Serba Serbi

Doa Sehari-hari Dalam Hindu: Doa Sebelum Belajar, Doa Menyembelih Hewan dan Doa Sebelum Tidur

Doa Sehari-hari Dalam Hindu: Doa Sebelum Belajar, Doa Menyembelih Hewan dan Doa Sebelum Tidur

Dok. Tribun Bali
Ilustrasi sembahyang - Doa Sehari-hari Dalam Hindu: Doa Sebelum Belajar, Doa Menyembelih Hewan dan Doa Sebelum Tidur 

Sebagai rasa syukur umat manusia, atas karunia Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 

"Oleh karena itu maka yadnya sesa tersebut harus masih bersifat "sukla" atau bukan sisa, sehingga menghaturkan yadnya sesa dilakukan di saat makanan baru saja dibuat atau dimasak, sehingga kita belum memakannya," sebut beliau.

Mengapa menghaturkan setiap hari?

Hal ini dimaksudkan agar manusia ingat bahwa bukan lahir sendiri, karena di samping sebagai manusia ada mahluk lain ciptaan Tuhan yang selalu ada di sekitar baik yang terlihat maupun tak kasat mata.

"Agama Hindu mengajarkan untuk saling mengasihi satu dengan lainnya, termasuk dengan ciptaan Tuhan yang tidak kasat mata, karena ajaran Hindu mengajarkan bahwa manusia harus kasih pada alam dan ciptaan Tuhan. Karena semua ciptaan Tuhan adalah saudara (Wasudewa Kutumbhakam)," sebut pensiunan Dosen Unhi ini. 

Manusia, kata beliau, tidak boleh rakus dan loba, sehingga manusia harus bisa berbagi, karena sesungguhnya semua yang ada di bumi ini adalah ciptaan Tuhan. Maka segala yang ada adalah untuk bersama.

Sehingga kalau manusia tidak melakukan yadnya sesa maka kita akan disebut "pencuri".

"Karena kita tidak menyampaikan mempermaklumkan (lewat yadnya sesa) kepada mahluk lain, yang sebenarnya sama-sama berhak memiliki atau mendapatkan. Oleh karena itu yadnya sesa adalah persembahan wajib yang harus dihaturkan kepada penghuni alam ini," sebut beliau.

Jika tidak menghaturkan maka akan timbul dalam diri manusia, (bagi pemeluk Hindu) yaitu ada rasa yang kurang dalam diri (karena agama adalah rasa).

"Maka rasa bersalah dalam dalam diri akan timbul (bandingkan seorang pencuri pasti akan memiliki rasa was-was karena ada rasa bersalah atau kurang beres)," jelas beliau.

Kemudian yadnya sesa dihaturkan kepada mahluk ciptaan Tuhan baik sekala dan niskala, sehingga haturan itu lebih disebut kepada Bhuta Kala.

Karena kenyataannya haturan tersebut, bermanfaat kepada makhluk sekala/nyata seperti semut, burung, dan binatang lainnya.

Sedangkan secara niskala/tidak nyata adalah kepada mahluk kasat mata (para bhuta).

"Kalau kita tidak menghaturkan maka akan ada rasa yang kurang buat diri kita sendiri, maka akan selalu mengganggu pikiran diri kita sendiri," ujar beliau.

Memang Tuhan tidak meminta, tetapi bagi orang yang takwa kepada Tuhan, maka akan merasa memiliki kewajiban untuk memberi/mempersembahkan walaupun tidak ada yang meminta, karena merasa adanya sesuatu (dalam hal ini makanan) ada yang menciptakan, dan manusia wajib menghaturkan rasa terimakasih dengan jalan yadnya sesa.  

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved