Berita Gianyar

Prosesi Ngebeg Desa Adat Tegalalang, Pengayah Berpenampilan Wong Samar Kelilingi Desa

Prosesi Ngebeg Desa Adat Tegalalang. Pengayah berpenampilan wong samar kelilingi desa

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN BALI/ Wayan Eri Gunarta
Prosesi Ngebeg Desa Adat Tegalalang. Pengayah berpenampilan wong samar kelilingi desa 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Seiring berkembangnya zaman, semakin banyak pula kesibukan masyarakat. Terlebih di zaman teknologi ini, tak sedikit dari budaya dan prilaku masyarakat yang mengalami pergeseran.

Meski demikian, rong-rongan zaman modernisasi ini tak begitu berdampak di Desa Adat Tegalalang.

Mereka masih bisa mempertahankan prosesi ngerebeg, yang telah diwariskan oleh para leluhurnya dari turun-temurun.

Berdasarkan data dihimpun Tribun Bali, prosesi sebagai simbolis wong samar, yang merupakan rerencangan (abdi) Ida Dalem Ketut Segara dan Ida Dalem Dimade yang kini telah disucikan dan berstana di Pura Duurbingin.

Konon, setiap menjelang piodalan di Pura Duurbingin, rerencangan Ida Bhatara yang berjumlah 288 tersebut, akan mengelilingi Desa Adat Tegalalang.

Pantauan Tribun Bali, Rabu 6 September 2023, prosesi ngerebeg ini, telah dimulai dari pukul 12.00 Wita. Para peserta yang semuanya berpenampilan ala wong samar tersebut, berkumpul di Pura Duurbingin, Desa Pakraman Tegallalang.

Sebelum berangkat mengelilingi desa, mereka dihidangkan dengan dua buah paica dari Ida Batara Duurbingin: paica cenik dan paica gede (anugrah yang bentuknya kecil dan besar).

Semua pengayah ngerebeg pun makan paica dengan cara magibung (berkumpul melingkar).

Mereka yang ngayah ngerebeg merupakan simbolis atau perwujudan dari duwe (penghuni alam gaib) dari Pura Duurbingin.

Setelah semua pengayah menikmati paica tersebut, akhirnya gamelan baleganjur pun diamainkan. Sontak, nada keras baleganjur memecut semangat para pengayah. Mereka lantas berjalan berbaring mengelilingi desa. 

Mereka semua mengelilingi Desa Tegallalang dengan menyerukan “Suryak—Eyo-Eyo”.

Mereka mengitari seluruh pura, kuburan, dan banjar di seluruh Desa Tegallalang. Ada tujuh banjar, sejumlah pura, dan dua kuburan yang harus dilalui para peserta ngerebeg.

Seorang peserta ngerebeg, I Putu Bagaskara (14), mengatakan, dalam prosesi tersebut, ia merias tubuh dan memakai kostum malaikat maut.

Remaja asal Banjar Gagah tersebut mengatakan sudah sering mengikuti tradisi ini.

"Sudah sering ikut, tidak pernah kerasukan. Rasanya kalau ikut, senang saja, tidak ada pikiran aneh-aneh," ujarnya.

Baca juga: Pendaftaran CPNS 2023 Akan Segera Dibuka, Simak Formasi CPNS Kejaksaan RI 2023 Berikut Ini


Hal senada juga dikatakan oleh peserta lainnya, I Putu Budastra (12). Pria yang saat itu berpenampilan seperti memedi itu, mengaku sampai izin dari sekolah untuk bisa mengikuti tradisi di desa adatnya. "Ya, tadi libur sekolah supaya bisa ikut," ujarnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved