Rebo Wekasan
Rebo Wekasan Segera Tiba! Inilah Mitosnya, Dilarang Keluar Rumah Jika Tak Ingin Alami Kesialan
Tak lama lagi, umat muslim di seluruh Indonesia akan merayakan yang namanya tradisi Rebo Wekasan. Disebut-sebut hari tersial sepanjang tahun?
TRIBUN-BALI.COM – Tak lama lagi, umat Muslim di seluruh Indonesia akan merayakan yang namanya tradisi Rebo Wekasan.
Dilansir dari TribunJakarta.com, tradisi Rebo Wekasan ini membawa beberapa mitos yang konon katanya sangat dipercaya oleh masyarakat, apa saja itu?
Pada artikel kali ini, kita akan mengulas apa itu tradisi Rebo Wekasan beserta dengan mitos-mitos yang dipercayai oleh masyarakat muslim di Indonesia.
Rebo Wekasan atau yang sering juga disebut dengan Rebo Pungkasan, adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar pada kalender Jawa.
Apabila mengacu pada tanggalan Islam, tahun ini, Rebo Wekasan akan jatuh pada tanggal, 27 Safar 1445 Hijriah.
Jika melihat pada tanggalan masehi, maka Rebo Wekasan akan jatuh tepat hari esok, Rabu, 13 September 2023.
Sejumlah masyarakat percaya, pada malam Rebo Wekasan menyimpan sejumlah mitos yang diyakini secara turun temurun.
Bahkan, Rebo Wekasan disebut-sebut menjadi hari paling sial sepanjang tahun menurut sejumlah masyarakat.
Maka dari itu, di setiap daerah selalu mengadakan ritual-ritual adat yang bertujuan untuk menolak bala atau kesialan.
Tentunya setiap daerah memiliki ritual yang berbeda-beda dalam menyambut tradisi Rebo Wekasan ini.
Berikut adalah beberapa mitos Rebo Wekasan yang dipercayai oleh sebagian besar masyarakat
Dilansir dari TribunJakarta.com yang mengutip dari berbagai sumber, berikut adalah sejumlah mitos Rebo Wekasan yang perlu anda hindari:
1. Larangan menikah pada saat Rebo Wekasan
Pada Rebo Wekasan terdapat larangan untuk menikah.
Sebagian masyarakat percaya bahwa menikah pada saat Rebo Wekasan akan mendatangkan musibah dan kesialan seperti terjadinya konflik dalam rumah tangga, sulit mendapatkan rejeki, hingga terkena penyakit.
Oleh karena itu, mereka memilih untuk menikahkan anak mereka di bulan lain yang dianggap sebagai bulan yang baik.
2. Larangan keluar rumah saat Rebo Wekasan
Pada Rebo Wekasan terdapat larangan untuk keluar rumah.
Sebagian masyarakat percaya bahwa melakukan perjalanan atau berpergian saat Rebo Wekasan akan mendatangkan musibah berupa kecelakaan dan lain sebagainya.
Bahkan, kaum Arab Jahiliyah percaya bahwa diakhir bulan Safar akan berhembus angin yang membawa penyakit di perut seseorang yang keluar rumah.
Oleh karena itu, masyarakat memilih untuk berdiam diri di rumah dan melakukan amalan-amalan yang dianjurkan pada saat Rebo Wekasan seperti shalat tolak bala dan sebagainya.
3. Tradisi Zaman Jahiliyah
Rebo Wekasan merupakan tradisi yang diyakini telah ada sejak zaman Jahiliyah dimana pada saat itu Rebo Wekasan disebut sebagai Arba Mustakmir.
Tradisi Arba Mustakmir adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar yang dipercaya sebagai hari di mana diturunkannya balak, penyakit, dan malapetaka.
Namun, semenjak kedatangan Nabi Muhammad SAW mitos dan tahayul tentang balak, penyakit, dan malapetaka mulai memudar seiring dengan masuknya agama Islam.
Hanya Mitos
Bulan Safar yang kerap dianggap sebagai bulan pembawa sial ternyata cuma mitos.
Merujuk pada bahasa, Safar berarti 'kosong'. Istilah ini diambil dari kebiasaan mengosongkan tempat karena dahulu kala banyak masyarakat Arab yang bepergian di bulan Safar.
Masyarakat Arab dulu juga menganggap Safar sebagai penyakit yang muncul di perut.
Penyakit digambarkan sebagai sesuatu yang mematikan. Karena hal ini-lah Safar dianggap sebagai bulan pembawa sial.
Namun demikian, sesungguhnya anggapan Safar sebagai bulan pembawa sial hanyalah mitos belaka.
Hal tersebut bahkan telah dibantah oleh Rasulullah SAW, sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut.
"Tidak ada wabah [yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah], tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu, dan tidak ada kesialan pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa." (HR Imam Al-Bukhari dan Muslim)
Alih-alih menganggapnya sebagai hari pembawa sial, umat Islam justru diajak menganggap Rabu terakhir di bulan Safar ini sebagai hari pembawa berkah.
Sebuah hadis bahkan menyebutkan bahwa Rabu adalah hari dimana Allah SWT menciptakan cahaya alam semesta.
"Allah Yang Maha Agung menciptakan tanah di hari Sabtu.. dan menciptakan cahaya di hari Rabu.." (HR Muslim).
(*)
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul 3 Mitos Rebo Wekasan yang Masih Dipercaya Masyarakat, Benarkah Jadi Hari Tersial Sepanjang Tahun?.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.