Mahfud MD: Warga Aceh, Sumut, Riau Tolak Pengungsi Rohingya, Kami Miskin, Kenapa Mereka Gratis
Mahfud MD: Warga Aceh, Sumut, Riau Tolak Pengungsi Rohingya, Kami Miskin, Kenapa Mereka Gratis
TRIBUN-BALI.COM - Polemik pengungsi Rohingya di Aceh direspon Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD.
Mahfud MD mengaku mendapat tugas dari Presiden Jokowi untuk menuntaskan persoalan pengungsi Rohingya yang terus berdatangan ke Indonesia.
Hingga kini jumlah pengungsi Rohingya yang datang di Indonesia sudah mencapai 1.478 orang.
Mahfud mengaku, hingga kini pihaknya masih mencari jalan keluar atas masalah pengungsi Rohingya sebab melibatkan kebutuhan domestik serta masalah kemanusiaan.
Baca juga: Punya Rekam Jejak Mumpuni, Ganjar-Mahfud Dinilai Mampu Tangani Persoalan Hukum di Indonesia
"Kita sedang mencari jalan keluar tentang ini; satu, mengenai kebutuhan domestik kita Indonesia di mana pun. Kedua, juga mengenai kemanusiaan," kata Mahfud dilansir Serambinews.com, Rabu (6/12/2023).
Menurut Mahfud, para pengungsi Rohingya sejatinya hanya transit di Indonesia sebelum melanjutkan tujuan mereka ke negara lain seperti Australia.
Namun ketika pengungsi Rohingya transit di Indonesia, mereka justru tidak mau keluar dari Indonesia.
"Biasanya mau transit buat ke Australia, tapi dia berhenti di Indonesia dan enggak mau keluar lagi," terang Mahfud.
Baca juga: Gabung Jadi Dewan Penasihat, Abuya Muhtadi Nyatakan Dukung Penuh Ganjar-Mahfud
Lebih lanjut Mahfud menuturkan, warga lokal di Aceh, Sumatera Utara, dan Riau yang kedatangan pengungsi Rohingya juga mengaku keberatan.
"Orang-orang lokal, orang Aceh, Sumatera Utara, Riau itu beliau sudah keberatan ditambah terus, 'karena kami juga miskin kenapa ini terus ditampung tapi gratis terus?" ucap Mahfud.
Mahfud menegaskan, pengungsi Rohingya tidak terikat dengan Indonesia.
Pasalnya, Indonesia tidak menandatangani United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).
Diketahui UNHCR adalah organisasi internasional yang berdiri di bawah United Nations (UN) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Organisasi ini bertujuan melindungi, memberikan bantuan, dan menangani orang-orang yang harus meninggalkan rumah mereka karena konflik dan diskriminasi.
Oleh karena itu Mahfud menekankan bahwa Indonesia menerima pengungsi Rohingnya atas dasar kemanusiaan saja.
Karena negara lain seperti Malaysia, Australia, dan Singapura tidak mau menerima mereka.
"Kita tidak terikat itu, karena tidak menandatangani UNHCR itu, kita hanya kemanusiaan, cuma negara-negara lain itu sudah menutup," kata Mahfud.
Ratusan Pengungsi Rohingya Kembali Terdampar di Aceh
Diketahui, sebanyak 139 pengungsi Rohingya terdampar di pantai Gampong Ie Meulee, Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang, Aceh, Sabtu (2/12/2023).
Ratusan pengungsi Rohingya tersebut mendarat pukul 02.00 WIB.
Pengungsi tersebut terdiri dari pria dewasa 36 orang, wanita dewasa 45 orang, dan anak-anak 58 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan masing masing berjumlah 29 orang.
"Mereka tiba sekitaran pukul 02.00 WIB, namun masyarakat setempat baru mengetahui sekitaran pukul 02.30 WIB," kata Cut, warga setempat,Sabtu (2/12/2023) pagi.
Muhammad Idris (40), pengungsi Rohingya asal Bangladesh yang terdampar di Sabang mengatakan, rombongan lari dari Bangladesh karena ketidaknyamanan di negeri tersebut.
Dari Bangladesh mereka mengaku berlayar ke arah yang tidak tentu.
"Ketika kami melihat ada negara lain, kami singgah. Mana tau bisa menerima kehadiran rombongan kami. Kami berlayar selama 27 hari," kata Idris.
Lebih lanjut, Idris menambahkan, ia dan keluarganya masing masing harus membayar sebesar 20.000 mata uang Bangladesh atau 20.000 Bangladeshi Taka.
Jumlah ini kalau dirupiahkan setara Rp 2.799.630
Mereka harus membayar agar bisa berlayar bersama kapal tersebut.
"Saya membayar 20.000, begitu juga dengan istri dan anak - anak saya," ujarnya.
Namun ia mengaku masih ada 6 rombongan kapal lagi di lautan yang menuju ke Indonesia.
Pada umumnya masyarakat setempat menolak kehadiran orang Rohingya yang sudah dua kali mendarat di Sabang dalam dua bulan ini.
Bahkan masyarakat mengancam apabila tidak ditangani oleh pihak berwenang, maka masyarakat akan memaksa kembali ke kapal.
"Atas nama masyarakat Gampong Ie Meulee khususnya kami menolak keberadaan orang Rohingya. Apabila pihak yang berwenang tidak mengambil langkah penanganannya, maka kami akan memaksa mereka naik ke kapalnya kembali," kata Keuchik Gampong Ie Meulee, Dofa Fadhil.
Iya menjelaskan, pihak berwenang dapat mengambil langkah yang tepat dan cepat dalam menangani persoalan Rohingya.
Karena masyarakat Sabang sendiri sedang mengalami tekanan ekonomi akibat inflasi, jadi jangan tambahkan persoalan baru.
"Pihak berwenang diminta segera tangani persoalan ini kalau tidak masyarakat sendiri yang beraksi dengan memaksa menaiki kembali mereka ke kapal."
"Karena ekonomi masyarakat sendiri tak menentu akibat inflasi, jadi jangan ditambah persoalan ini lagi," jelasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Pengungsi Rohingya Terus Bertambah di Aceh, Mahfud MD: Dia Enggak Mau Keluar Lagi dari Indonesia.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Erik S)
Bram Peraih Medali Emas PON Tantang De Gadjah Duel di Atas Ring, Siap Buat KO di Ronde Kedua |
![]() |
---|
SELAMAT JALAN! Rem Blong 5 Penumpang Mobil Travel Tewas, Kecelakaan Saat Gagal Nanjak |
![]() |
---|
2 Pengungsi Enggan Pindah Sekolah, Kasus Kasepekang 8 KK di Banjar Sental Kangin Nusa Penida |
![]() |
---|
2 PENGUNGSI Banjar Sental Kangin Nusa Penida Enggan Pindah Sekolah ke Banjarangkan Klungkung |
![]() |
---|
PENGUNGSI Ingin Kembali ke Rumah di Nusa Penida, Bupati Klungkung Sebut Penyelesaian Masih Berproses |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.