Berita Nasional

Peringatan G30S/PKI Hari Ini, Kemendikbud Ristek Imbau Masyarakat Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) RI, mengimbau masyarakat untuk mengibarkan bendera set

|
Editor: Mei Yuniken
Tribun Bali/Eka Mita Suputra
ilustrasi bendera setengah tiang. Polres Klungkung kibarkan bendera setengah tiang, Jumat (15/1/2016). Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) RI, mengimbau masyarakat untuk mengibarkan bendera setengah tiang pada hari ini Sabtu, 30 September 2023. 

TRIBUN-BALI.COMPeringatan G30S/PKI Hari Ini, Kemendikbud Ristek Imbau Masyarakat Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Hari ini merupakan peringatan 58 tahun peristiwa Gerakan 30 September (G30S) yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) RI, mengimbau masyarakat untuk mengibarkan bendera setengah tiang pada hari ini Sabtu, 30 September 2023.

Imbauan tersebut tertuang dalam pengumuman Kemendikbud Ristek Surat Nomor 31328/MPK.F/TU.02.03/2023 tentang Penyelenggaraan Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2023.

"Setiap kantor instansi pusat dan daerah, kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, satuan pendidikan serta seluruh komponen masyarakat Indonesia pada tanggal 30 September 2023 agar mengibarkan bendera setengah tiang," tulis Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim dalam surat tersebut.

Sementara pada tanggal 1 Oktober 2023 pukul 06.00 waktu setempat, Kemendikbud Ristek mengimbau masyarakat untuk mengibarkan bendera satu tiang penuh.

Hal ini diketahui karena 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Sebagai informasi, pengibaran bendera setengah tiang memiliki makna sebagai simbol berkabung.

Baca juga: Saksi Bisu Peristiwa G30S/PKI, Ini Sejumlah Fakta Lubang Buaya: Kini Dibangun Monumen Pancasila

Pengibaran bendera setengah tiang dilakukan pada tanggal 30 September 2023 untuk memperingati peristiwa kelam pada 30 September 1965.

Dikutip dari laman ditsmp.kemdikbud.go.id, peristiwa 30 September 1965 atau dikenal dengan Gerakan 30 September atau G30S, merupakan peristiwa pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk mengubah ideologi bangsa Indonesia.

Beberapa jenderal TNI Angkatan Darat, diculik dan dibunuh secara kejam dalam peristiwa ini. Mereka kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi lewat Keputusan Presiden di tahun 1965.

Pengibaran bendera setengah tiang ini dilakukan untuk mengenang gugurnya para Pahlawan Revolusi dalam peristiwa berdarah 58 tahun yang lalu itu.

Adapun beberapa pahlawan revolusi yang gugur pada peristiwa ini antara lain:

1. Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani

2. Letjen (Anumerta) Suprapto

3. Letjen (Anumerta) S. Parman

4. Letjen (Anumerta) M.T. Haryono

5. Mayjen (Anumerta) D. I. Panjaitan

6. Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo

7. Brigjen (Anumerta) Katamso

8. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean

9. A.I.P. II (Anumerta) K. S. Tubun

10. Kolonel (Anumerta) Sugiyono

Baca juga: Mengenal Sejarah Lengkap G30S/PKI: Berikut Kronologi, Tujuan hingga Tokoh Perwira Tinggi yang Gugur

Sejarah G30S/PKI

Peristiwa G30S/PKI adalah suatu pengkhianatan yang paling besar yang terjadi pada bangsa Indonesia.

Peristiwa tersebut terjadi di malam hari, tepatnya pada pada pergantian dari tanggal 30 September ke 1 Oktober.

Tragedi ini melibatkan Pasukan Cakrabirawa dan juga Partai Komunis Indonesia atau PKI.

Tujuan dari G30S/PKI adalah untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno serta mengubah Indonesia menjadi negara yang menerapkan sistem komunis.

Gerakan tersebut dipimpin langsung oleh DN Aidit yang saat itu adalah ketua dari PKI.

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, Letkol Untung yang merupakan anggota dari Pasukan Pengawal Istana atau seringkali disebut Cakrabirawa, memimpin pasukan yang dianggap setia atau loyal kepada PKI.

Gerakan tersebut mengincar Perwira Tinggi TNI AD Indonesia.

Mereka menangkap 6 orang dari anggota perwira tersebut.

Namun 3 orang diantaranya langsung dibunuh di rumahnya.

Sementara yang lainnya dibawa paksa menuju Lubang Buaya.

Semua jenazah perwira TNI AD ditemukan selang beberapa hari kemudian.

Kronologi G30S/PKI

Dilansir dari laman Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), peristiwa G30S/PKI terjadi pada masa pemerintahan Presiden Soekarno yang menjalankan sistem “Demokrasi Terpimpin”.

PKI, sebagai partai Stalinis terbesar di luar Tiongkok dan Uni Soviet, memiliki jumlah anggota yang sangat besar.

Selain itu, PKI juga mengontrol gerakan serikat buruh dan gerakan petani di Indonesia.

PKI sendiri memiliki lebih dari 20 juta anggota dan pendukung yang tersebar di seluruh daerah.

Pada bulan Juli 1959, parlemen dibubarkan dan Soekarno menetapkan konstitusi di bawah dekret presiden dengan dukungan penuh dari PKI.

Soekarno juga memperkuat angkatan bersenjata dengan mengangkat para jenderal militer ke posisi yang penting.

PKI menyambut baik sistem “Demokrasi Terpimpin” dan percaya bahwa mereka memiliki mandat untuk berkonsepsi dalam aliansi Konsepsi Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom).

Tetapi, kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan gerakan independen kaum buruh dan petani tidak berhasil memecahkan masalah politik dan ekonomi yang mendesak.

Masalah ekonomi seperti penurunan pendapatan ekspor, penurunan cadangan devisa, inflasi yang tinggi, dan korupsi birokrat dan militer menjadi semakin merajalela.

Tak hanya itu saja, PKI juga menguasai banyak organisasi massa yang dibentuk oleh Soekarno untuk memperkuat dukungan bagi rezim Demokrasi Terpimpin.

Dengan persetujuan Soekarno, PKI memulai kampanye untuk membentuk “Angkatan Kelima” yang terdiri dari pendukung bersenjata mereka.

Namun, para petinggi militer menentang hal ini.

Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI berusaha menghindari bentrokan antara aktivis massanya dengan polisi dan militer.

Mereka berupaya menjaga “kepentingan bersama” antara polisi dan rakyat.

Pemimpin PKI, D.N. Aidit, mengilhami slogan “Untuk Ketenteraman Umum Bantu Polisi”.

Baca juga: Kuburan Massal Korban G30S di Banjar Masean Jembrana Dibongkar 2015 Lalu, Warga Alami Kejadian Aneh

Pada bulan Agustus 1964, Aidit mengimbau semua anggota PKI untuk menjaga hubungan yang baik dengan angkatan bersenjata dan mengajak para pengarang dan seniman sayap kiri untuk membuat karya-karya yang mendukung “massa tentara”.

Sampai di akhir tahun 1964 dan awal tahun 1965, terjadi gerakan petani yang merampas tanah dari para tuan tanah besar.

Bentrokan besar terjadi antara petani dan polisi serta pemilik tanah.

Untuk mencegah konfrontasi revolusioner semakin berkembang, PKI mengimbau pendukungnya untuk tidak menggunakan kekerasan terhadap pemilik tanah dan meningkatkan kerja sama dengan unsur-unsur lain, termasuk angkatan bersenjata.

Sedang pada awal 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan minyak milik Amerika Serikat.

PKI menjawab dengan memasuki pemerintahan secara resmi.

Pada saat yang sama, para jenderal militer juga menjadi anggota kabinet.

Menteri-menteri PKI duduk di sebelah petinggi militer dalam kabinet Soekarno dan terus mendorong citra bahwa angkatan bersenjata adalah bagian dari revolusi demokratis rakyat.

(*)

Artikel ini telah tayang di KompasTV dengan judul “Hari Ini Peringatan G30S/PKI, Masyarakat Diimbau Kibarkan Bendera Setengah Tiang”

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved