Bisnis
Harga Melambung! Ritel Batasi Pembelian Beras, Ketua Aprindo Sebut Hanya Beras SPHP Dibatasi
Seperti diketahui, Ombudsman menyatakan saat ini pasar modern telah membatasi masyarakat untuk membeli beras. Pembatasan dilakukan lantaran pasokan
TRIBUN-BALI.COM - Beras operasi pasar berupa Stabilisasi Pasokan dan Harga Pasar (SPHP) kemasan 5 kilogram, mulai dibatasi di ritel-ritel modern seperti Superindo dan Alfamart.
Seperti diketahui, Ombudsman menyatakan saat ini pasar modern telah membatasi masyarakat untuk membeli beras. Pembatasan dilakukan lantaran pasokan dari distributor terhambat dan membuat stok menipis.
Beras yang dibatasi pembeliannya adalah beras jenis Stabilisasi Pasokan dan Harga Pasar (SPHP) yang berasal dari pemerintah. Tiap konsumen akan dibatasi pembelian sebanyak 2 pack dengan masing-masing pack seberat 5 kg beras.
Kontan memantau salah satu gerai Alfamart di Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat. Pramuniaga di Alfamart ini menyatakan, memang pembelian beras oleh masyarakat dibatasi maksimal 2 pack untuk masing-masing pack sebesar 5 kg beras untuk satu kali transaksi. Di Alfamart ini tersedia beras dengan merk Alfamart dan Rojolele.
"Ya dibatasi untuk saat ini maksimal dua beras ya," kata Pramuniaga yang tak mau disebutkan namanya, di Jakarta, Rabu (20/8).
Kontan juga menelusuri salah satu gerai Superindo yang terletak di Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Senada, pramuniaga menyatakan, di Superindo pembelian beras dibatasi maksimal dua beras masing-masing seberat 5 kg beras untuk satu orang. "Memang dibatasi, berlaku dari dua minggu yang lalu," ujarnya.
Baca juga: Memprihatinkan! Remaja Dominasi Kasus ODGJ di Karangasem, Kini Capai 1.107 Orang Tersebar Merata
Baca juga: RESMI! Ketua LPD Bakas Jadi Tersangka Korupsi, Suerka: Sudah Jalan Hidup Saya!

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey menyebutkan, pembatasan ini belum resmi disetujui oleh semua anggota asosiasi, namun Jumat (22/9), ia dan peritel lain akan membahas mengenai pembatasan pembelian ini lebih lanjut. Ia menjelaskan, pemerintah di tahun ini menggelontorkan 2 juta ton beras SPHP, memasuki September penyaluran hanya menyisakan 400 juta ton.
“Beras harus dijaga karena konsumsinya turun. Tapi kan nanti ada yang bilang Bappanas sudah bilang 2 juta ton kok. Iya, karena 400 ribu ton udah jalan 1,6 juta ton sudah masuk,” kata Roy saat ditemui di acara MoU Signing APRINDO & Fresh Factory, di kawasan Kebayoran Lama, Rabu (20/9).
Ia menambahkan, terkait stok beras SPHP, Aprindo sudah mengadakan meeting dengan Bulog dan Bappanas agar bisa menyalurkan ke ritel. “Karena ritel ini yang paling menjaga harga. Kita jual Rp 10.900 per kg dan Rp 54.500 per 5 kg. Kita jualnya kan nggak pernah di atas itu dan kita nggak pernah misalnya terima 50 kg terus kita oplos sama beras yang lain, lalu misalnya kita jual Rp 60 ribu,” ungkap dia.
Ia menambahkan dengan sistem ritel yang menggunakan MT (modern trade), stok dan persebaran Stabilisasi Pasokan dan Harga Pasar (SPHP) bisa dicek secara transparan.
“Kalau di pasar kan, sudah di drop 2 hari sebelumnya (beras), harganya segitu, coba 10 menit keluar, naik lagi 100-200 perak, siapa yang mau kontrol? Nggak ada, karena nggak ada struk (data pembelian) mereka,” ungkapnya.
Di samping itu, mengenai stok beras ke ritel Roy mengatakan pihaknya sudah meminta kepada Bulog, meskipun ungkap dia akhir-akhir ini Bulog sedang fokus ke menyalurkan beras Bansos ke 21,2 juta rakyat.
“Ini untuk minimarket-supermarket kita minta sekitar 2.500 ton lah. Kalau dari 50.000 gerai kita seluruh Indonesia minimarket-supermarket itu menempati posisi sekitar 80 persenan kan, 70 persennya ya departemen store, dll. Ya lumayan lah bisa merepresentasikan untuk minimarket-supermarket di sekitaran 44.000 toko gerai,” jelas dia.
Nantinya permintaan tambahan beras itu akan disalurkan bertahap, Roy mengatakan yang penting prinsipnya Aprindo ada satu kelompok task force dengan Bulog, Satgas Pangan, Bapanas untuk monitoring terhadap stok beras. “Kami menyuarakan bahwa di daerah nih sekarang menjerit lokal ritel karena enggak kedapatan beras SPHP,” katanya.
Disamping SPHP, anggota ritel ungkap dia juga memiliki cadangan beras yang diserap langsung dari petani. “Kita juga mau serap langsung beras-beras premium dari petani, ini yang lebih mahal bisa Rp 60 ribuan (per 5 kg), kan kalo yang Rp 54.500 per 5 kg itu kan SPHP,” katanya.
Terkait apakah ada penurunan penjualan dari produsen beras ke ritel karena pembatasan pembelian beras, Roy mengatakan hal tersebut tidak ada. Karena yang dibatasi adalah beras SPHP bukan beras premium dari petani.
BRI Finance Genjot Transformasi Bisnis |
![]() |
---|
OKUPANSI Mal di Kisaran 75Persen, Bisnis Pusat Perbelanjaan Moderat, Dampak Masuknya Investasi Asing |
![]() |
---|
PUTUS Rantai Kemiskinan, BPJS Ketenagakerjaan Banuspa dan Pemrov Papua Selatan Teken MoU Jamsostek! |
![]() |
---|
HARGA Beras Tembus Rp15.500 Per Kg, Zulhas Sebut Terus Alami Kenaikan |
![]() |
---|
Pengembangan AI di 9 Kota Termasuk Bali, Begini Cara Telkom Melakukannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.