Serba Serbi

Ini yang Dilakukan Umat Hindu Saat Penyekeban Galungan

Minggu 30 Juli 2023 disebut dengan Panyekeban yang jatuh tiga hari sebelum Hari Raya Galungan atau pada Redite (Minggu) Paing wuku Dungulan.

Dok. Tribun Bali
Ilustrasi sembahyang - Ini yang Dilakukan Umat Hindu Saat Penyekeban Galungan 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hari Raya Galungan tinggal menghitung hari.

Hari raya yang dilaksanakan setiap 6 bulan sekali akan dirayakan pada Rabu 2 Agustus 2023 mendatang.

Untuk hari ini, Minggu 30 Juli 2023 disebut dengan Panyekeban yang jatuh tiga hari sebelum Hari Raya Galungan atau pada Redite (Minggu) Paing wuku Dungulan.

Dalam Lontar Sundarigama disebutkan bahwa hari ini Sang Hyang Kala Tiga akan turun ke dunia.

Ikang Dungulan Redite Paing, turun Sang Hyang Kala Tiga, menadi Bhuta Galungan, arep anadah anginun ring manusa pada matangnian sang wiku muang sang para sujan den perepiakse juga sira kumekas ikang jenyana nirmala, nimitania, tan ka surupan tekap. Sang Buta Galungan, nadah mangkana mengaram panyekeban ucaping loka.

Baca juga: Minggu Paing Dungulan, Baik Buruknya Hari Ini 30 Juli 2023, Baik untuk Memulai Usaha

Artinya, saat Redite Paing wuku Dungulan disebutkan bahwa Sang Hyang Kala Tiga turun ke dunia dalam wujud Sang Bhuta Galungan, yang ingin makan dan minum di dunia ini, oleh karena itu, orang-orang suci, demikian pula para sujana (bijaksana), hendaknya waspada serta mengekang atau membatasi dirinya kemudian memusatkan pikirannya ke arah kesucian, agar tiada kemasukan oleh sifat-sifat yang membahayakan dari pengaruh-pengaruh Sang Bhuta Galungan, dan hal yang demikian, disebutlah hari penyekeban.

Oleh karena itu, mulai hari ini seseorang harus mulai mengendalikan diri.

Tidak mudah marah, emosi, dan selalu sabar agar nanti pada saat Hari Raya Galungan bisa merayakan hari kemenangan Dharma dengan paripurna.

Sementara itu, I.B. Putu Suamba penulis beberapa buku seperti Siwa Budha di Indonesia dan juga Dosen Politeknik Negeri Bali, Rangkaian Galungan merupakan rangkain upacara terpanjang yaitu mulai dari sejak hari Tumpek Wariga hingga Buddha Kliwon Pahang dengan waktunya 42 hari.

Suamba juga menambahkan turunnya Kala Tiga dan Jaya Tiga memperlihatkan betapa unsur Maya Tattwa dalam bentuk Sakti dominan di dalam pelaksanaan Galungan.

Kala Tiganing Galungan, yaitu tiga kala berturut-turut, mulai hari Redite Paing Dungulan (Penyekeban), Soma Pon Dungulan (Penyajahan), dan Anggara Wage Dungulan (Penampahan).

Hari-hari ini merupakan keistimewaan Galungan dimana pelaksanaanya didahului dengan munculnya Kala Tiga yang dikenal pula dengan nama Sang Hyang Tiga Wisesa yang turun ke dunia pada wuku Dungulan dalam bentuk kekuatan negatif (kala).

"Pada Redite Paing Dungulan turunlah kala disebut Sang Bhuta Galungan, pada Anggara Pon Dungulan disebut Bhuta Dunggulan, sedangkan pada Anggara Wage Dungulan disebut Sang Bhuta Amangkurat," kata Suamba dalam Rembug Sastra Purnama Bhadrawadha di Pura Jagatnata Denpasar beberapa waktu lalu.

Saat itu, manusia dihadapkan kepada suatu waktu (kala) yang demikian mengerikan dan harus waspada agar diri tak dikuasai.

Dikatakannya bhuta-bhuta tersebut masuk melalui pikiran dan indriya-indriya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved