Berita Karangasem
Sistem Pertanian Salak di Sibetan Karangasem Diusulkan Sebagai Warisan Pertanian Penting Dunia
Sistem pertanian salak di Desa Sibetan memiliki sejarah, dan sampai sekarang masih diingat masyarakat
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Sistem pertanian salak di Desa Sibetan, Bebandem, Bali diusulkan ke Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) sebagai sistem warisan pertanian penting global.
Mengingat sistem pertanian salak di Sibetan mempunyai sejarah panjang kehidupan manusia di Sibetan khususnya.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (Distan) Karangasem, Nyoman Siki Ngurah menjelaskan, sistem pertanian salak di Desa Sibetan diusulkan Kementerian Pertanian melalui Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun 2018.
Dan saat ini sudah masuk tahap penyempurnaan proposal di Roma, Italia.
Baca juga: Terobosan Koster Hasilkan Bunga Gemitir Bali Sudamala, Beri Harapan Baru di Dunia Pertanian
"Kemarin kita sudah dalam perbaikan proposal. Setelah ini kemungkinan akan ada peninjauan langsung dari Roma. Sebelumnya, Dinas Pertanian bersama Provinsi serta Kementerian Pertanian sudah meninjau serta gelar workshop di Ujung,"ungkap Siki, Rabu 9 Agustus 2023.
Mantan Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Karangasem tersebut mengatakan, ada beberapa dasar sistem pertanian salak di Sibetan diusulkan menjadi warisan pertanian global.
Diantaranya karena memiliki sejarah, dan sampai sekarang masih diingat masyarakat.
Sistem pertaniannya dilestarikan masyarakat.
"Hanya di Karangasem ada sejarah salak. Seperti di Desa Sibetan, seluruh masyarakatnya percaya jika sistem pertanian salak dari leluhurnya yang bernama Jro Dukuh Sakti. Beliau menanam salak di Abad ke 14. Makanya di Sibetan ada pura namanya Pura Dukuh Sakti,"ungkap Nyoman Siki Ngurah.
Selain itu, kata Siki Ngurah, sistem pertanian salak di Sibetan telah penuhi lima kriteria ditentukan FAO.
Satu diantaranya menyangkut keamanan pangan dan mata pencaharian masyarakat.
Menurut masyarakat, menanam salak merupakan sumber kehidupan warga Sibetan, dan dilestarikannya hingga zaman modern.
"Banyak varietas salak di Sibetan. Sehingga sangat perlu dilestarikan sumber daya genetik, budi daya salak. Dan perlu dimanfaatkan keanekaragaman. Ada belasan varietas salak di Sibetan. Ada nama Salak Gondok, Nenas, Gula Pasir, Nangka, Cengkeh, Nyuh, Injin, Gading, Merah, Bingin dan lainnya,"jelas Siki Ngurah.
Dalam sistem pertanian salak di Sibetan terdapat pengetahuan lokal, serta bercocok tanamnya. Mulai penanaman hingga panennya.
Selain itu ada budaya, organisasinya, sistem nilai, dan sosial.
"Revisi proposal salak agroforestri systems ditetapkan sebagai situs pertama yang dapat sertifikasi GIAHS dari FAO sudah dilakukannya,"akui Nyoman Siki Ngurah.
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.