebon Raja Denpasar IX menggunakan tumpang sebelas.
Bade ini memiliki ketinggian mencapai 20 meter.
Sementara untuk tempat jenazah pada bade berada pada ketinggian 10,4 meter.
Sehingga tinggi tratag yang dibuat yakni 9,4 meter.
Bade ini dilengkapi dengan atribut lengkap, mulai dari bedawang nala sebagai dasar, karang boma, paksi, macan, dan angsa.
Dan pada 21 Juni 2023 merupakan acara puncak palebon yang dimulai pukul 00.00 Wita sampai selesai.
Nunas tirta penembak, atetangi, ngardi tirta pengentas, ngutang pering, mebumi sudha, melaspas pamereman dan lembu.
Pukul 11.00 Wita mulai tedun layon, memargi ke tunontedun layon ring tunon pengiriman, anupit, dan nganyud.
Pada puncak palebon, iringan akan berangkat dalam lima kloter yang dimulai dengan pengiring, selanjutnya tambur, atribut keraton, peed, bade, dan diakhiri dengan gong.
Usai pembakaran jenazah dilanjutkan dengan nganyud ke Pantai Padanggalak.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.