Bisnis

Harga Melambung! Ritel Batasi Pembelian Beras, Ketua Aprindo Sebut Hanya Beras SPHP Dibatasi

Seperti diketahui, Ombudsman menyatakan saat ini pasar modern telah membatasi masyarakat untuk membeli beras. Pembatasan dilakukan lantaran pasokan

KONTAN/Fransiskus SImbolon
BELI BERAS - Seorang warga membeli beras di sebuah pasar modern di Jakarta, baru-baru ini. Aprindo memutuskan membatasi pembelian beras konsumen, terutama untuk beras SPHP. 

“Nggak juga. Kita sampai saat ini punya beras primer yang dari petani. Karena SPHP ini kan beras medium, tapi kualitas premium karena impor dari Vietnam dan Thailand. (Konsumen) itu udah ada yang langganan dengan beras itu, tapi ada juga yang pilih SPHP, tergantung. Jadi kita mau menambah, bukan mengurangi, meskipun stoknya turun karena El Nino, kisaran 20 persen,” katanya. (kontan)


Margin Tak Menjanjikan

PENGAMAT Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori memandang, efek Harga Eceran Tertinggi (HET) beras di pasar modern sebenarnya sudah pernah terjadi sebelumnya.

"Karena penjualan dibatasi HET, margin perdagangan makin kecil. Bukan hanya pemilik beras, tapi juga dialami pasar modern. Kalau menjual di atas HET, berisiko," ungkap Khudori saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (20/9).

Untuk itu, kata Khudori, karena semua transaksi di pasar modern tercatat, daripada berisiko, pasar modern membatasi jumlah beras yang dijual. Memang, beras ada, tapi hanya pelengkap, bukan jualan yang penting karena marginnya tidak menjanjikan.

Ia menambahkan, harga gabah yang tinggi otomatis membuat harga beras menjadi mahal. Harga gabah naik tinggi karena harganya tak diatur. Jika harga gabah diatur, misal ada het gabah, potensial merugikan petani.

"Di sisi lain, harga beras dibatasi harga jualnya dengan HET. Kalau harga gabah terus naik, pada titik tertentu memproduksi beras tak lagi menguntungkan," pungkasnya. (kontan)

Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved